Tuesday, April 29, 2008

blogfriendster

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan teori
Acut Myocard Infark (AMI)
a. Pengertian
Beberapa pengertian Acut Miocard Infark (AMI) adalah:
Nekrosis Iskemik pada miokard akibat sumbatan akut pada arteri koroner.7)
Nekrosis otot jantung, biasanya ventrikel kiri, biasanya akibat ateroma arteri koronaria dengan pemberat terjadinya trombus atau perdarahan pada plak.8)
Nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.9)
Penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner, mengakibatkan iskemia miocard dan nekrosis.10)
b. Kriteria
Acut Miocard Infark (AMI) menurut WHO harus mempunyai dua dari tiga kriteria berikut:
1) Riwayat klinis nyeri dada selama lebih dari 20 menit
2) Perubahan serial EKG
3) Peningkatan dan penurunan enzim jantung (biomakers).11)
c. Etiologi
Penyebab yang amat sering adalah penyakit jantung koroner ateromatosa, bila plak ateromatosa koroner (tidak selalu yang sangat mempersempit lumen arteri) mengalami erosi atau ruptur, terjadi penyebaran plak mendadak dan trombosis pada lumen arteri koroner.12) Perubahan pola angina yang mendadak dari stabil menjadi tak stabil atau terjadinya Acute Miocard Infark (AMI) biasanya berhubungan dengan fisura plak pada titik stress regangan tinggi (misalnya pada batas akut arteri koroner kanan/Right Coronary Artery) dan sering sekali dalam hubungannya dengan plak aterosklerosis minor, dinding arteri robek, dan konstituen trombogenik dinding ateri terpajan lumen, hal ini menyababkan deposit platelet, pembentukan trombus, dan penurunan aliran darah koroner dengan cepat: maka satu lesi minor dapat berkembang menjadi deseksi koroner dalam waktu beberapa menit dan terjadi oklusi akut.13)
Penyebab Acute Miocard Infark (AMI) lain yang jarang:
1) Emboli arteri koroner (trombus, vegetasi terinfeksi)
2) Spasme arteri koroner (obat – obat NB, misalnya kokain)14)
3) Trombosis arteri koroner spontan (keadaan protrombotik)15)
4) Anomali arteri koroner
5) Diseksi arteri koroner spontan 16)
d. Klasifikasi
Berdasarkan morfologi, anatomi, dan diagnostik.
Morfologi dan anatomi : Transmural dan nontransmural
Diagnosa klinik : STEMI, NSTEMI, Q wave, Non Q wave.
Sumber: http://www.clevelandclinicmede.com/diseasemanagemen, 30Mei 2002
e. Patogenesis
Miocard Infark terjadi bila arteri koroner tersumbat, miocard yang disuplai oleh arteri tersebut mengalami iskemik dan dalam beberapa jam terjadi nekrosis; pemulihan aliran darah dengan cepat bisa mencegah infark dan membatasi nekrosis.17)
f. Patofisiologi
Sebagian besar Acute Miocard Infark (AMI) disebabkan oleh gangguan vaskular endothelium akibat unstable atherosclerosis plaque yang menstimulasi trombus intra coroner dan menyumbat aliran coroner. Jika penyumbatan terjadi selama 20 – 40 menit akan terjadi kematian sel miocardial yang irreversible. Paling banyak terjadi pada bagian distal dari aliran suplay coroner yaitu endocardium kemudian akan ke miocardium dan akhirnya ke epicardium. Daerah infark akan
membentuk sirkulasi kolateral. Biasanya setelah 6 – 8 jam sumbatan koroner, sebagian besar dari miocardium distal mati .18)

Bagan 1
Skema Patofisiologi Acut Miocard Infark (AMI)

Insufisiensi aliran arteri koronaria ke otot jantung
¯
Tak berfungsinya otot jantung dan tak mampu berkontraksi dengan kuat
¯
Regangan sistolik
¯
Penurunan kemampuan ventrikel dalam berkontraksi
¯
Jantung gagal memompa (40% ventrikel kiri mengalami infark)
¯
Penurunan Curah Sekuncup
¯
Kematian jaringan perifer akibat Iskemia jaringan perifer
¯
Curah jantung rendah (syok kardiogenik)
¯
Kematian (85% akibat syok jantung)

Dirangkum dari: Guyton Athur, 2002, halaman 327

g. Morfologi
Lokasi dan luas infark tergantung pada:
1) Letak penyumbatan arteri koroner
2) Struktur anatomik pasokan darah
3) Ada atau tidaknya sirkulasi anastomotik dalam anyaman arteri koronaria.19)
Tabel 1
Sumbatan Arteri Koronaria dan Regio Acut Miocard Infark (AMI)

No Regio MI Arteri Yang Tersumbat Hantaran EKG
1. Anterior Arteria koronaria desendens anterior sinistra V2 – V5 ‘lead dada anteroseptal’ biasanya pada lead I dan aVL
2. Inferior Koronaria dextra (biasanya) II, III, aVF ‘lead inferior’
3. Posterior Kanan atau sirkumfleksa V1-V2 (perubahan resiprokal), sulit dilihat, infark menyebabkan timbulnya gelombang R (bukan gelombang q) disertai depresi ST. sering bersama MI inferior
4. Lateral Arteria koronaria desendens anterior sinistra cabang sirkumfleksa atau diagonal I, aVL, V5,6 ‘Lead Lateral’
5. Septal Desendens anterior sinistra V1 – V2
6. Apikal Desendens anterior sinistra V5 – V6

Sumber: Davey, 2006, halaman 144; Silvia Anderson, 2003, 538.
h. Tanda dan Gejala
Gejala yang paling sering pada Acut Miocard Infark (AMI) adalah:
1) Keluhan utama klasik
Nyeri dada sentral yang berat seperti tertekan yang berlangsung £ 20 menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, disertai berkeringat, pucat, dan mual.
2) Kelainan lain
Aritmia, henti jantung, atau gagal jantung akut.
3) Bersifat atipik
Pada manula; kolaps atau bingung
Pada penderita Diabetes perburukan setatus metabolik atau gagal jantung bisa tanpa disertai nyeri dada.
4) Sebagian besar pasien memiliki faktor resiko atau penyakit jantung koroner yang diketahui; 50 % tanpa didahului angina.20)
i. Komplikasi
Deteksi awal dan pengobatan yang tepat dari komplikasi merupakan salah satu yang penting dalam perawatan infark miocard.
Tabel 2
Komplikasi Acut Miocard Infark (AMI)

No. Komplikasi Interfal waktu Mekanisme
1. Mati mendadak Biasanya dalam beberapa hari Sering fibrilasi ventrikel
2. Aritmia Beberapa hari pertama Resiko penurunan curah jantung
3. Nyeri menetap 12 jam – beberapa hari Nekrosis miokard yang progresif
4. Angina Segera atau ditunda (minggu) Iskemia otot jantung yang tidak infark
5. Gagal jantung Bermacam - macam Disfungsi ventrikel mengikuti nekrosis otot aritmia
6. Ketidak mampuan mitral Beberapa hari pertama Disfungsi otot papiler, nekrosis atau ruptur

7. Perikarditis 2 – 4 hari Infark transmural dengan radang perkardium
8. Ruptur jantung (dinding ventrikel, septem, atau otot papiler) 3 – 5 hari Lemahnya dinding mengikuti nekrosis otot dan radang akut
9. Trombosis mural Satu minggu atau lebih Kelainan permukaan endotel mengikuti infark
10. Aneurisma ventrikel Empat minggu atau lebih Pengerutan jaringan kolagen yang baru
11. Sindroma Dressier (nyeri dada, demam, efusi) Minggu – beberapa bulan Autoimun
12. Emboly pulmo Satu minggu atau lebih Trombosis vena tungkai bawah























Sumber: Underwood, 2000, halaman 356

j. Pemeriksaan Diagnostik
1) EKG istirahat
2) DPL, LED, CRP
3) Enzim jantung dan isoenzim
4) Troponin I atau T
5) Ekokardiografi
6) Tes latihan
7) Arterografi koroner21)
8) Elektrolit
9) Sel darah putih
10) Kolesterol/trigliserida serum
11) Foto dada
12) Pemeriksaan pencitraan nuklir
13) Pencitraan daerah jantung
14) Angiografi koroner.22)





k. Penatalaksanaan Acut Miocard Infark.23)
Bagan 2
Penatalaksanaan Acut Miocard Infark















Sumber: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2006, halaman 34.

l. Prognosis
Prognosis Acut Miocard Infark (AMI) tergantung pada besar dan lokasi kerusakan otot jantung. Dan prognosis lebih buruk jika disertai kerusakan sistem konduksi listrik. Kira – kira satu dan tiga pasien meninggal. Prognosis yang baik jika pasien masih hidup setelah dua jam serangan, tetapi kemungkinan akan disertai komplikasi.24)

Konsep aktivitas
Pengertian
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.25) Intoleransi aktivitas yaitu suatu keadaan dimana seorang klien mempunyai energi fisiologi atau psikologi yang tidak memadai untuk meneruskan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diperlukan/diinginkan.26)
Etiologi
Pada AMI akan terjadi iskemi pada miokardial, terjadi karena miokardial kekurangan suplai oksigen, sehingga terjadi hipoksia pada jaringan jantung.keadaan ini menyebabkan berubahnya integritas membran sel pada jantung, menyebabkan penurunan kontraktility jantung. Akibat dari penurunan daya kontraksi jantung maka darah tidak bisa dipompakan semaksimal mungkin. Bila aktivitas meningkat maka kebutuhan tubuh akan oksigen dan nutrisi meningkat, sedangkan kontraktilitas otot jantung menurun, sehingga akan terjadi intoleransi aktivitas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan/aktivitas :
Tingkat perkembangan tubuh
Kesehatan fisik seperti penyakit, cacat tubuh dan imobilisasi
Keadaan nutrisi
Emosi
Kelemahan neuromuskuler dan sekeletal
Pekerjaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya pergerakan atau immobilisasi :
Gangguan muskulosekeletal
Osteoporosis
Atropi
Kontraktur
Kekakuan dan sakit sendi.
Gangguan kardiovaskuler
Postural hipotensi
Vasodilatasi vena
Peningkatan penggunaan valsava manuver.

Gangguan sistem respirasi
Penurunan gerak pernafasan
Bertambahnya sekresi paru
Atelektasis
Hipostatis pneumonia.
Karakteristik
Ada tiga fase rehabilitasi aktivitas pada penderita penyakit jantung. Fase I, yaitu sewaktu masih tinggal di rumah sakit, dimulai segera setelah kondisi pasien stabil; biasanya 24-48 jam setelah serangan jantung. Terapi latihan menyerupai aktivitas kehidupan sehari-hari seperti duduk, berdiri dan berjalan.
Latihan fisik ringan dimaksudkan untuk mencegah penggumpalan darah. Pertama-tama dilakukan dengan menggerakkan kaki di tempat tidur. Hari berikutnya pasien duduk di tepi tempat tidur dengan kaki menggantung. Gerakan tangan meliputi : meluruskan tangan sejajar pundak, membuka dan menutupnya. Sedangkan kepala menggeleng, memutar kekiri dan kekanan. Pada hari berikutnya pasien dilatih berdiri dan berjalan perlahan. Kemudian intensitas latihan ditingkatkan dengan berjalan kaki di koridor. Menjelang akhir Fase Rawat, pasien diharapkan sudah mampu berjalan sekitar 1,5 kilometer. Setiap mulai dan selesai latihan diukur nadi dan tensi serta dicatat/ didokumentasikan.
Fase II yaitu fase pasca rawat inap. Tujuan pada fase ini adalah secara progresif memperbaiki kapasitas fungsional pasien menurunkan faktor resiko, dan menyiapkan pasien untuk kembali pada kehidupan normal dengan latihan dan penyuluhan. Aktifitasnya seperti erobik ringan sampai sedang dan aktivitas latihan kekuatan.
Fase III : program pemeliharaan. Hendaknya memberikan kesempatan pada pasien untuk melanjutkan program yang diperoleh dari fase I dan fase II.













Penatalaksaan keperawatan pada pasien Acut miocard infark dalam beraktivitas
Pengkajian keperawatan terkait dengan aktivitas pada pasien AMI
Data subjektif:
Klien mengatakan mudah lelah/letih dan badan lemah.
Klien mengatakan nyeri dada, jantung berdebar-debar, sesak nafas, pusing, vertigo selama dan setelah beraktivitas.
Data objektif:
Menolak/takut untuk melakukan pergerakan.
Tekanan darah meningkat atau menurun selama dan sesudah aktivitas.
Frekuensi jantung meningkat atau menurun selama dan sesudah aktivitas.
Kulit pucat.
Pernafasan cepat/tachypnea selama dan sesudah aktivitas.
Perubahan gambaran EKG: tachycardi/bradycardi, aritmia, iskemia selama dan sesudah aktivitas.
Lemah, gelisah.





Diagnosa keperawatan terkait dengan aktivitas pada pasien AMI
”Aktivitas yang tidak toleran berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan perifer/tidak kecukupan oksigen untuk kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari.”27)
Rencana keperawatan terkait dengan aktivitas pada pasien AMI
1) Hasil yang diharapkan
a) Kelemahan berkurang
b) Berpartisipasi dalam perawatan diri
c) Klien mengatakan pusing berkurang/hilang
d) Expresi wajah tampak cerah/tidak kesakitan
e) Mempertahankan kemampuan aktivitas seoptimal mungkin
f) Klien menunjukkan kestabilan tanda vital (110/70 – 120/80 mmHg)
g) Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan perbaikan/peningkatan ke nilai normal
2) Perencanaan
Mandiri ;
a) Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi dan irama. Catat adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
Rasional:
Adanya disritmia khusus lebih jelas terdeteksi dengan pendengaran dari pada palpasi. Pendengaran terhadap bunyi jantung extra atau penurunan nadi membantu mengidentifikasi disritmia pada pasien tak terpantau.28)
b) Raba nadi (radial, karotid, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo, (penuh, kuat), dan simetris. Catat adanya pulsus alternans, nadi bigeminal, atau defisit nadi.
Rasional:
Perbedaan frekuensi, kesamaan, dan keteraturan nadi menunjukkan efek gangguan curah jantung pada sirkulasi sistemik/perifer.29) Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kelemahan/kekuatan nadi. Ketidakteraturan diduga disritmia, yang memerlukan evaluasi lanjut/pantau.30)
c) Auskultasi tekanan darah. Bandingkan kedua tangan dan diukur dengan tidur, duduk, dan berdiri bila bisa.
Rasional:
Hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokardia dan rangsang vagal. Namun, hipertensi juga fenomena umum, kemungkinan berhubungan dengan nyeri, cemas, pengeluaran katekolamin, dan atau masalah vaskular sebelumnya. Hipotensi orthostatik mungkin berhubungan dengan komplikasi infark contoh gagal jantung kongestif.31)
d) Kaji tanda-tanda vital klien tiap 4 jam dan tiap 5 menit selama serangan angina meliputi : nadi, tekanan darah, pernapasan, kesadaran.
Rasional :
Tekanan darah dapat meningkat secara dini sehubungan rangsangan sistemik. Takikardi terjadi sebagai respon saraf simpatis dan berlanjut sebagai kompensasi penurunan curah jantung.32)
e) Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera
Rasional :
Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaan nyeri atau memerlukan peningkatan dosis obat. Selain itu, nyeri berat dapat menimbulkan syok dengan merangsang system saraf simpatis mengakibatkan kerusakan lanjut.
f) Bantu melakukan teknik relaksasi seperti napas dalam, imajinasi terbimbing dan teknik distraksi
Rasional :
Membantu dalam menurunkan persepsi atau respon nyeri. Membantu memberikan kontrol situasi, meningkatkan perilaku positif.

g) Catat respon terhadap aktivitas dan peningkatan istirahat dengan tepat.
Rasional:
Kelebihan latihan meningkatkan konsumsi /kebutuhan oksigen dan mempengaruhi fungsi miokardia.
h) Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi, jadwal periode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.33)
Rasional:
Melakukan aktivitas kembali secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap cadangan jantung.34)
i) Auskultasi bunyi nafas
Rasional:
Krekels menunjukkan kongesti paru mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard.35)
Kolaborasi ;
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional :
Meningkatkan jumlah iksigen yang ada untuk pemakaian miokard dan juga mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan iskemik jaringan.36)
Kaji ulang seri EKG
Rasional :
Pada infark myocad akan dijumpai tanda-tanda ‘deep Q wave pattern’ atau kompleks QS yang abnormal, elevasi atau depresi ST dan gelombang T yang terbalik.37)
Berikan obat-obat trombolitik sesuai indikasi.
Rasional :
Melarutkan bekuan darah dalam arteri.
Intervensi keperawatan terkait dengan aktivitas pada pasien AMI
1) Identifikasi respon klien terhadap aktivitas:
Observasi nadi, tekanan darah, dan pernafasan saat istirahat dan setelah aktivitas.
Hentikan aktivitas bila ditemukan:
i. Keluhan nyeri dada, dispnoe, vertigo.
ii. Frekuensi nadi menurun/gagal untuk meningkat.
iii. Tekanan darah sistolik menurun.
iv. Frekuensi diastolic meningkat 15 mmHg.
v. Frekuensi pernafasan menurun.
2) Tingkatkan aktivitas secara bertahap:
Untuk klien yang sedang atau pernah tirah baring lama, mulai lakukan rentang gerak sedikitnya 2 x sehari.
Rencana waktu istirahat sesuai dengan jadwal sehari-hari klien.
Beri suport pada klien dalam melakukan aktivitas gerak dan beri penghargaan atas apa yang sudah dicapai.
3) Ajarkan klien metoda penghematan energi untuk aktivitas:
Luangkan waktu istirahat selama aktivitas.
Anjurkan lebih baik duduk daripada berdiri saat melakukan aktivitas, kecuali bila tidak memungkinkan.
Hentikan aktivitas jika keletihan atau terlihat tanda-tanda hipoksia jantung.
Ajarkan pernafasan efektif.
Untuk klien dengan insufisiensi paru-paru kronik, ajarkan pernafasan diafragmatik:
Letakkan tangan perawatdiatas abdomen dibawah dasar iga klien dan tetap berada di tempat ini sementara klien menghirup udara.
Untuk inhalasi, klien harus merelaksasikan bahunya, hirup melalui hidung dan dorong lambung melawan tangan perawat, tahan nafas selama 1-2 detik untuk menjaga alveoli terbuka.
Untuk ekshalasi, klien harus menghembuskan nafas secara perlahan-lahan melalui mulut, sementara perawat memberikan sedikit tekanan pada dasar iga klien.

Anjurkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara bertahap.
4) Kolaborasi dengan dokter untuk:
Terapi;
Diit;
Rehabilitasi.
Evaluasi keperawatan terkait dengan aktivitas pada pasien AMI
Klien mampu bertoleransi terhadap aktivitas secara optimal sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan.

Kerangka teori
Bagan 3







Sumber : Marilynn E. Doenges, 2004, hal. 7



Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti ingin menjawab pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimana pengkajian adanya Intoleransi Aktivitas pada pasien dengan Acut Miocard Infark (AMI)?
Bagaimana perumusan diagnosa keperawatan terkait masalah pengkajian adanya Intoleransi Aktivitas pada pasien dengan Acut Miocard Infark (AMI)?
Bagaimana perencanaan keperawatan untuk masalah pengkajian adanya Intoleransi Aktivitas pada pasien dengan Acut Miocard Infark (AMI)?
Bagaimana pelaksanaan intervensi yang berhubungan dengan masalah pengkajian adanya Intoleransi Aktivitas pada pasien dengan Acut Miocard Infark (AMI)?
Bagaimana evaluasi keperawatan yang berhubungan dengan diagnosa masalah pengkajian adanya Intoleransi Aktivitas pada pasien dengan Acut Miocard Infark (AMI)?

Salah satu aspek penting perawatan pasien MI adalah pengkajian keperawatan. Penkajian dilakukan untuk mendapatkan data dasar tentang informasi status terkini pasien sehingga setiap perubahan bisa diketahui sesegera mungkin. Pengkajian sistematis mencakup riwayat yang cermat khususnya berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas.
1) Tingkat aktivitas sehari-hari
a) Pola aktivitas sehari-hari
b) Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik
2) Tingkat kelelahan
Aktivitas yang membuat lelah
Riwayat sesak nafas
3) Gangguan pergerakan
Penyebab gangguan pergerakan
Tanda dan gejala
Efek dari gangguan pergerakan



4) Pemeriksaan fisik
Tingkat kesadaran
Postur/bentuk tubuh
1 Skoliosis
2 Kiposis
3 Lordosis
4 Cara berjalan
Ektremitas
Kelemahan
Gangguan sensorik
Tonus otot
Atropi
Tremor
Gerakan tak terkendali
Kekuatan otot
Kemampuan jalan
Kemampuan duduk
Kemampuan berdiri
Nyeri sendi
Kekakuan sendi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan teori
Acut Myocard Infark (AMI)
a. Pengertian
Beberapa pengertian Acut Miocard Infark (AMI) adalah:
Nekrosis Iskemik pada miokard akibat sumbatan akut pada arteri koroner.7)
Nekrosis otot jantung, biasanya ventrikel kiri, biasanya akibat ateroma arteri koronaria dengan pemberat terjadinya trombus atau perdarahan pada plak.8)
Nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.9)
Penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner, mengakibatkan iskemia miocard dan nekrosis.10)
b. Kriteria
Acut Miocard Infark (AMI) menurut WHO harus mempunyai dua dari tiga kriteria berikut:
1) Riwayat klinis nyeri dada selama lebih dari 20 menit
2) Perubahan serial EKG
3) Peningkatan dan penurunan enzim jantung (biomakers).11)
c. Etiologi
Penyebab yang amat sering adalah penyakit jantung koroner ateromatosa, bila plak ateromatosa koroner (tidak selalu yang sangat mempersempit lumen arteri) mengalami erosi atau ruptur, terjadi penyebaran plak mendadak dan trombosis pada lumen arteri koroner.12) Perubahan pola angina yang mendadak dari stabil menjadi tak stabil atau terjadinya Acute Miocard Infark (AMI) biasanya berhubungan dengan fisura plak pada titik stress regangan tinggi (misalnya pada batas akut arteri koroner kanan/Right Coronary Artery) dan sering sekali dalam hubungannya dengan plak aterosklerosis minor, dinding arteri robek, dan konstituen trombogenik dinding ateri terpajan lumen, hal ini menyababkan deposit platelet, pembentukan trombus, dan penurunan aliran darah koroner dengan cepat: maka satu lesi minor dapat berkembang menjadi deseksi koroner dalam waktu beberapa menit dan terjadi oklusi akut.13)
Penyebab Acute Miocard Infark (AMI) lain yang jarang:
1) Emboli arteri koroner (trombus, vegetasi terinfeksi)
2) Spasme arteri koroner (obat – obat NB, misalnya kokain)14)
3) Trombosis arteri koroner spontan (keadaan protrombotik)15)
4) Anomali arteri koroner
5) Diseksi arteri koroner spontan16)
d. Klasifikasi
Berdasarkan morfologi, anatomi, dan diagnostik.
Morfologi dan anatomi : Transmural dan nontransmural
Diagnosa klinik : STEMI, NSTEMI, Q wave, Non Q wave.
Sumber: http://www.clevelandclinicmede.com/diseasemanagemen, 30Mei 2002
e. Patogenesis
Miocard Infark terjadi bila arteri koroner tersumbat, miocard yang disuplai oleh arteri tersebut mengalami iskemik dan dalam beberapa jam terjadi nekrosis; pemulihan aliran darah dengan cepat bisa mencegah infark dan membatasi nekrosis.17)
f. Patofisiologi
Sebagian besar Acute Miocard Infark (AMI) disebabkan oleh gangguan vaskular endothelium akibat unstable atherosclerosis plaque yang menstimulasi trombus intra coroner dan menyumbat aliran coroner. Jika penyumbatan terjadi selama 20 – 40 menit akan terjadi kematian sel miocardial yang irreversible. Paling banyak terjadi pada bagian distal dari aliran suplay coroner yaitu endocardium kemudian akan ke miocardium dan akhirnya ke epicardium. Daerah infark akan
membentuk sirkulasi kolateral. Biasanya setelah 6 – 8 jam sumbatan koroner, sebagian besar dari miocardium distal mati .18)

Bagan 1
Skema Patofisiologi Acut Miocard Infark (AMI)

Insufisiensi aliran arteri koronaria ke otot jantung
¯
Tak berfungsinya otot jantung dan tak mampu berkontraksi dengan kuat
¯
Regangan sistolik
¯
Penurunan kemampuan ventrikel dalam berkontraksi
¯
Jantung gagal memompa (40% ventrikel kiri mengalami infark)
¯
Penurunan Curah Sekuncup
¯
Kematian jaringan perifer akibat Iskemia jaringan perifer
¯
Curah jantung rendah (syok kardiogenik)
¯
Kematian (85% akibat syok jantung)

Dirangkum dari: Guyton Athur, 2002, halaman 327

g. Morfologi
Lokasi dan luas infark tergantung pada:
1) Letak penyumbatan arteri koroner
2) Struktur anatomik pasokan darah
3) Ada atau tidaknya sirkulasi anastomotik dalam anyaman arteri koronaria.19) Lihat tabel 1.
Tabel 1
Sumbatan Arteri Koronaria dan Regio Acut Miocard Infark (AMI)

No Regio MI Arteri Yang Tersumbat Hantaran EKG
1. Anterior Arteria koronaria desendens anterior sinistra V2 – V5 ‘lead dada anteroseptal’ biasanya pada lead I dan aVL
2. Inferior Koronaria dextra (biasanya) II, III, aVF ‘lead inferior’
3. Posterior Kanan atau sirkumfleksa V1-V2 (perubahan resiprokal), sulit dilihat, infark menyebabkan timbulnya gelombang R (bukan gelombang q) disertai depresi ST. sering bersama MI inferior
4. Lateral Arteria koronaria desendens anterior sinistra cabang sirkumfleksa atau diagonal I, aVL, V5,6 ‘Lead Lateral’
5. Septal Desendens anterior sinistra V1 – V2
6. Apikal Desendens anterior sinistra V5 – V6

Sumber: Davey, 2006, halaman 144; Silvia Anderson, 2003, 538.
h. Tanda dan Gejala
Gejala yang paling sering pada Acut Miocard Infark (AMI) adalah:
1) Keluhan utama klasik
Nyeri dada sentral yang berat seperti tertekan yang berlangsung £ 20 menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, disertai berkeringat, pucat, dan mual.
2) Kelainan lain
Aritmia, henti jantung, atau gagal jantung akut.
3) Bersifat atipik
Pada manula; kolaps atau bingung
Pada penderita Diabetes perburukan setatus metabolik atau gagal jantung bisa tanpa disertai nyeri dada.
4) Sebagian besar pasien memiliki faktor resiko atau penyakit jantung koroner yang diketahui; 50 % tanpa didahului angina.
i. Komplikasi
Deteksi awal dan pengobatan yang tepat dari komplikasi merupakan salah satu yang penting dalam perawatan infark miokard. Lihat tabel 2.

Tabel 2
Komplikasi Acut Miocard Infark (AMI)

No. Komplikasi Interfal waktu Mekanisme
1. Mati mendadak Biasanya dalam beberapa hari Sering fibrilasi ventrikel
2. Aritmia Beberapa hari pertama Resiko penurunan curah jantung
3. Nyeri menetap 12 jam – beberapa hari Nekrosis miokard yang progresif
4. Angina Segera atau ditunda (minggu) Iskemia otot jantung yang tidak infark
5. Gagal jantung Bermacam - macam Disfungsi ventrikel mengikuti nekrosis otot aritmia
6. Ketidak mampuan mitral Beberapa hari pertama Disfungsi otot papiler, nekrosis atau ruptur
7. Perikarditis 2 – 4 hari Infark transmural dengan radang perkardium
8. Ruptur jantung (dinding ventrikel, septem, atau otot papiler) 3 – 5 hari Lemahnya dinding mengikuti nekrosis otot dan radang akut
9. Trombosis mural Satu minggu atau lebih Kelainan permukaan endotel mengikuti infark
10. Aneurisma ventrikel Empat minggu atau lebih Pengerutan jaringan kolagen yang baru
11. Sindroma Dressier (nyeri dada, demam, efusi) Minggu – beberapa bulan Autoimun
12. Emboly pulmo Satu minggu atau lebih Trombosis vena tungkai bawah

































Sumber: Underwood, 2000, halaman 356
j. Pemeriksaan Dignostik
1) EKG istirahat
2) DPL, LED, CRP
3) Enzim jantung dan isoenzim
4) Troponin I atau T
5) Ekokardiografi
6) Tes latihan
7) Arterografi koroner
8) Elektrolit
9) Sel darah putih
10) Kolesterol/trigliserida serum
11) Foto dada
12) Pemeriksaan pencitraan nuklir
13) Pencitraan daerah jantung
14) Angiografi koroner.
k. Penatalaksanaan Acut Miocard Infark.
Lihat bagan 2.
Bagan 2
Penatalaksanaan Acut Miocard Infark































Sumber: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2006, halaman 34.





l. Prognosis
Prognosis Acut Miocard Infark (AMI) tergantung pada besar dan lokasi kerusakan otot jantung. Dan prognosis lebih buruk jika disertai kerusakan sistem konduksi listrik. Kira – kira satu dan tiga pasien meninggal. Prognosis yang baik jika pasien masih hidup setelah dua jam serangan, tetapi kemungkinan akan disertai komplikasi.
Fisiologi Curah Jantung
m. Curah Jantung Normal
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa ke dalam aorta oleh jantung setiap menit. Merupakan jumlah darah yang mengalir melalui sirkulasi dan bertanggung jawab untuk transportasi substansi – substansi ke dan dari jaringan. Aliran balik vena dan curah jantung harus setara satu sama lain kecuali untuk beberapa denyut jantung pada suatu waktu bila darah untuk sementara disimpan atau dikeluarkan dari jantung dan paru – paru.
Curah jantung sangat bervariasi bergantung pada tingkat aktivitas tubuh. Curah jantung meningkat sebanding dengan luas permukaan tubuh disebut sebagai indeks jantung, yaitu curah jantung per meter persegi luas permukaan tubuh.

Faktor yang berpengaruh terhadap pengaturan curah jantung:
1) Aliran balik vena
2) Mekanisme Frank Starling
3) Refleks Bainbridge
Aliran darah hampir selalu meningkat bila konsumsi oksigen jaringan juga meningkat.
n. Curah Jantung Yang Rendah Secara Patologis
Penurunan curah jantung adalah pemompaan darah yang tidak adekuat oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Penyebab penurunan curah jantung dapat dibedakan menjadi:
1) Faktor – faktor jantung yang menyebabkan penurunan nilai batas pemompaan yang diperlukan untuk mengalirkan darah adekuat ke jaringan. Misalnya:
(a) Infark miocard yang berat
(b) Penyakit katup jantung yang berat
(c) Miocarditis
(d) Tamponade jantung
(e) Kekacauan metabolisme jantung
2) Penurunan Aliran Balik Vena yang dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
(a) Penurunan volume darah
(b) Dilatasi vena acut
(c) Penyumbatan vena – vena besar.

Beberapa tanda dan gejala sebagai defining characteristics dari penurunan curah jantung yaitu:
Altered Heart Rate/Rhythm
a) Arhytmia (takhycardia, bradycardia)
b) Palpitasi
c) Elektro cardiography (ECG) changes.
Altered Preload
Distensi vena jugularis
Fatigue
Edema
Murmur
Peningkatan/penurunan Central Venous Return (CVP)
Peningkatan/penurunan Pulmonal Arteri Wedge Pressure (PAWP)
Weight gain.
Altered afterload
Cold/clammy skin
Nafas pendek/dyspnea
Oliguria
Perpanjangan capillary refill
Penurunan nadi perifer
Variations in blood pressure readings
Penurunan/peningkatan Sistemic vascular resistance (SVR)
Penurunan/peningkatan Pulmonal vascular resistance (PVR)
Perubahan warna kulit.
Altered contractility
a) Crackles
b) Cough
c) Orthopnea/paroxysmal nocturnal dyspnea
d) Cardiac Output < 4 L/menit
e) Cardiac Index < 2,5 L/menit
f) Penurunan fraksi ejeksi, Stroke Volume Index (SVI), Left Ventricular Stroke Work Index (LVSWI)
g) Bunyi Jantung S3 dan S4.
Behavioral/emotional
anxiety
Restlessness.
Fisiologi Penurunan Curah Jantung Pada Acut Miocard Infark (AMI)
Komplikasi Acut Miocard Infark (AMI) sebagai etiologi perununan curah jantung
a) Ventricular septal ruptur
b) Papilary Muscle Ruptur (Acute Mitral Regurgitation)
c) Free Wall Rupture
d) Pseudoaneurisma
e) Left ventricular failure dan cardiogenic syock
f) Right Ventricular failure
g) Ventrikel Aneurisym
h) Dynamic Left Ventricular Outflow Obstruction
i) Arrytmia
Skema Penurunan Curah Jantung Pada Acut Miocard Infark (AMI)
Lihat bagan 3.

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Karies gigi atau pembusukan gigi adalah suatu kerusakan destruktif progresif dan mengenai jaringan-jaringan gigi yang mengalami perkapuran. 1)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi :
Bentuk gigi yang tidak beraturan dan air ludah yang banyak lagi kental
Adanya bakteri jenis Streptococcus dan Lactobacillus
Makanan yang mudah lengket dan menempel di gigi seperti : permen, coklat.
Faktor lain yang turut andil adalah tingkat kebersihan mulut, frekuensi makan, usia dan jenis kelamin, DM,TBC.
Berdasarkan survei Litbankes, prosentase angka kesakitan gigi menduduki peringkat ke-6 terbanyak (SKRT 1992). Di Indonesia prevalensi karies gigi tetap diperkirakan 60-80% dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan survei kesehatan gigi yang dilakukan oleh direktoral Kesehatan Gigi pada tahun 1995 di 10 propinsi di Indonesia (1984-1988) pada daerah kota anak umur 8 tahun mempunyai prevalensi karies 45,2%, rata-rata 0,94, anak umur 12 tahun sebesar 76,62% rata-rata 2.21, sedangkan anak umur 14 tahun mempunyai prevalensi kariesnya 73,2& dengan rata-rata 2,69. 2)
Adanya interaksi antara faktor penyebab karies, merupakan awal terjadinya lesi karies gigi. Hasil laporan penelitian-penelitian di berbagai tempat di Indonesia menunjukkan adanya prevalensi yang cukup tinggi pada anak usia prasekolah. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui karakteristik karies gigi pada anak usia prasekolah di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan, Klaten. Hasil survei pendahulu di dapatkan lebih separuh dari 42 anak mengalami karies gigi.

Rumusan Masalah
“Bagaimana karakteristik anak yang menderita karies gigi pada anak di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan, Klaten tahun 2006?”



Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik anak yang menderita karies gigi pada anak TK di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan Klaten
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui proporsi karies gigi pada anak TK di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan Klaten.
b. Mengetahui ciri-ciri anak TK dengan karies gigi berdasarkan usia, makanan, jenis kelamin dan kebiasaan sehari-hari seperti menggosok gigi di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan Klaten.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah bahan masukan untuk pihak sekolah maupun orang tua seiswa dalam mencegah karies gigi pada siswa di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan Klaten.

Ruang Lingkup Penelitian
3. Ruang Lingkup Keilmuan
Keperawatan anak dan kebutuhan dasar manusia khususnya menambah pengetahuan tentang kesehatan gigi anak.
4. Ruang Lingkup Sasaran
Sasaran penelitian ini adalah anak usia prasekolah di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan Klaten.
Ruang Lingkup Masalah :
Masalah pada penulisan ini dibatasi usia, jenis kelamin, suku bangsa, bentuk gigi, jenis makanan yang sering dikonsumsi dan pola pemeliharaan gigi.
5. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini mengambil lokasi di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan Klaten.
6. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini didasarkan pada tahun 2006.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kerangka Teori 3)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi :















Sumber : Suwelo, I.S. 1992
Nurachman, Elly. 2001

Pertanyaan Penelitian
“Bagaimana karakteristik anak yang menderita karies gigi di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan Klaten?”
BAB III
METODE PENELITIAN

Jenis
1. Berdasarkan Metode
Dalam penelitian ini menggunakan survei deskriptif
2. Berdasarkan Tujuan
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif
3. Berdasarkan Manfaat
Penelitian ini merupakan penelitian aplikatif
4. Berdasarkan Tempat
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilakukan pada komunitas anak-anak Taman Kanak-Kanak.

Definisi Operasional

NO Variabel
Subvariabel Definisi Operasional Skala Parameter
1 Karakteristik anak yang menderita karies gigi. Segala ciri anak yang menderita karies gigi meliputi :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Suku bangsa
d. Bentuk gigi
e. Janis makanan yang sering dikonsumsi
f. Pola pemeliharaan gigi Naminal
Sub. Variabel :
a. Usia
Umur anak dalam tahun dan bulan pada saat pendaftaran pada saat diadakan penelitian Naminal
b. Jenis Kelamin Laki-laki dan perempuan Naminal
c. Suku Bangsa Merupakan kelompok etnis/ras yang meliputi :
1. Jawa
2. Sunda
3. Batak
4. Dayak Naminal
d. Bentuk Gigi Penampilan gigi yang meliputi :
5. Bentuk/ukuran
6. Susunan gigi
7. Keteraturan
8. Kondisi permukaan
9. Keutuhan Naminal
e. Jenis Makanan Yang Sering Dikonsumsi Makanan/minuman yang paling sering dikonsumsi dan berkaitan dengan kejadian karies gigi Naminal
f. Pola Pemeliharaan Gigi Kebiasaan yang berhubungan dengan pemeliharaan gigi agar tidak terjadi karies gigi yang meliputi :
1) Frekuensi menggosok gigi
2) Kaontrol dokter gigi

Populasi dan Sampel
5. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah siswa-siswi TK Kemudo II, Kemudo Prambanan Klaten sebanyak 42 orang.
6. Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah seluruh siswa-siswa TK Pertiwi Kemudo II, Kemudo Prambanan Klaten sebanyak 42 orang.

Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode wawancara dan observasi.

Instrumen Pengumpulan Data
Jenis Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner untuk wawancara dan observasi.

Pengolahan Data
7. Editing
8. Koding
9. Tabulating

Analisa Data
Data penelitian diolah dengan teknik univariate yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian dengan menggunakan tabel silang dan tabel frekuensi.
10. Tabel frekuensi merupakan deskriptisasi
11. Tabel silang merupakan hasil pengelompokan data dari tabel frekuensi data yang diperoleh akan dianalisa menggunakan analisa prosentasi sebagai berikut :
0% : Tidak ada
1% - 24% : Sebagian kecil
25% - 49% : Kurang dari separuh
50% : Separuh
51% - 74% : Lebih dari separuh
75% - 99% : Sebagian basar
100% : Seluruh nya
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Data penelitian ini di peroleh langsung dari siswa-siswi di TK Pertiwi Kemudo II dengan menggunakan kuisioner dan lembar observasi kepada responden yang mengalami karies gigi. Jumlah siswa di TK Pertiwi Kemudo II tahun 2006 adalah 42 dan yang menderita karies gigi sebanyak 24 anak (57,14%). Variabel penelitian ini adalah karakteristik anak yang menderita karies gigi.

B. Pembahasan
Dari hasil penelitian dan analisa data yang dilakukan penelitian dapat mengetahui karakteristik yang paling banyak muncul pada anak yang menderita karies gigi di TK Pertiwi Kemudo Prambanan Klaten, yaitu :
1. Berdasarkan Usia
Dari hasil penelitian, lebih dari separuh (58,33%) anak menderita karies gigi berusia lebih dari 6 tahun
2. Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian, lebih dari separuh (70,83 %) anak yang menderita karies berjenis kelamin perempuan.
3. Berdasarkan Suku Bangsa
Dari hasil penelitian, seluruh (100%) anak yang menderita karies gigi berasal dari suku Jawa.
4. Bentuk Gigi
Dari hasil penelitian, sebagian kecil (8,33%) anak yang menderita karies gigi memiliki gigi yang tidak teratur yaitu gigi yang berjejal.
5. Berdasarkan Makanan Yang Dikonsumsi
Dari hasil penelitian, kurang dari separuh (25%) yang menyukai makanan manis tetapi sebagaian besar (75%) menyukai makanan lunak.
6. Berdasarkan Pola Pemeliharaan Gigi
Dari hasil penelitian, lebih dari separuh (70,83%) menggosok gigi dua kali sehari tetapi seluruhnya (100%) cara menggosok giginya tidak berurutan.

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian terhadap 24 anak yang menderita karies gigi di TK Pertiwi Kemudo II, Kemudo Prambanan Klaten Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
1. Proporsi karies gigi di TK Pertiwi Kemudo II adalah sebanyak 57,14%.
2. Lebih dari separuh anak yang menderita karies gigi berusia lebih dari enam tahun berjenis kelamin perempuan dan karakteristik yang paling menonjol adalah seluruh anak (100%) menggosok gigi dengan cara yang tidak berurutan.

Saran
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini termasuk dalam penelitian tingkat satu. Maka dari itu bagi peneliti berikutnya diharapkan melakukan penelitian yang lebih mendalam yaitu tentang hubungan antara karies gigi dengan nutrisi, pola gigi atau nutrisi selama kehamilan.
4. Bagi Puskesmas
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 57,14% anak yang menderita karies gigi, berplak sedang. Maka dari itu diharapkan agar petugas Puskesmas memberikan penyuluhan tentang karies gigi dan latihan menggosok gigi yang benar.

KUESIONER

Identitas Responden
Nama :
Umur :
Sudah Menstruasi atau belum :

Petunjuk pengisian : Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan cara memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang menurut anda paling tepat.
Menurut pendapat saudara apakah yang anda ketahui tentang Menarche ?
A. Perdarahan pertama kali yang siklik dari rahim sebagai tanda bahwa alat kandungan menuaikan faalnya.
B. Nyeri pada daerah perut sampai pinggang disertai dengan perdarahan pada daerah kelaminnya.
C. Perdarahan pada daerah alat kelamin yang disebabkan oleh penyakit.
Menurut pendapat saudara hormon apa yang mempengaruhi ciri-ciri kelamin sekunder pada wanita adalah ?
D. Somatotropon
E. Androgen
F. Estrogen
Menurut pendapat saudara, apabila seorang perempuan menginjak masa pubertas tanda yang paling awal nampak adalah ?
G. Mengalami menstruasi
H. Pertumbuhan payudara
I. Pertumbuhan rambut diketiak dan sekitar kemaluan
Menurut pendapat Saudara, apabila seorang perempuan menginjak masa pubertas tanda yang paling akhir nampak adalah ?
J. Mengalami menstruasi
K. Pertumbuhan payudara
L. Pertumbuhan rambut diketiak dan disekitar kemaluan
Menurut pendapat saudara hormon apa yang mempengaruhi pertumbuhan ?
M. Hormon Ganadotropik
N. Hormon Tirotropik
O. Hormon Somatotropik
Menurut Saudara normalnya seorang perempuan akan mengalami menstruasi yang pertama kali umur berapa ?
P. 4 – 10 tahun
Q. 10 – 16 tahun
R. 16 – 22 tahun
Menurut pendapat saudara apakah yang dimaksud dengan masa subur pada seorang wanita ?
S. Masa yang akan dialami oleh setiap wanita sebelum menstruasi pertama kali tiba
T. Masa dimana seorang wanita yang sudah menstruasi pertama kali dan berisiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual
U. Penurunan fungsi organ reproduksi pada wanita setelah masa haid berakhir
Menurut pendapat Saudara salah satu faktor eksternal yang mempercepat seorang perempuan mengalami menstruasi untuk pertama kali adalah ?
V. Faktor gizi yang baik
W. Faktor keamanan yang terjamin
X. Faktor pendidikan yang layak
Menurut pendapat saudara, salah satu faktor internal yang mempercepat seorang perempuan mengalami menstruasi untuk pertama kali adalah ?
Y. Faktor intelegensi yang tinggi
Z. Faktor keturunan
AA. Faktor keamanan yang tinggi
Menurut pendapat saudara, jarak yang normal siklus menstruasi berapa hari sekali ?
BB. 21 hari
CC. 28 hari
DD. 35 hari
Menurut pendapat saudara, darah menstruasi berasal dari ?
EE. Lapisan dinding vagina
FF. Saluran kencing
GG. Lapisan dinding rahim
Menurut pendapat saudara, kehamilan pada seorang wanita dapat terjadi karena apa ?
HH. Melakukan hubungan seksual sebelum menstruasi pertama kali tiba
II. Melakukan hubungan seksual sesudah menstruasi pertama kali tiba
JJ. Jika seorang wanita melakukan hubungan seksual pada masa subur setelah dilakukan pemotongan di kedua saluran telur (tubectomy)
Menurut pendapat saudara, kapankah organ reproduksi wanita menunaikan faalnya ?
KK. Pada saat hormon progesteron dan estrogen meningkat
LL. Pada saat sel telur sedang berfungsi dengan teratur
MM. Pada saat timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder
Menurut pendapat saudara normalnya seorang perempuan mengalami mensturasi berapa lama ?
NN. 3 – 7 hari
OO. 7 – 11 hari
PP. 11 – 15 hari
Nyeri yang hebat pada perut yang sukar ditahan dan mencengkeram (kejang) biasanya terjadi pada waktu ?
QQ. Sebelum menstruasi
RR. Pada waktu menstruasi
SS. Sesudah menstruasi
JADWAL WAKTU PENELITIAN

NO KEGIATAN W A K T U
Oktober November Desember
I II III IV I II III IV I II III IV
1 BAB I
2 BAB II
3 BAB III
4 KUESIONER
JADWAL WAKTU PENELITIAN

No Kegiatan W A K T U
Agustus September Oktober November Desember
I II III IV I II II IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Penyusunan Proposal
2 Ujian Proposal
3 Pengumpulan Data
4 Olah Data
5 Penyusunan Laporan Penelitian
6 Ujian K.T.I
DAFTAR PUSTAKA

Data Kesiswaan Tahun Pelajaran 2007/2008 SLTP N I Prambanan Klaten

Evelyn Billing, Metode Ovulasi Billing, Kepustakaan Populer, Gramedia, Jakarta 2004

Kingston Berly, Mengatasi Nyeri Haid, Arcan, 1995

Kartono Mohamad, Kontradiksi dalam Kesehatan Reproduksi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1998

Nursalam, Metodologi Riset Keperawatan, CV Infomedika, Jakarta, 2001

Sarwano Prawiroharjo, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta 1981

Sastra Winata Sulaiman, Obstetri Fisiologi, Elemen, Bandung, 1983

Notoatmodjo Soekidjo, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta 1995

Notoatmodjo Soekidjo, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta, 1993.

Winkel W. S, Psikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta 1996

WWW. acicis Murdech. edu.qu/ni 15 Mei 2007 pukul 19.07

WWW. Clitoris.com 1 April 2007 pukul 12.00

WWW.depkes.Co.Id 1 April 2007 pukul 12.00
WWW. Kes repro.info.Com 1 April pukul 12.00

WWW. Menarage.Com 1 April 2007 pukul 12.00

WWW. Mum.Org.Com 1 April 2007 pukul 12.00

WWW.journal Unair.ac.id 1 April 2007 pukul 12.00













KUNCI JAWABAN

A
C
B
A
C
B
B
A
B
B
C
B
B
A
A

Masa remaja adalah periode yang penuh dengan perubahan tubuh maupun perubahan mental, waktu anak berusia remaja menemukan kesempatan untuk mencoba yang baru. Pada tahun 2000, kaum muda berumur 14 sampai 24 tahun berjumlah 43,3 juta orang, merupakan 21% penduduk Indonesia yang merupakan tulang punggung negeri ini dan bagian dari masyarakat, yang perlu pendidikan dan bimbingan lengkap demi masa depannnya. Saat ini para remaja sangat dipengaruhi oleh media massa, termasuk internet, film dan musik. Secara umum, kaum remaja lebih terbuka menerima ide-ide baru dan lebih intensif mempergunakan teknologi baru untuk mencari informasi yang berkaitan dengan alat reproduksi. Kemudahan dalam medapatkan informasi tentang hal-hal yang menyangkut tentang organ reproduksi merupakan salah satu faktor yang mempercepat seseorang menginjak masa pubertas.

WWW.acicis.Murdech.edu.qu/ni option=com_content&task=view&id=120&Itemid=29
1 April 2007 Jam 12.00

Kurangnya informasi tentang reproduksi khususnya menarche pada remaja putri dapat berdampak terhadap reaksi individual remaja putri pada saat menstruasi yang dapat berdampak negatif antara lain : depresi, rasa takut, gangguan konsentrasi, mudah tersinggung, gelisah sukar tidur, sakit kepala, perut kembung. Sedang dampak positif antara lain : seorang gadis mulai menyesuaikan sikapnya, bahwa dirinya telah tumbuh dewasa. Dalam masa pancaroba itu ia mulai keluar dari ketergantungan kepada keluarganya, mampu menentukan sikap dalam menghadapi konflik, mampu memutuskan beberapa norma yang harus diambilnya dari luar, serta beberapa banyak ajaran orang tuanya yang dia terima. Dan pada saat inilah ia merasakan adanya dorongan baru, sesuatu tarikan terhadap lawan jenis, serta telah berfungsinya organ reproduksi untuk mempersiapkan dirinya untuk menjadi seorang ibu. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa dampak dari menarche sangat berbagai macam, ada baiknya remaja putri mengetahui pentingnya informasi tentang menarche, sehingga ia dapat berindak dengan baik dan benar, sehingga ia tahu apa yang harus dia lakukan pada saat mengalami menstruasi serta dampak negatif dari menstruasi dapat ditekan seminimal mungkin. Pengetahuan tentang menstruasi dapat distimulus dari berbagai faktor diantaranya : sosial ekonomi, kultur, pendidikan, pengalaman. Angka kejadian haid yang pertama kali (menarche) banyak terjadi pada jenjang SLTP.

WWW.Kesrepro Info.com/downloads/Pedoman%20Kes%20Jiwa%20Remaja.Pdf
1 April 2007 Jam 12.00



Menarche merupakan titik permulaan si gadis menginjak masa puber (masa kedewasaan), yang dipengaruhi oleh kelenjar hipofisis yang terletak persis dibawah otak, dibawah pengaruh jam biologis, memberi tanda pada indung telur untuk mulai memproduksi hormon esterogen dalam jumlah yang memadai untuk pembesaran payudara pematangan organ-organ seksual dan perubahan emosi. Rahim juga mengalami perubahan hormonal, yang memungkinkan terjadinya menstruasi dan sebagai persiapan untuk kehamilan. Sehingga bila seseorang telah mengalami menarche sangat beresiko jika melakukan hubungan sexual dapat berakibat kehamilan pranikah, aborsi ilegal yang berbahaya atau “Married-By-Accident”

WWW.depkes.go.id 1 April 2007

LAPORAN PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS VIII SLTP
TENTANG MENARCHE DI SLTP N I
PRAMBANAN KLATEN JAWA TENGAH
TAHUN 2007







Disusun Oleh :
Nama : B. Wijanarko Listyo Hatmoko
NIM : 252187

AKADEMI KEPERAWATAN PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
2007
LAPORAN PENELITIAN
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS VIII SLTP
TENTANG MENARCHE DI SLTP N I PRAMBANAN KLATEN
JAWA TENGAH TAHUN 2007



Disusun oleh :
Nama : B. Wijanarko Listyo Hatmoko
NIM : 252187



Karya Tulis Ilmiah ini telah memenuhi persyaratan dan disetujui
pada tanggal 12 Februari 2008



Pembimbing,

C. Sri Hari Ujiningtyas, S.Kep
KARYA TULIS ILMIAH

Dipertahankan di depan dewan penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi
Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta dan diterima Untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III
Keperawatan Pada tanggal 20 Februari 2008



Mengesahkan
Direktur Akademi Keperawatan
Panti Rapih Yogyakarta



C. Sri Hari Ujiningtyas, S.Kp
NIK. 198310006





Penguji :
C. Sri Hari Ujiningtyas, S.Kp ………………………

Agnes Mahayanti, S.Kep.,Ns ………………………
MOTTO
PERSEMBAHAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di SLTP N I Prambanan
Kecamatan Prambanan, Klaten tahun 2007 22

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Menstruasi di SLTP I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten tahun 2007 23

Tabel 3 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Menarche
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Menarche
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun
2007 24

Tabel 4 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Hormon yang
Mempengaruhi Ciri-ciri Kelamin Sekunder Pada Wanita Di SLTP
N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 25

Tabel 5 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tanda Pubertas Yang
Nampak Paling Awal Pada Siswi Di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 26

Tabel 6 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tanda Pubertas Yang
Nampak Paling Akhir Pada Siswi Di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 27

Tabel 7 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Hormon Pertumbuhan
Pada Siswi Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007 28

Tabel 8 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Normalnya Umur
Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007 29

Tabel 9 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Masa Subur Pada
Seorang Wanita Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan,
Klaten Tahun 2007 30

Tabel 10 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Faktor Eksternal Yang
Mempercepat Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan
Prambanan, Klaten Tahun 2007 31

Tabel 11 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Faktor Internal Yang
Mempercepat Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan
Prambanan, Klaten Tahun 2007 32
Tabel 12 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Siklus Menstruasi Yang
Normal Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007 33

Tabel 13 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Asal Darah Menstruasi
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun
2007 34

Tabel 14 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Terjadinya Kehamilan
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun
2007 35

Tabel 15 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Berfungsinya Organ
Reproduksi Wanita Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan
Prambanan, Klaten Tahun 2007 36

Tabel 16 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Lamanya Seorang
Wanita Mengalami Menstruasi Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan
Prambanan, Klaten Tahun 2007 37

Tabel 17 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Terjadinya Nyeri Yang
Mencengkeram Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan,
Klaten Tahun 2007 38

Tabel 18 Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Menarche Di SLTP N I
Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 39

Tabel 19 Tabel Silang Antara Umur dengan Tingkat pengetahuan Remaja
Tentang Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan,
Klaten Tahun 2007 40

Tabel 20 Tabel Silang Antara Status Menstruasi dengan Tingkat Pengetahuan
Remaja Putri Tentang Menarche Di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 41

Tabel 21 Tabel Silang Antara Status Menstruasi dengan Umur Remaja Putri
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun
2007 42



DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kuesioner
Lampiran 2. Lembar Kunci Jawaban
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4. Hasil Pengkodean dan Tabulating
Lampiran 5. Rencana Jadwal Penelitian
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN MOTTO iv
HALAMAN PERSEMBAHAN v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN viii
DAFTAR ISI ix
ABSTRAK x
KATA PENGANTAR xi
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 5
Ruang Lingkup 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
Tinjauan Teori 6
1. Perkembangan Seksual Wanita 6
2. Pubertas 7
3. Menarche 8
4. Fisiologi Haid 10
5. Dismenore 11
6. Pengetahuan 13
Kerangka Teori 16
Pertanyaan Penelitian 16
BAB III METODE PENELITIAN 17
Jenis Penelitian 17
Desain Penelitian 18
7. Definisi Operasional 18
8. Populasi dan Sampel 18
9. Teknik Pengumpulan Data 19
10. Instrumen Pengumpulan Data 19
11. Pengolahan Data 19
12. Analisa Data 20
BAB IV HASIL PENELITIAN 21
BAB V PEMBAHASAN 43
BAB VI PENUTUP 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK

Nama : B. Wijanarko Listyo Hatmoko
NIM : 252187
Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP Tentang Menarche di SLTP N 1 Prambanan Klaten Jawa Tengah Tahun 2007
Tanggal Uji : 20 Februari 2008
Pembimbing : C. Sri Hari Ujiningtyas, S.Kp
Judul Pustaka : 8 buku (1981-2004) 7 akses internet (2007)
Jumlah Halaman : XI, 51 halaman, daftar pustaka, lampiran

Menarche atau menstruasi pertama merupakan salah satu dari banyak manifestasi pubertas dan remaja awal pada anak perempuan. Pada periode pubertas ini terjadi proses pematangan kelenjar-kelenjar seksual dan dapat terjadi antara usia 12-16 tahun. Yang diteliti dalam tingkat pengetahuan pada remaja putri kelas VIII SLTP N 1 Prambanan meliputi dari usia, status menstruasi, pengertian menarche, perkembangan seksual wanita, pubertas, fisiologi haid, dismenore. Tujuan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode survey deskriptif, dimana peneliti ingin menggambarkan bagaimana Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP N 1 Prambanan Tentang Menarche.
Penelitian ini menggunakan total population yaitu seluruh anggota populasi yang sudah ataupun belum menstruasi menjadi anggota sampel. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik angket, berupa data primer yang didapatkan dari remaja putri kelas VIII SLTP N I Prambanan Klaten.
Hasil penelitian yang dilakukan adalah lebih dari separuh (67,13%) responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, kurang dari separuh (26,57%) responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan (6,30%) responden memiliki tingkat pengetahuan rendah. Penelitian ini menyarankan bagi pihak sekolah agar memberikan penyuluhan kesehatan tentang seksualitas bagi remaja agar generasi muda tidak berhenti di tengah jalan dalam mengenyam pendidikan, dan untuk peneliti berikutnya agar dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam yaitu : Hubungan antara ras dan gizi dengan umur menarche pada remaja putri pedesaan dan perkotaan.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP Tentang Menarche di SLTP N I Prambanan Klaten Jawa Tengah Tahun 2007”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan di Akademi Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
Ibu C. Sri Ujiningtyas, S. Kp selaku Direktur Akademi Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta dan Pembimbing Teknis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
Bapak Ign Gonggo Prihatmono, SKM dan Bapak A.Y Sutedjo, SKM selaku dosen pengampu riset dan pengembangan keperawatan.
Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.
Penulis,

BAB III
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
1. Berdasarkan Metode
Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa yang urgen terjadi pada masa kini. Fenomena disajikan secara apa adanya tanpa adanya manipulasi dan peneliti tidak mencoba menganalisa bagaimana dan mengapa fenomena tersebut bisa terjadi.1)
2. Berdasarkan Tujuan
Penelitian ini termasuk penelitian eksplanatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fakta-fakta yang ada atau ditemukan serta huibungannya dengan teori.
3. Berdasarkan Manfaat
Penelitian ini merupakan penelitian terapan (aplied Research) karena menerapkan berbagai disiplin ilmu untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri tentang Menarche.
4. Berdasarkan Tempat
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilakukan pada situasi yang sebenarnya.

Desain Penelitian
5. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Skala Parameter
1. Tingkat pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche Segala sesuatu yang diketahui Remaja Putri tentang Menarche meliputi :
1. Pengertian Menarche
2. Perkembangan seksual wanita
3. Pubertas
4. Fisiologi haid
5. Dismenore (Nyeri haid)
Diukur dengan 15 pertanya-an dengan kriteria untuk setiap pertanyaan :
-1 Skore benar 1
-2 Skore salah 0 ordinal Nilai parameter :
Skore 0 – 5 = Rendah
Skore 6 – 10 = Sedang
Skore 11 – 15 = Tinggi

6. Pupulasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua remaja putri di kelas VIII SLTP N I Prambanan Klaten.
b. Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VIII SLTP N I Prambanan Klaten sebanyak 143 anak. Sampel ini diambil menggunakan teknik total populasi.
7. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan teknik angket, berupa data primer yang didapatkan dari remaja putri kelas VIII SLTP N I Prambanan Klaten.
8. Instrumen Pengumpulan Data
Jenis instrumen yang digunakan untuk menghimpun data adalah kuesioner dan alat tulis. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner bentuk tertutup yaitu kuesionar yaitu kuesioner yang mempunyai keuntungan mudah ditabulasi tetapi kurang mencakup jawaban dari responden. Jenis pertanyaan yang menyediakan beberapa alternatif jawaban dan responden hanya memilih satu jawaban yang sesuai dengan pendapatnya.
9. Pengolahan Data
a. Editing
Memeriksa seluruh kuesioner yang telah diisi oleh responden yang meliputi kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang diajukan kelengkapan daftar pertanyaan dan keajegan jawaban responden.
b. Koding
Memberikan tanda atau simbol pada jawaban yang diterima.
c. Tabulating
Menyusun dan menghitung data hasil pengkodean untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabel.
10. Analisa Data
Menggunakan analisa data univariate dan data jawaban dapat dianalisa secara kuantitatif. Analisa univariate adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisa kuantitatif adalah analisis yang digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka, baik sebagai hasil pengukuran maupun hasil dari konversi dari data kualitatif ke data kuantitatif.2)
Konsep analisa yang diambil :
0 % : Tidak ada
1-24 % : Sebagian kecil
25-49 % : Kurang dari separuh
50 % : Separuh
51-74 % : Lebih dari separuh
75-99 % : Sebagian besar
100 % : Keseluruhan

ABSTRAK

Nama : B. Wijanarko Listyo Hatmoko
NIM : 252187
Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP Tentang Menarche di SLTP N 1 Prambanan Klaten Jawa Tengah Tahun 2007
Tanggal Uji : 18 Februari
Pembimbing : C. Sri Hari Ujiningtyas, S.Kp
Judul Pustaka : 8 buku (1981-2004) 7 akses internet (2007)
Jumlah Halaman : XI, 51 halaman, daftar pustaka, lampiran

Menarche atau menstruasi pertama merupakan salah satu dari banyak manifestasi pubertas dan remaja awal pada anak perempuan. Pada periode pubertas ini terjadi proses pematangan kelenjar-kelenjar seksual dan dapat terjadi antara usia 12-16 tahun. Yang diteliti dalam tingkat pengetahuan pada remaja putri kelas VIII SLTP N 1 Prambanan meliputi dari usia, status menstruasi, pengertian menarche, perkembangan seksual wanita, pubertas, fisiologi haid, dismenore. Tujuan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode survey deskriptif, dimana peneliti ingin menggambarkan bagaimana Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP N 1 Prambanan Tentang Menarche.
Penelitian ini menggunakan total population yaitu seluruh anggota populasi yang sudah ataupun belum menstruasi menjadi anggota sampel. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik angket, berupa data primer yang didapatkan dari remaja putri kelas VIII SLTP N I Prambanan Klaten.
Hasil penelitian yang dilakukan adalah lebih dari separuh (67,13%) responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, kurang dari separuh (26,57%) responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan (6,30%) responden memiliki tingkat pengetahuan rendah. Penelitian ini menyarankan bagi pihak sekolah agar memberikan penyuluhan kesehatan tentang seksualitas bagi remaja agar generasi muda tidak berhenti di tengah jalan dalam mengenyam pendidikan, dan untuk peneliti berikutnya agar dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam yaitu : Hubungan antara ras dan gizi dengan umur menarche pada remaja putri pedesaan dan perkotaan.

BAB V
PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian dan analisa data yang dilakukan peneliti dapat mengetahui Tingkat Pengetahuan Remaja putri kelas VIII SLTP Tentang Menarche Di SLTP N I Prambanan Klaten, yaitu :
Pembahasan Persoal :
Berdasarkan Usia
Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, Menarche pun akan berlangsung dengan sendirinya. Hal ini karena menarche merupakan kejadian yang fisiologis yang dialami oleh seorang wanita yang menginjak masa puber. Dari hasil penelitian, sebagian besar (75.50%) responden berumur diantara 13 - 14 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya menarche biasanya pada usia 13 - 14.

Berdasarkan Status Menstruasi
Prevalensi yang sudah menstruasi lebih banyak dari pada yang belum menstruasi. Dari hasil penelitian, sebagian besar (81.11%) responden sudah mengalami menstruasi.

Berdasarkan Pengertian Menarche
Salah satu usaha dalam memberikan pengetahuan tentang menarche adalah dengan cara pengajaran yang disampaikan oleh Bapak/Ibu guru biologi. Dengan mengetahui pengertian menarche diharapkan siswi/remaja putri mengetahui bahwa rahimnya telah menuaikan faalnya. Dari hasil penelitian, Lebih dari separuh (54.55%) responden tidak mengetahui tentang pengertian menarche. Dengan hal itu mungkin dapat meningkatkan angka sex pranikah di kalangan remaja dan kehamilan di luar nikah.

Berdasarkan Hormon Yang Mempengaruhi Ciri-ciri Kelamin Sekunder Pada Wanita.
Ilmu Pengetahuan Alam yang diberikan oleh Bapak/Ibu guru diduga salah satu penyebab responden menjawab benar. Dari hasil penelitian, Lebih dari separuh (65.73%) responden mengetahui tentang hormon yang mempengaruhi ciri-ciri kelamin sekunder pada wanita.

Berdasarkan Tanda Pubertas yang tampak paling awal pada remaja putri
Diduga karena tidak pernah memperlihatkan perubahan bentuk tubuh pada waktu menginjak pubertas sehingga dari hasil penelitian, Lebih dari separuh (62.94%) responden tidak mengetahui tentang tanda Pubertas yang nampak paling awal.

Berdasarkan Tanda Pubertas Yang Nampak Paling Akhir Pada Remaja Putri
Di duga karena tidak pernah memperhatikan perubahan bentuk tubuh dan alat reproduksi pada waktu mengijak Pubertas atau karena perubahan bentuk tubuh dan alat reproduksi yang berlangsung secara bersamaan sehingga dari hasil penelitian, Sebagian besar (76.93%) responden tidak mengetahui tentang tanda pubertas yang nampak paling akhir yaitu menstruasi pertama kali (menarche).

Berdasarkan hormon pertumbuhan
Pengajaran dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam yang diberikan oleh Bapak/Ibu guru kepada siswinya terus menyumbang dalam hal Pengetahuan siswi terhadap hormon pertumbuhan. Dari hasil Penelitian, lebih dari Separuh (59.44%) responden mengetahui tentang hormon pertumbuhan.

Berdasarkan Normalnya Umur Terjadinya Menarche
Dengan mengalaminya sendiri waktu terjadinya menarche membuat sebagian besar (93.70%) responden mengetahui normalnya umur terjadinya menarche. Hal ini juga disebabkan oleh pengetahuan yang didapat dari sekolahannya.

Berdasarkan Masa Subur Pada Seorang Wanita
Diharapkan dengan mengetahui masa subur dapat menekan angka terjadinya kehamilan atau sex pranikah, Dari hasil penelitian, sebagian besar (89.51%) responden mengetahui tentang masa subur pada seorang wanita. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan yang didapat dari sekolahannya.
Berdasarkan Faktor Eksternal yang mempercepat menarche.
Makanan yang bergizi adalah salah satu faktor eksternal yang mempercepat terjadinya menarche. Dari hasil penelitian, lebih dari separuh (51.75%) tidak mengetahui faktor yang mempercepat menarche. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya informasi tentang menstruasi pertama kali (menarche).

Berdasarkan Faktor Internal yang mempercepat Menarche
Faktor Keturunan adalah salah satu faktor internal yang mempercepat menarche. Dari hasil penelitian, Sebagian besar (90.90%) responden mengetahui faktor internal yang mempercepat menarche.

Berdasarkan Siklus Menstruasi yang Normal
Dengan mengalami sendiri tentang siklus menstruasi di duga sebagian besar (81.81%) responden mengetahui tentang siklus menstruasi normal.

Berdasarkan Tentang Asal Darah Menstruasi
Perkembangan informasi yang begitu cepat dan mudah diakses bagi kaum pelajar, sehingga kami pelajar atau responden menjawab lebih dari separuh (68.53%) responden mengetahui asal darah menstruasi.

Berdasarkan Terjadinya Kehamilan
Dari hasil penelitian, lebih dari separuh (64.34%) responden tidak mengetahui terjadinya kehamilan. Hal ini menunjukkan bahwa informasi tentang alat reproduksi sangatlah penting karena untuk menekan kehamilan di luar nikah pada usia remaja.

Berdasarkan Organ Reproduksi Wanita Menuaikan Faalnya
Pada saat sel telur sedang berfungsi dengan teratur inilah salah satu faktor penyebab kehamilan. Dari hasil penelitian, lebih dari separuh (62.94%) responden tidak mengetahui berakhirnya tanda pubertas yang paling akhir (menstruasi pertama kali). Hal ini menunjukkan bahwa informasi tentang kehamilan di sekolah sangatlah kurang sehingga apabila remaja putri sudah menstruasi melakukan hubungan intim sangat beresiko terjadinya kehamilan, karena alat kandungannya sudah menuaikan faalnya.

Berdasarkan Lamanya Seorang Wanita Mengalami Menstruasi
Sebagian besar (81.11%) responden sudah menstruasi diduga dengan pengalaman tersebut, responden menjawab benar. Dari hasil penelitian, sebagian besar (89.51) responden mengetahui lamanya seorang wanita mengalami menstruasi

Berdasarkan Terjadinya Nyeri Yang Mencengkeram
Kurangnya hormon Progesteron dan estrogen pada waktu sebelum menstruasi diduga penyebab nyeri yag mencengkeram. Dari hasil Penelitian, lebih dari separuh (51.04%) responden mengetahui terjasinya nyeri yang mencengkeram.

Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche
Diduga karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mata pelajaran biologi yang didapatkan dari Bp/Ibu guru disekolahnya sehingga siswi kelas VIII SLTP N1 Prambanan lebih dari separuh (67.13%) responden memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang Menarche.

Berdasarkan Tabel Silang Antara Umur Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche
Dari 143 responden (92,30%) responden berumur 13-14 tahun yang berjumlah 132 orang, dan memiliki tingkat pengetahuan sedang. Diduga pada saat umur 13-14 tahun responden sudah mengalami menstruasi untuk pertama kalinya, sehingga responden masih dapat mengingat dengan jelas peristiwa terseut. Dan bagi responden yang berumur kurang dari atau lebih dari 13-14 tahun kemungkinan belum pernah atau bahkan sudah lupa tentang peristiwa tersebut sehingga tingkat pengetahuannya rendah.

Berdasarkan Status Menstruasi Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche
Dari 143 responden (81,11%) sudah mengalami menstruasi yang berjumlah 116 orang dan memiliki tingkat pengetahuan sedang. Hal ini diduga apabila responden sudah menstruasi akan lebih mengetahui tentang menstruasi sehingga responden dapat menjawab pertanyaan dari peneliti.

Berdasarkan Status Menstruasi Dengan Umur Remaja Putri
Dari 143 responden, (81,11%) sudah mengalami menstruasi yang berjumlah 116 orang, dan sebagian besar (92,30%) responden berumur diantara 13-14 tahun dengan jumlah 132 orang. Diduga perkembangan teknologi yang cukup pesat seperti VCD, komputer dan internet yang mempermudah kita mengakses berbagai hal yang kita inginkan. Adapun faktor gizi, faktor tempat tinggal dan faktor ras yang diduga dapat mempercepat seorang wanita menstruasi untuk pertama kalinya.

Dari hasil penelitian, separuh responden dapat menjawab dengan benar kuesioner yang diberikan meliputi : Pengertian menarche, perkembangan seksual wanita, pubertas, fisiologi haid dan dismenore. Setelah dianalisa didapatkan lebih dari separuh siswa SLTP N I Prambanan Kelas VIII tidak mengetahui terjadinya kehamilan, dan memiliki tingkat pengetahuan sedang sehingga mempunyai resiko tinggi terjadinya kehamilan di luar nikah.
Dari beberapa komponen kuesioner yang diberikan dapat diketahui pengetahuan remaja putri tentang menarche yang sudah baik meliputi pengetahuan tentang : Hormon remaja putri mengalami menarche, masa subur pada seorang wanita, faktor internal yang mempercepat menarche, siklus menstruasi yang normal, asal darah menstruasi, lamanya seorang wanita mengalami menstruasi dan terjadinya nyeri yang mencengkeram.
Dari data yang didapat juga diketahui bahwa pengetahuan remaja putri tentang menarche yang kurang baik meliputi : Pengertian menarche, tanda pubertas yang nampak paling awal pada remaja putri, tanda pubertas yang nampak paling akhir pada remaja putri, faktor eksternal yang mempercepat menarche, terjadinya kehamilan, dan berfungsinya organ reproduksi. Kebanyakan remaja putri menjawab kurang tepat tentang hal tersebut. Hal ini dapat diperbaiki dengan pemberian informasi dari Bp/Ibu guru khususnya yang mengajar biologi, sehingga kehamilan di luar nikah di usia remaja dapat ditekan sekecil mungkin.

Faktor Pendukung dan Penghambat
1. Faktor Pendukung
a. Responden yang bersedia untuk diajak kerjasama dalam mengisi kuesioner.
b. Bantuan dan kesempatan yang diberikan dari SLTP N I Prambanan dan Siswi kelas VIII.
c. Bantuan dari pembimbing KTI yang selalu membimbing dalam penyusunan.
2. Faktor Penghambat
a. Waktu yang terbatas dari peneliti.
BAB VI
PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian terhadap 143 remaja di SLTP N I Prambanan, Klaten, Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
Untuk tingkat pengetahuan tentang menarche diperoleh lebih dari separuh (67.13%) responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, kurang dari separuh (26.57%) responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan (6.30%) responden memiliki tingkat pengetahuan rendah.

Saran
1. Bagi Pihak Sekolah
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 64.34% remaja putri tidak mengetahui terjadinya suatu kehamilan. Maka dari itu diharapkan agar pihak sekolah memberikan penyuluhan kesehatan tentang seksualitas bagi remaja agar generasi muda yang akan menjadi tulang punggung negeri ini tidak berhenti di tengah jalan dalam mengenyam pendidikan. Dan dapat menyukseskan program wajib belajar 9 tahun dari pemerintah.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Penelitian ini meneliti tentang tingkat pengetahuan remaja putri Kelas VIII tentang menarche di SLTP N I Prambanan diharapkan bagi peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam yaitu : hubungan antara ras dan gizi dengan umur menarche pada remaja putri pedesaan dan perkotaan.



INSIDEN
Penyakit tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau epidemik. Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat diisolasi dari faring dua hari sebelum sampai enam hari setelah terjadi pembesaran kelenjar parotis. Pada penderita parotitis tanpa pembesaran kelenjar parotis, virus dapat pula diisolasi dari faring. Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar. Baik infeksi klinis maupun subklinis menyebabkan imunitas seumur hidup. Bayi sampai umur 6 – 8 bulan tidak dapat terjangkit parotits karena dilindungi oleh anti bodi yang dialirkan secara transplasental dari ibunya.3 Insiden tertinggi pada umur antara 5 sampai 9 tahun, kemudian diikuti antara umur 1 sampai 4 tahun, kemudian umur antara 10 sampai 14 tahun.5

PATOGENESIS

Virus masuk tubuh mungkin via hidung/mulut; proliferasi terjadi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf dan yang paling sering terkena ialah glandula parotis. Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Mumps ialah suatu infeksi umum.2

Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.3



MANIFESTASI KLINIS

Masa tunas 14 sampai 24 hari. Dimulai dengan stadium prodromal, lamanya 1 sampai 2 hari dengan gejala demam, anoreksia, sakit kepala, muntah dan nyeri otot. Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,5 0C sampai 39,50C kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian dapat menjadi bilateral. Pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan maupun perabaan, terlebih-lebih bila penderita makan atau minum sesuatu yang masam, ini merupakan gejala khas untuk parotitis.

(Sumber: http://oncejevuska.blogspot.com/2007/04/mumps-parotitis-epidemika.html)

Perkembangan Seksual Wanita
Pada waktu dilahirkan seorang bayi telah mengalami pembentukan organ seksual. Bayi perempuan yang lahir cukup bulan pembentukan genetalia interna dan genetalia eksterna sudah terbentuk. Dalam perkembangan dan pertumbuhan organ genetalia ini tidak lepas dari pengaruh hormon kelamin. Besar kecilnya pengaruh hormon kelamin tergantung pada masa kehidupan yang dialami wanita.
Pada masa kanak-kanak perangsang oleh hormon kelamin ini sangat kecil, sehingga pada masa ini alat-alat genitalia tidak memperhatikan pertumbuhan yang berarti, pada masa ini yang terlibat adalah pengaruh hormon hipofisis terhadap pertumbuhan badan.
Pengaruh hormon kelamin terlihat jelas pada masa pubertas. Pada masa ini seorang wanita mengalami pemasakan seksual untuk memasuki masa fertil, sehingga alat reproduksi mencapai kematangan dan siap untuk bereproduksi. Normal pubertas paling awal pada usia 9 tahun kemudian lengkap pada semua aspek selambat-lambatnya pada usia 16 tahun pada anak wanita.

www.clitoris.com/modules.Php?op=modload & name=downloads & file = index & reg = getit = 444

1. Menarche
Menarche adalah haid yang pertama kali yang dialami oleh wanita yang berusia 10-16 tahun. Hal ini merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita untuk kehamilannya.
Adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi umur menarche dari hasil statistik didapatkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi, faktor tempat tinggal (lingkungan) adapun penjelasan dari faktor-faktor tersebut sebagai berikut :

Faktor Keturunan
Dari penelitian terdahulu ternyata didapatkan perbedaan rata-rata umur menarche pada beberapa negara. Perbedaan ini menurut beberapa peneliti merupakan manifestasi dari faktor genetik. Faktor genetik ini mempengaruhi umur menarche. Bahwa pengaruh ini datang dari ibu ke anak gadisnya, sehingga ada kolerasi baik antara usia menarche ibu dan anak, atau antara anak-anak dan saudara-saudara perempuan.
Faktor Tempat
Bahwa gadis-gadis atau remaja putri di kota mendapatkan haid yang pertama pada umur yang lebih muda atau awal jika dibandingkan dengan gadis-gadis desa. Gadis-gadis di kota dapat menikmati berbagai macam sarana hiburan seperti novel, vidio, kaset, majalah hiburan, dan film. Hal ini memberikan stimulus pada otak untuk merangsang produksi hormon seksual lebih dini, sehingga menarche akan terjadi pada umur yang lebih dini.
Faktor Gizi
Gizi sangat berperan penting dalam pertumbuhan seksual. Bahwa nutrisi mempunyai pengaruh terhadap pemasakan seksual baik pada hewan maupun manusia, karena gizi mempengaruhi sekresi hormon gonadotropin dan respon terhadap LH (Luteinizing Hormone), hormon ini berfungsi untuk sekresi estrogen dan progesteron dalam ovarium sehingga tanda-tanda sex sekunder akan cepat muncul dibanding remaja putri yang kekurangan nutrisi

www.menarche.com/post/29007_20.blog.m3-access

www.depkes.go.id/downloads/Pedoman%20Kes%20Jiwa%20Remaja.pdf

Masa Remaja

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.

Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memhami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi tersebut.

Dimensi Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.

Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja. http://www.duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=120&Itemid=29

Fisiologi Curah Jantung
a. Curah Jantung Normal
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa ke dalam aorta oleh jantung setiap menit. Merupakan jumlah darah yang mengalir melalui sirkulasi dan bertanggung jawab untuk transportasi substansi – substansi ke dan dari jaringan. Aliran balik vena dan curah jantung harus setara satu sama lain kecuali untuk beberapa denyut jantung pada suatu waktu bila darah untuk sementara disimpan atau dikeluarkan dari jantung dan paru – paru.
Curah jantung sangat bervariasi bergantung pada tingkat aktivitas tubuh. Curah jantung meningkat sebanding dengan luas permukaan tubuh disebut sebagai indeks jantung, yaitu curah jantung per meter persegi luas permukaan tubuh.



Faktor yang berpengaruh terhadap pengaturan curah jantung:
1) Aliran balik vena
2) Mekanisme Frank Starling
3) Refleks Bainbridge
Aliran darah hampir selalu meningkat bila konsumsi oksigen jaringan juga meningkat.
b. Curah Jantung Yang Rendah Secara Patologis
Penurunan curah jantung adalah pemompaan darah yang tidak adekuat oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Penyebab penurunan curah jantung dapat dibedakan menjadi:
1) Faktor – faktor jantung yang menyebabkan penurunan nilai batas pemompaan yang diperlukan untuk mengalirkan darah adekuat ke jaringan. Misalnya:
(a) Infark miocard yang berat
(b) Penyakit katup jantung yang berat
(c) Miocarditis
(d) Tamponade jantung
(e) Kekacauan metabolisme jantung.



2) Penurunan Aliran Balik Vena yang dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
(a) Penurunan volume darah
(b) Dilatasi vena acut
(c) Penyumbatan vena – vena besar.
Beberapa tanda dan gejala sebagai defining characteristics dari penurunan curah jantung yaitu:
Altered Heart Rate/Rhythm
a) Arhytmia (takhycardia, bradycardia)
b) Palpitasi
c) Elektro cardiography (ECG) changes.
Altered Preload
Distensi vena jugularis
Fatigue
Edema
Murmur
Peningkatan/penurunan Central Venous Return (CVP)
Peningkatan/penurunan Pulmonal Arteri Wedge Pressure (PAWP)
Weight gain.

Altered afterload
Cold/clammy skin
Nafas pendek/dyspnea
Oliguria
Perpanjangan capillary refill
Penurunan nadi perifer
Variations in blood pressure readings
Penurunan/peningkatan Sistemic vascular resistance (SVR)
Penurunan/peningkatan Pulmonal vascular resistance (PVR)
Perubahan warna kulit.
Altered contractility
a) Crackles
b) Cough
c) Orthopnea/paroxysmal nocturnal dyspnea
d) Cardiac Output < 4 L/menit
e) Cardiac Index < 2,5 L/menit
f) Penurunan fraksi ejeksi, Stroke Volume Index (SVI), Left Ventricular Stroke Work Index (LVSWI)
g) Bunyi Jantung S3 dan S4.

Behavioral/emotional
anxiety
Restlessness.
Fisiologi Penurunan Curah Jantung Pada Acut Miocard Infark (AMI)
Komplikasi Acut Miocard Infark (AMI) sebagai etiologi perununan curah jantung
a) Ventricular septal ruptur
b) Papilary Muscle Ruptur (Acut Mitral Regurgitation)
c) Free Wall Rupture
d) Pseudoaneurisma
e) Left ventricular failure dan cardiogenic syock
f) Right Ventricular failure
g) Ventrikel Aneurisym
h) Dynamic Left Ventricular Outflow Obstruction
i) Arytmia







Skema Penurunan Curah Jantung Pada Acut Miocard Infark (AMI)
Bagan 3
Patofisiologi Komplikasi AMI sebagai etiologi penurunan curah jantung











Dirangkum dari: http://health.allrefer.com/health/heart-attack-info.html; Guyton Athur, 2002, halaman 327



Penatalaksanaan Keperawatan Resiko Penurunan Curah Jantung Pada Pasien Acut Miocard Infark (AMI)
c. Pengkajian Keperawatan Terkait Dengan Resiko Penurunan Curah Jantung Pada Pasien Acut Miocard Infark (AMI)
1) Data Subyektif
a) Klien mengatakan lemah, mudah capai
b) Klien mengatakan sesak nafas
c) Klien mengatakan pusing (pening)
d) Klien mengatakan nyeri dada (skala 0 – 4)
2) Data Obyektif
a) Tekanan darah menunjukkan penurunan
b) Denyut nadi: cepat dan teraba lemah
c) Distensi vena jugularis
d) Capilary refil lambat lebih dari tiga detik
e) Pernafasan: menunjukkan peningkatan frekuensi
f) Kulit teraba dingin, tampak banyak keluar keringat dingin
g) Ujung – ujung extremitas tampak kebiruan dan pucat
h) Klien menunjukkan expresi wajah kesakitan akibat nyeri dada
i) Jumlah pengeluaran urine dalam 24 jam, menunjukkan penurunan (kurang dari 0,5 cc/kgBB/jam)
j) Hasil rekaman EKG menunjukkan aritmia/disritmia
k) Tampak edema pada ekstremitas bawah, palpebra
l) Tampak edema paru – paru pada pemeriksaan radiologi
m) Terdengar bunyi nafas tambahan (creckles/rales) pada auskultasi paru – paru
n) Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan dari nilai normal (ureum, kreatinin, LDH, CKMB, hematokrit).
d. Diagnosa Keperawatan Terkait Resiko Penurunan Curah Jantung Pada Pasien Acut Miocard Infark (AMI) adalah Resiko Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan:
1) Perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal
2) Penurunan preload/peningkatan tahanan vaskular sistemik (TVS)
3) Otot infark/diskinetik, kerusakan struktural, contoh aneurisma ventrikular, kerusakan septal.

Perkembangan Seksual Wanita
Pada waktu dilahirkan seorang bayi telah mengalami pembentukan organ seksual. Bayi perempuan yang lahir cukup bulan pembentukan genetalia interna dan genetalia eksterna sudah terbentuk. Dalam perkembangan dan pertumbuhan organ genetalia ini tidak lepas dari pengaruh hormon kelamin. Besar kecilnya pengaruh hormon kelamin tergantung pada masa kehidupan yang dialami wanita.
Pada masa kanak-kanak perangsang oleh hormon kelamin ini sangat kecil, sehingga pada masa ini alat-alat genitalia tidak memperhatikan pertumbuhan yang berarti, pada masa ini yang terlibat adalah pengaruh hormon hipofisis terhadap pertumbuhan badan.
Pengaruh hormon kelamin terlihat jelas pada masa pubertas. Pada masa ini seorang wanita mengalami pemasakan seksual untuk memasuki masa fertil, sehingga alat reproduksi mencapai kematangan dan siap untuk bereproduksi. Normal pubertas paling awal pada usia 9 tahun kemudian lengkap pada semua aspek selambat-lambatnya pada usia 16 tahun pada anak wanita.

www.clitoris.com/modules.Php?op=modload & name=downloads & file = index & reg = getit = 444

1. Menarche
Menarche adalah haid yang pertama kali yang dialami oleh wanita yang berusia 10-16 tahun. Hal ini merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita untuk kehamilannya.
Adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi umur menarche dari hasil statistik didapatkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi, faktor tempat tinggal (lingkungan) adapun penjelasan dari faktor-faktor tersebut sebagai berikut :

Faktor Keturunan
Dari penelitian terdahulu ternyata didapatkan perbedaan rata-rata umur menarche pada beberapa negara. Perbedaan ini menurut beberapa peneliti merupakan manifestasi dari faktor genetik. Faktor genetik ini mempengaruhi umur menarche. Bahwa pengaruh ini datang dari ibu ke anak gadisnya, sehingga ada kolerasi baik antara usia menarche ibu dan anak, atau antara anak-anak dan saudara-saudara perempuan.
Faktor Tempat
Bahwa gadis-gadis atau remaja putri di kota mendapatkan haid yang pertama pada umur yang lebih muda atau awal jika dibandingkan dengan gadis-gadis desa. Gadis-gadis di kota dapat menikmati berbagai macam sarana hiburan seperti novel, vidio, kaset, majalah hiburan, dan film. Hal ini memberikan stimulus pada otak untuk merangsang produksi hormon seksual lebih dini, sehingga menarche akan terjadi pada umur yang lebih dini.
Faktor Gizi
Gizi sangat berperan penting dalam pertumbuhan seksual. Bahwa nutrisi mempunyai pengaruh terhadap pemasakan seksual baik pada hewan maupun manusia, karena gizi mempengaruhi sekresi hormon gonadotropin dan respon terhadap LH (Luteinizing Hormone), hormon ini berfungsi untuk sekresi estrogen dan progesteron dalam ovarium sehingga tanda-tanda sex sekunder akan cepat muncul dibanding remaja putri yang kekurangan nutrisi

www.menarche.com/post/29007_20.blog.m3-access

3.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN :
Dewasa ini petanda biokimia untuk menilai kerusakan sel otot jantung pada
penderita sindrom koroner akut semakin berkembang. Sindrom koroner akut
merefleksikan proses fisiologis dari iskemia miokard akut, dan lebih penting dari
sudut pandang klinik, merupakan suatu ‘continuum’ (proses berkelanjutan) resiko
bagi penderita dengan nyeri dada. Selama tiga dasa warsa terakhir, iskemia miokard
akut ditentukan sebagai penderita infark miokard atau non infark miokard,
berdasarkan kriteria badan kesehatan dunia (WHO), dimana diagnosis infark miokard
ditegakkan dengan adanya dua dari tiga kriteria : gejala klinis & nyeri dada yang
menjurus ke miokard infark, perubahan elektrokardiografi (EKG), dan parameter
biokimiawi ( misalnya peningkatan CK-MB). Pada kriteria pertama, pengamatan
seksama pada gejala klinik merupakan hal yang sangat penting, namun dari data
statistik, gejala tidak spesifik terdapat pada sepertiga penderita, terutama pada
penderita diabetes dan usia lanjut, yang umumnya menunjukan gejala iskemia ayng
tiddak khas. Kriteria kedua, yaitu adanya perubahan pada EKG, merupakan piranti
diagnosis infark miokard yang penting, disamping untuk menentukan terapi
trombolitik. Namun demikian, EKG mempunyai sensitifitas yang rendah, hanya
sekitar 50%. Kriteria ketiga adanya peningkatan pada parameter biokimia, yang
pada masa lalu digunakan aktifitas enzim CK-MB sebagai ‘baku emas enzim’ tetapi
karena keterbatasan spesifisitas, telah dicoba untuk memakai petanda biokimiawi
yang lain seperti mioglobin, troponin.
American Heart Association (AHA) memperkirakan 1,5 juta penduduk Amerika
mengalami serangan jantung setiap tahunnya dan kira-kira 34.000 dari kasus
tersebut dikeluarkan dari rumah sakit karena tidak diketahui diagnosanya, dan kira -
kira 25% sering meninggal selama 24 jam pertama dan sebagian dari kasus ini
diagnosanya tidak terdeteksi (56). Angka kematian dan komplikasi dari penderita ini
mewakili > 20% kejadian malpraktek pada kedokteran gawat darurat. Jelas bahwa
diperlukan petanda biokimiawi sebagian piranti diagnosis dan menilai beratnya
kerusakan sel otot jantung pada penderita dengan nyeri dada akut, sehingga para
klinisi juga akan meningkatkan kewaspadaan dalam manajemen pelayanan bagi
penderita dengan lebih baik, yang akhirnya dapat menurunkan mortalitas.

2.2.9. Patofisiologi iskemi dann infark miokard
IMA adalah kematian otot jantung akibat suplai oksigen yang tidak mencukupi
(tidak adekuat) dalam waktu yang cukup lama . Pada umumnya terjadi oklusi
trombosis pada arteri koroner mengalami plak ateromatoes. Trombosis merupakan
faktor utama terjadinya iskemi akut baik pada angina pektoris tak stabil maupun
IMA.
IMA merupakan keadaan berat yang terjadi akibat oklusi mendadak pembuluh
koroner atau pun cabangnya yang mengalami skerosis. Oklusi tersebut biasanya
disebabkan oleh adanya perubahan pada plak ateroma yang menyebabkan
tertutupnya lumen arteri koronaria secara mendadak (70,71).
Keberhasilan terapi trombolitik sangat me ndukung anggapan tersebut, walaupun
dikatakan bahwa trombosit bukan satu-satunya faktor yang berperan dalam
terjadinya IMA ( 29). Dilaporkan bahwa hampir 90% penderita IMA transmural (5-
10%) sulit dibuktikan adanya trombus sebagai penyebabnya dan pada keadaan ini
spasme arteri koroner terlibat di dalamnya (71). Patofisiologi IMA nontransmural (
subendokardial) belum banyak diketahui, atau adanya trombosis pada arteri koroner
kecil yang telah mengalami aterosklerosis berat. Selain itu dapat pula diakibatkan
adanya spasme koroner. Patogenesis terjadinya trombosis melibatkan banyak faktor,
antara lain vasoplasme akibat hilangnya endothelium dependent dilator mechanism
pada aterosklerosis.
Demikian pula menurunnya sintesis faktor-faktor endoterial yang beraksi sebagai
antikoagulan seperti tisue plasmibogen activator dan prostasiklin paa aterosklerosis,
juga ikut berperan dalam terbentuknya trombosis. Juga berbagai penelitian klinik
telah memperlihatkan adanya hubungan antara lipoprotein dan trombosis. Terjadinya
oklusi koroner selama 20 menit akan diikuti dengan terjadinya nekrosis miokard (
Infark Miokard).
Adanya nekrosis miosit akan menyebabkan kehilangan intergitas membran
sel dan makromolekul intraselluler akan berdifusi ke dalam jaringan interstitial
miokard dan selanjutnya akan masuk ke dalam mikrovakskuler dan limfatik kardiak.
Perubahan morfologi akan terjadi dalam 12 jam pertama setelah infark miokard
berupa inflamasi dan infiltrasi seluler, kemudian setelah 24 jam daerah infark akan
nampak pucat atau kekuningan dengan batas yang jelas, yang pada pemeriksaan
histologik ditemukan adanya infiltrasi lekosit .

2.2.8. INFARK MIOKARD AKUT
2.2.8.1. Morfologi aterosklerosis koroner
Aterosklerosis adalah suatu bentuk aterosklerosis yang terutama mengenai
lapisan intima dan umumnya terjadi pada arteri muskuler ukuran besar dan sedang
serta merupakan kelainan yang mendasari penyakit jantung iskemik. Kerusakan
vaskuler dan pembentukan trombus merupakan kunci dari proses dan progresifitas
aterosklerosis serta patogenesis sindrom koroner akut. Kerusakan vaskuler dimaksud
di klarifikasikan atas 3 tipe, yaitu Tipe 1 bila terjadi gangguan fungsi sel endotel
tetapi tanpa terjadi perubahan substansi morfologi, tipe 2 terjadi kerusakan endotel
dan intima dengan lamina interna elastik yang masih utuh dan tipe 3 kerusakan
endotel dengan intima & media (45).
2.2.8.1.1. Lesi dini
Adanya perubahan ultrastruktur yang terjadi pada aterosklerosis spontan,
khususnya lesi dini telah dilaporkan oleh Stary. Pada penelitian otopsi dari artei
koroner dan aorta pada orang-orang usia muda telah ditemukan adanya evolusi
secara mikroskopis dari aterosklerosis. Hal ini akibat adanya kerusakan vaskuler tipe
1 berupa kerusakan sel endotel yang diakibatkan gangguan aliran darah atau faktor
lainnya sehingga makrofag atau sel busa ditemukan dalam intima, yang me rupakan
tanda dini penumpukan lipid ( Stary I). oleh Stary lesi ini di klarifikasikan atas :
Stary I bila ditemukan adanya makrofag ataus sel busa dalam intima, Stary II bila
ditemukan juga sel-sel otot polos yang mengandung lipid dan tersebarnya lipid
ektraseluler, Stary III tampak adanya inti lipid ekstra seluler yang multipel
sedangkan Stary IV bila adanya ateroma (50)

2.2.8.1.2. Progresi aterosklerosis
Lesi dini aterosklerosis lebih cepat mengalami progresi pada mereka
dengan berbagai faktor resiko koroner. Pada beberapa plak dapat terjadi progresi
secara lambat, tetapi ada juga yang cepat.adanya fisura minor yang terjadi pada
lapisan lemak atau plak ateroma akan diikuti dengan pembentukan trombus da
©2003 Digitized by USU digital library 12
terjadinya fibrosis. Selanjutnya bila terjadi fisura plak yang dalam atau ulseri maka
dapat terjadi oklusi trombus dan timbul sindrom koroner akut

2.2.7.2. Nilai Prognostik Pemeriksaan Troponin T Pada APTS
Peningkatan kadar TnT merupakan faktor prediksi yang kuat meningkatnya
mortalitas (24). Gokhan, Gok dan Kaptanoglu (69) mendapatkan 34% penderita
angina akut saat istirahat mengalamai kenaikan kadar TnT dan setengahnya
berkembang menjadi IMA. Sedangkan pada 50% penderita IMA tersebut meninggal
dalam perawatan. Sementara penderita angina akut saat istirahat dengan kadar TnT
yang tidak terukur hanya 4,1% yang berkembang menjadi IMA. Hamm CW dkk (63)
melaporkan penelitian terhadap 109 orang penderita angina pektoris yang stabil
yang dilihat kadar CK, CKMB, dan troponin T setiap 8 jam selama 2 hari setelah dirawat, troponin T dapat terdeteksi rata-rata pada kadar 0,78 ng/ml pada 39%
penderita angina akut saat istirahat. Hanya 3 dari penderita tersebut mengalami
peningkatan CK-MB. Dari 33 penderita yang troponin T meninggi, 30% mengalami
infark miokard. Sebaliknya hanya 1 dari 51 penderita angina saat istirahat dengan
troponin T negatif yang berkembang menjadi IMA.
Penilaian resiko pada saat awal sangant diperlukan pada penderita dengan penyakit
koroner tak stabil, misalnya APTS. Beberapa penelitian dengan jumlah sampel yang
sedikit telah menunjukan bahwa penderita APTS dengan peningkatan kadar TnT
mempunyai prognosis jangka pendek maupun jangka panjangyang buruk. Bertil
Lindahl dkk dalam kelompok studi FRISC meneliti 976 penderita APTS dan
menemukan adannya peningkatan resiko serangan jantung jika terjadi peningkatan
nilai troponin T pada 24 jam pertama. Jika kadar troponin T kurang dari 0,06 ng/ml
mempunyai resiko rendah (4,3%) ; 0,06-0,18 ng/ml mempunyai resiko sedang
(10,5%) dan jika lebih dari 0,18 ng/ml mempunyai resiko tinggi untuk menadi IMA
atau kematian penyakit jantung. Penelitian ini menunjukan bahwa nilai troponin T
maksimal pada 24 jam pertama dapat disajikan sebagai petunjuk prognostik bebas
dan penting.
Stubbs dkk juga mendapatkan hasil yang sama, dari 460 penderita nyeri dada dan
diikuti selama rata-rata 3 tahun, 183 penderita terbukti APTS. Sebanyak 34%
penderita APTS tersebut mempunyai troponin T positif, dan secara bermakna
kematian jantung dan IMA berbeda dari yang troponin T nya negatif.



2.2.5. STRATIFIKASI RESIKO
Penentuan penyakit jantung koroner ditentukan dari gambaran klinis, EKG,
riwayat penyakit, kadar troponin serta faktor resiko terjadinya arterosklerosis.
Perubahan EKG merupakan pelengkap dari riwayat penyakit dan gejala klinis dan
masih menjadi suatu proses stratifikasi penting dari sindroma koroner akut .
Bila memungkinkan perekaman EKG dilakukan saat nyeri dada timbul.
Gambaran EKG yang normal yang normal pada saat episode nyeri dada merupakan
dasar kuat untuk menyatakan gejala yang tidak spesifik oleh sebab kardiak,
sememtara perubahan dinamis dari segmen ST dan gelombang T yang inversi
sangat mendukung diagnosa angina tak stabil atau non Q wave infark miokard.
Gelombang T yang inversi dan isolated relatif ringan dan prognosenya baik dibanding
dengan perubahan segmen ST. saat ini dapat dinyatakan bahwa EKG inisial tidak
hanya memprediksikan perjalanan jangka pendek tetapi depresi segmen ST juga
menunjukan menandai kelompok resiko tinggi pada waktu yang lama (55).
Konsentrasi serum troponin T dan I merupakan indikator peningkatan resiko baik
secara independen maupun merupakan pendukung dari perubahan EKG. Tanpa
memperdulikan perubahan EKG penderita dengan perubahan serum troponin mempunyai resiko lebih tinggi dibanding dengan yang normal. Disadari bahwa
terdapat perbedaan waktu selama 2 -4 jam setelah muncul gejala baru dapat
dideteksi perubahan serum troponin dan mencapai puncaknya pada 12-14 jam
kemudian. Peningkatan troponin ini merupakan indikator untuk komplikasi jangka
pendek dan jangka panjang. Selanjutnya dengan dasar informasi diatas penetapan
diagnosis angina yang stabil dapat dilakukan stratifikasi penderita dalam tiga
kelompok yaitu kelompok resiko rendah, sedang dan tinggi ( tabel 4).
Stratifikasi resiko ini merupakan proses yang berkesimbungan selama perawatan
penderita pada fase akut termasuk evaluasi riwayat penyakit sekarang, penyakit
terdahulu dan gambaran EKG. Pemeriksaan serum kardiak secara diagnostik sangat
diperlukan dans sesuai dengan guidelines 1994 merekomendasikan bahwa baik
kadar CK dan CK-MB diperiksa paa waktu dan setiap 6 sampai 8 jam dan seterusnya
paa 24 jam. guidelines 1994 belum merekomendasikan pemeriksaan troponin secara
rutin untuk deteksi kerusakan miokard. Sejak itu berbagai studi telah menunjukan
bahwa peningkatan kaar troponin T dan I berhubungan dengan dampak buruk dari
penderita sindroma koroner akut .

1.2.4. TROMBOSIS PLAK
Lebih dari 75% trombus yang ditemukan di sindroma koroner akut, terletak
ditempat dimana plak menglamai ruptur. Bila plak yang tidak stabil mendapat
pencetus, makka kap yang tipis tersebut akan koyak dan kemudian berlangsunglah
proses selanjutnya berupa pembentukan trombus yang dimulai dari fisura atau
robekan kap tadi. Mula- mula terjadi akumulasi trombosit ditempat koyakan,
kemudian ditambah dengan adanya fibrin, membentuk gumpalan dini yang disebut
white clot yang secara langsung berusaha menutupi semua permukaan yang robek
tadi. Kemudian datanglah eritrosit untuk menutupi seluruh white clot.
Didalam komponen plak, gumpalan lipid memiliki efek trombogenisitas yang
paling kuat, hal ini disebabkan oleh karena pengaruh adanya faktor jaringan, dimana
faktor jaringan ini mengaktifkan faktor IX dab X bersama membentuk trombin.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi respons trombogenesis ditempat kap yang
terkoyak tadi adalah :
1. Substrat trombogenik yang memang selalu berada di tempat tersebut.
2. Iregularitas permukaan plak dan sempitnya stenosis ; semakin tajam lengkungan
kap stenosis dan semakin iregular, maka semakin mudah terjadi proses
trombogenesis tersebut.
3. Keseimbangan trombotik-trombotik faktor trombogenik misalnya
hiperagregabilitas, hiperkoagulabilitas dan menurunnya fibrinolisis meningkatkan
resiko terjadinya trombus pada sindroma koroner akut

1.2.3. Ruptur Plak
Ruptur plak ditemukan pada 56 %-95% sindroma koroner akut, Forrester
yang memeriksa dengan angioskopis intraoperatif mendapatkan 95% sindroma
koroner akut ditemukan adanya ruptur plak (49). Tid ak semua plak yang terjadi
pada proses aterogenesis menjadi plak yang tidak stabil, hal tersebut tergantung
dari bentuknya kap dan gumpalan lipid yang ada, dan proses yang mendasarinya,
dan hal ini sangat berhubungan dengan tampilan klinis.
Menurut American Heart Association, tipe plak dihubungkan dengan tampilan
klinis dapat dibagi menjadi 5 tipe yaitu (50) :
1. Tipe 1 : Penebalan tunika intima, makrofag, isolated foam cell, pada
fase ini tampilan klinisnya asimptomatik.
2. Tipe 2 : Fatty streak, terdapat akumulasi lipid intra sel dan infiltrasi
makrofag serta otot polos, fase ini juga masih asimptomatik.
3. Tipe 3 : masih seperti diatas tetapi disertai pula dengan lipid ekstra
sel dan deposisi jaringan ikat, juga masih asimptomatik.
4. Tipe 4 : Ateroma terdapat gumpalan lipid pada tunika intima, sel
inflamasi mulai infiltrasi diikuti dengan makrofag, sel busa, da sel T,
biasanya tampilan klinis pada fase ini asimptomatik, namun bisa
juga angina stabil.
5. Tipe 5a : Seperti tipe 4 disertai denganlapisan jaringan fibrous,
tampilan klinis masih seperti tipe 4.
Tipe 5b : Ateroma dengan klasifikasi berat di dalam core atau
lesinya, tampilan klinis apa fase ini adalah anginastabil.
Tipe 5c :Fibrous-ateroma dengan trombus mural dengan komponen
lipid yang minimal, tampilan klinisnya masih seperti 5 b.
6. Tipe 6 : Complicated lesion , terjadi ruptur plak tipe 4 dan 5 dengan
hemorhagi intra mural dan mulainya proses trombogenesis insitu.
Tampilan klinis dari fase adalah suatu keadaan yang disebut
sindroma koroner akut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi instabilitas dan ruptur plak (45) :
Faktor Eksternal :
1. Sistemik : Lingkungan internal/faktor farmakologik.
2. Faktor intrinsik dari plak : besarnya plak, lokasi plak, kepadatan lipid dan
ketebalan kap yang menyelimuti plak.
Faktor Internal :
1. Aktifitas sel inflmasi
2. Infeksi
3. Disfungsi endotel
4. Proliferasi sel otot polos
Evaluasi dari plak yang stabil menjadi tidak stabil melalui 5 tahap yaitu : aktifasi
endotel, kemudian LDL masuk ke dalam sel dan teroksidasi, kemudian memacu
produksi sitokin da n protease ( MMP expression), sehingga menyebabkan rupturnya
plak. Lima puluh persen dari timbulnya sindroma koroner akut, biasanya didahului
oleh faktor pencetus seperti : yang berhubungan dengan aktifitas saraf simpatis
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba, peningkatan
aliran darah koroner, peningkatan kontraktilitas otot jantung, latihan fisik berat,
stress emosional dan lain sebagainya.

1.2.2. Struktur Plak
Pada mulanya telah disepakati bahwa terjadinya sindroma koroner akut oleh
karena adanya penutupan yang tiba-tiba dari aliran darah koroner yang
aterosklerotik yang kemudian mengakibatkan kekurangan oksigen di otot jantung
dan akibatnya terjadi jaringan iskemi sampai jaringan nekrosis. Luas tidaknya
jaringan nekrosis yang terjadi mempengaruhi harapan hidup penderita sindroma
koroner akut. Pada saat itu diperkirakan semakin besar ateroma yang ada di
pembuluh darah semakin mudah menyebabkan sindroma koroner akut, akan tetapi
ternyata pada penelitian dibuktikan bahwa justru pada stenosis yang ringan dan
sedang lebih banyak terjadi sindroma koroner akut dan hal ini diduga oleh karena
pecahnya ateroma tersebut ( ruptur plak)
Plak aterosklerosis yang sudah matang terdiri dari bermacam- macam yaitu :
lipid core atau gumpalan lipid, gumpalan lipid ini terdiri dari sel-sel makrofag yang
mengandung lipid di dalamnya, dan lipoprotein yang terjebak di dalam subendotelial
maupun ruang ekstra sel. Di dalam bungkah lipid tersebut konsistensinya lunak, selselnya
jarang ( hiposeluler) dan juga terdapat gumpalan kolesterol ester ( yang
berkonsistensi lunak) dan kristal kolesterol yang berkonsistensi agak keras.
Kemudian gumpalan lipid ini diselimuti oleh suatu kap yang terdiri dari matriks
jaringan ikat. Bila gumpalan lipid tersebut dominan dengan kap tipis, maka ateroma
tersebut disebut sebagai plak yang stabil. Sebaliknya bila gumpalan lipid leih padat
dengan kap yang kuat dan tebal disebut sebagai plak stabil. Maka bila dicermati,
terdapat dua macam plak yaitu yang stabil dan plak yang tidak stabil.



1.2. SINDROMA KORONER AKUT.
1.2.1. Defnisi
Sindroma koroner akut adalah suatu peralihan (spektrum) manifestasi dari
penyakit jantung iskemik meliputi angina tak stabil hingga infark miokard akut (IMA)
dengan gelombang Q atau pun tanda gelombang Q (Gambar 2).
1.2.1.1. Patofisiologi sindroma koroner akut
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang progresif dengan
bermacam tampilan klinis, dari yang asimtomatis, angina stabil maupun sindroma
koroner akut, sampai kematian jantung mendadak (13). Hasil pengamatan patologis,
angiokopis dan biologis menunjukan adanya perbedaan gejala klinik antara angina
tak stabil dan infard miokard, disebabkan mekanisme patifisiologi yang
mendasarinya yakni ruptur aterosklerosis, dengan derajat trombosis yang berbedabeda
dan ada tidaknya embolisasi distal (7,43). Pada definisi yang diperluas,
sindroma koroner akut meliputi
Gambar 2. Continuum dari sindroma koroner akut
The Continuum of Acute Coronary Syndromes
Mycardial Ischemia
Stable angina Unsable angina Non Q-Wave Ml Q-Wave Ml
Currently undetected Non Q -Wave Ml
Ischemic Cell Injury
Reversible Small Area Ireversible Large Area
Juga semua penderita dengan kejadian awal yang menuju keparahan angina.
Walaupun studi Framingham menunjukan bahwa angina tak stabil hanya terdapat
pada 10% kasus yang merupakan manifestasi awal dari penyakit arteri koroner
diluar miokard infark, tetapi umumnya penderita mengalami suatu siklus atau
perubahan pola nyeri dada, dan hanya jumlah kecil yang memerlukan perhatian
maupun perawatan di rumah sakit. Diagosis angina tak stabil tidak memerlukan
perubahan EKG, biarpun adanya perubahan ini akan meningkatkan spesifisitas
diagnosis dan menunjukan prognosis yang jelek ( klasifikasi Braunwald).
Kejadian penyakit jantung koroner meliputi dua tahap yang berbeda. Tahap
pertama terdiri dari suatu periode awal asimtomatik, dimana terbentuk plak
aterosklerotik non obstruktif, dan progresi lebih lanjut tergantung pada faktor resiko.
Tahaop kedua terjadi trombogenesis dengan cepat dikarenakan koyaknya plak yang
mengeluarkan kontituennya yang bersifat trombogenik, seperti kolagen dan
tromboplastin jaringan yang menstimulasi agregasi trombosit, pembentukan fibrin,
dan perkembangan terjadinya trombus yang oklusif. Hasil akhir dari robeknya plak
tergantung pada keseimbangan hemostatis .
Keseimbangan hemostatis ini merupakan suatu interaksi yang kompleks antara
dinamika aliran darah, komponen dinding pembuluh darah, trombosit dan protein
plasma, begitu juga dengan faktor-faktor regulasi pada trombosit, sistem koagulasi
dan sistem fibrinolisis.
Kejadian trombosis pada penyakit jantung ateroskleros is dipengaruhi dan
distimulasi oleh beberapa faktor seperti : 1). Disfungsi endotel, 2). Hiperaktifitas
trombosit, 3). Peningkatan aktifitas prokoagulan, dan 4). Gabungan kapasitas
fibrinolisis.

HUBUNGAN KADAR TROPONIN-T DENGAN GAMBARAN KLINIS PENDERITA
SINDROMA KORONER AKUT
ELIAS TARIGAN
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
BAB-I
PENDAHULUAN
Pertanda biokimia dewasa ini dan di masa yang akan datang aka terus
mempunyai peran penting pada diagnostik, stratifikasi maupun pengobatan
penderita dengan sindroma koroner akut. Penatalaksanaan dengan metode
intervensi yang agresif namun rasional diperlukan untuk mengurangi angka
kesakitan dan kematian pada sindroma koroner akut. Masalahnya adalah belum
sempurnanya petanda yang dapat dipakai dengan mudah namun dapat sepenuhnya
dipercaya untuk deteksi dini terjadinya perburukan kejadian koroner pada sindroma
koroner akut . Pemeriksaan histopatologis ternyata membuktikan adanya kerusakan
minimal pada sel miokard atau mikro infark pada seluruh permukaan miokardium
penderita sindroma koroner akut yang mengalami perburukan serangan koroner atau
kematian. Kerusakan sel tersebut tidak dapat terlihat sebagai perubahan
elektrokardiogram (EKG) ataupun dalam pemeriksaan laboratorium enzim-enzim
jantung yang selama ini rutin dikerjakan untuk diagnostik kerusakan miokard suatu
sindroma iskemik akut .
Akhir-akhir ini telah dikembangkan suatu pertanda biokimiawi yang baru
dalam pemeriksaan kerusakan sel miosit otot jantung dengan memantau
penglepasan suatu protein kontraktil sel miokard yaitu troponin T akibat disintegrasi
sel pada iskemi berat. Penelitian diluar negri menunjukan bahwa troponin T ini
mempunyai sensitifitas 97% dan spesifitas 99% dalam deteksi kerusakan sel
miokard. Bahkan disebutkan penanda ini dapat mendeteksi kerusakan sel miosit
jantung yang sangan minimal (mikro infark), yang mana oleh penanda jantung yang
lain, hal ini tidak ditemukan .
Sehingga pada keadaan ini dikatakan sensitifitas dan spesitifitas troponin T
lebih superior dibandingkan pemeriksaan enzim-enzim jantung lainnya. Penelitian
petanda biokimia ini banyak yang berfokus padda diagnosa dini dan juga untuk
menilai prognostik, karena jika ditemukan dalam plasma, penanda ini dapat
mengenali kelompok pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya
serangan jantung baik saat dirawat di rumah sakit (fase akut) maupun sesudah
keluar dari rumah sakit . Beberapa penelitian melaporkan dengan pengukuran
troponin T, suatu protein yang dilepas dari kerusakan otot jantung, merupaka
indikator terbaik yang dapat digunakan untuk menilai penderita yang mempunyai
resiko kematian dari serangan jantung (7-11). Penelitian pada pusat kedokteran
universitas Duke di Amerika Serikat menyimpulkan pemeriksaan troponin T adalah
indikator yang baik dari kerusakan otot jantung, terutama jika dipakai pada
penderita yang dengan pemeriksaan CK-MB dan EKG tidak menunjukan suatu
kerusakan otot jantung yang nyata.
Dari laporan pertama Hamm dkk (1992) tentang penelitian troponin T yang
meninggi pada populasi kecil dengan pasien angina pektoris tak stabil, disebutkan
bahwa resiko kematian dan infark miokard selama dirawat di rumah sakit sangat
meningkat, meskipun diberikan pengobatan yang adekuat .
Hal yang sama pada studi FRISC, menyatakan nilai prognostik penderita
sindroma koroner akut berhubungan erat dengan kadar absolut troponin T saat

INFARCT MYOCARD ACUTE
Merupakan salah satu kegawatan dalam bidang jantung. Berasal dari penyempitan, pembuntuan, dan spasme yang lama dari pembuluh darah koroner, sehingga dinding jantung (myocardium) jantung menjadi kekurangan oksigen, dan sel-selnya menjadi mati (nekrosis). Penyakit ini umumnya menyerang orang berumur 40 tahun ke atas.
Gejala yang khas pada penyakit ini berupa nyeri dada substernal (kira-kira sekitar uluhati/diatasnya), lebih dari 30 menit, menjalar, terjadi pada waktu istirahat/melakukan kegiatan, dan nyeri tersebut tidak hilang dengan istirahat. Keluhan penyerta lainnya dapat berupa lemas, keringat dingin, mual, muntah, dan kehilangan kesadaran. Nyeri tersebut sering dikira sakit maag oleh banyak penderita.
Menurut kriteria WHO (1983), bila minimal dua dari kriteria berikut positif, maka penderita dikatakan menderita Infarct Myocard Acute :
Nyeri dada tipikal (substernal, lebih dari 30 menit, menjalar, tidak hilang waktu istirahat)
EKG (rekaman gelombang listrik jantung) : Q patologis, ST elevasi, dan inversi gelombang T.
Pemeriksaan enzym : peningkatan kadar LDH, CPK, CKMB, SGOT, SGPT, dan peningkatan troponin T.
Penatalaksanaan penderita tersebut harus di ruang intensif (ICCU). Adapun tujuan utama perawatannya adalah :
Menghilangkan rasa nyeri
Mencegah perluasan infark
Menangani komplikasi yang terjadi
Program rehabilitasi medis.
Nah, bila Anda menemui penderita dengan keluhan di atas, segeralah mendatangi rumah sakit terdekat, khususnya yang ada fasilitas ruang intensifnya.





HIPERTENSI
Hipertensi/tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum timbul di dalam masyarakat. Merupakan peningkatan yang persisten dari tekanan pembuluh darah arteri, yaitu tekanan diastolik diatas 95 mmHg. Tekanan darah normal biasanya tekanan sistolik tidak melebihi 140 mmHg dan diastolik tidak melebihi 90 mmHg. Namun patokan tekanan darah normal tersebut individual sifatnya.
Diagnosis hipertensi dibuat atas dasar hasil beberapa kali pemeriksaan, kecuali bila tekanan darahnya sangat tinggi dapat ditetapkan dengan satu kali pemeriksaan. Keluhan yang mungkin timbul antara lain nyeri pada daerah kepala bagian belakang, mimisan, penglihatan kabur, kelemahan otot-otot, mual, muntah, dan sebagainya.
Terdapat beberapa klasifikasi dari hipertensi, antara lain :
Penyebabnya : hipertensi primer (tidak diketahui sebabnya), dan hipertensi sekunder (akibat penyakit, obat-obatan, maupun kehamilan).
Klasifikasi menurut WHO 1999, berdasarkan dari tekanan diastolik, yaitu : derajat I (95-109 mmHg); derajat II (110-119 mmHg); derajat III (> 120 mmHg).
Pengelolaan terhadap penderita hipertensi adalah :
Pengobatan tanpa obat, antara lain : diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh, peredaan stress emosional, berhenti merokok/alkohol, dan latihan fisik ringan dan teratur.
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.



DIABETES MELLITUS
Diabetes Mellitus [kencing manis], merupakan suatu jenis penyakit hormonal, timbul akibat gangguan produksi atau gangguan dari penggunaan insulin. Insulin merupakan hormon yang diperlukan untuk mengubah gula, karbohidrat, dan zat lain menjadi energi untuk kehidupan. Penyebab pasti penyakit ini masih misteri, meskipun faktor genetik dan lingkungan [seperti kegemukan dan kurang olahraga] memegang peranan penting.
Saat ini ada tiga tipe utama diabetes, yaitu :
Diabetes tipe I, timbul karena pankreas gagal/hanya sedikit dalam memproduksi insulin, sehingga timbul peningkatan kadar gula. Umumnya timbul pada usia 8-12 tahun, dan wanita lebih awal 1,5 tahun. Gejala yang timbul antara lain : sering kencing, rasa haus/lapar yang berlebihan, penurunan berat badan [10-30%], mudah lelah, emosional, dan sebagainya. Faktor penyebabnya antara lain : proses autoimmun yang menyebabkan kerusakan sel beta pankreas, virus [mumps, coxsackie, hepatitis], diet [tidak minum ASI, konsumsi nitrosamin dalam jumlah besar], keracunan, stess, dsb.
Diabetes tipe II, timbul dari resistensi insulin [tubuh gagal untuk menggunakan insulin secara baik, baik penggunaan ataupun sekresinya], dan terjadi defisiensi relatif dari insulin. Umumnya timbul pada usia 40 tahun keatas, wanita lebih banyak daripada pria. Gejala yang timbul mencakup gejala pada diabetes tipe I, ditambah : sering terjadi infeksi, penglihatan kabur, luka sukar/lama sembuh, rasa tebal pada tangan dan kaki, infeksi berulang pada kulit, mulut, ataupun saluran kemih. Faktor penyebab terpenting adalah genetik dan kegemukan. Selain diabetes tipe II, terdapat istilah pre-diabetes. Pre-diabetes timbul bila kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes tipe II.
Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada wanita hamil. Terjadi pada sekitar 4% wanita hamil.
Diagnosis ditegakkan dengan :
Anamnesis, dari keluhan sering kencing, rasa lapar/haus berlebihan, penurunan berat badan [10-30%], mudah lelah, riwayat keluarga dengan diabetes, dsb.
Pemeriksaan fisik, misalnya adanya kelainan pada retina mata, luka yang sukar sembuh, dan sebagainya.
Pemeriksaan laboratorium, yaitu kadar gula darah puasa ³ 126 mg/dL (7.0 mmol/L); kadar gula darah 2 jam setelah makan atau gula darah random ³ 200 mg/dL (11.1 mmol/L).
Penatalaksanaan yang perlu dilakukan :
Diet, yang dianjurkan adalah 10-20% kalori dari protein, < 10% kalori dari lemak saturated dan polyunsaturated, sisanya diperoleh dari lemak monounsaturated dan karbohidrat. Hindari pula konsumsi makanan yang mengandung gula murni.
Olahraga, terbukti dapat memperbaiki toleransi glukosa dan menurunkan pengobatan.
Obat-obatan oral, khususnya pada diabetes tipe II. Misalnya golongan biguanide [metformin], sulfonilurea [Glimepiride, Glipizide, Glyburide], Thiazolidinediones [Pioglitazone, Rosiglitazone], a-Glucosidase inhibitors [Acarbose, Miglitol].
Insulin, baik short acting, intermediate, ataupun long acting insulin. Insulin diberikan pada diabetes tipe I. Selama terapi, baik dengan obat oral ataupun insulin, gula darah dipertahankan pada level 80-150 mg/dL (4.4-8.3 mmol/L).
Komplikasi yang mungkin timbul :
Koma hypoglikemia ataupun koma hyperglikemia [ketoasidosis diabetes, koma hyperosmolar non ketotik]. Timbul akibat kurang pengontrolan kadar gula.
Gangguan jantung, diabetic retinopathy, gangguan ginjal [nephropathy], neuropathy dan kerusakan saraf, gangguan kulit, diabetic foot, gangguan kesehatan mulut, problem psikologi akibat kronisnya penyakit.
Prognosis :
Dengan pengaturan diet, olahraga, serta pengobatan yang baik, akan memperkecil timbulnya komplikasi.









Waspadai Nyeri Dada Lebih dari 15 Menit
Date: Wednesday, July 12 @ 00:09:34 WIT
Topic: Berita
| 12-07-2006 |
Jantung Koroner Picu Kematian pada Jam-jam Pertama
Penyakit jantung masih menjadi salah satu pembunuh terbesar di dunia. Hebatnya lagi, penyakit ini bisa menyerang siapa saja dan kapan saja tanpa mengenal waktu. Bahayanya lagi, jika tidak mendapatkan penanganan dengan segera, dapat berakibat fatal, karena penderita bisa meninggal dunia pada jam-jam pertama dalam periode 24 jam yang pertama.

“Angka kematian tertinggi penderita jantung koroner justru terdapat pada jam-jam pertama dalam periode 24 jam yang pertama. Makanya, penyakit ini harus diwaspadai,” ujar Dr Syaifullah Napu, dokter spesialis jantung Rumah sakit Asia Medika Jambi.

Dijelaskan, penyakit jantung koroner atau Atherosklerosis adalah proses yang menyebabkan dinding pembuluh nadi menjadi tebal, kaku, dan keras, sehingga rongga pembuluh menjadi sempit. Penyempitan ini antara lain disebabkan karena meningkatnya kadar kolesterol dan lemak dalam darah.

Yang dimaksud kolesterol, menurut Syaifullah, semacam kombinasi lemak dan protein yang merupakan bahan penting bagi bermacam-macam hormon. Kolesterol terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari hewan dan mengendap pada dinding pembuluh darah.

Endapan kolesterol ini, lanjut dia, menimbulkan penyempitan pembuluh darah, sehingga mengurangi aliran darah ke otot jantung. “Otot jantung yang kekurangan darah tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Hal ini menimbulkan rasa nyeri di dada yang dikenal sebagai Angina Pektoris (AP). Di samping itu, dada merasa seperti tertekan oleh benda berat, terutama pada daerah jantung,” paparnya.

Menurut Syaifullah, perasaan sakit ini ada kemungkinan menjalar ke lengan kiri sampai di ujung kelingking, punggung atas sampai dirahang, ulu hati dan lengan kanan. Perasaan ini timbul jika kegiatan fisik meningkat atau dalam keadaan tekanan emosional. “Bagi penderita jantung koroner yang keadaannya telah lanjut, rasa sakit itu juga sudah terasa waktu istirahat atau waktu tidur,” terangnya.

Ia juga mengatakan, jika penyempitan pembuluh darah atau angina pectoris biasanya hilang setelah istirahat. “Bila Anda merasa tanda-tanda angina pectoris saya menyarankan untuk segera pergi ke dokter untuk memeriksakan diri. Kemungkinan besar Anda mengalami serangan jantung,” ungkapnya.

Dikatakan,serangan jantung (acute myocard infarct) umumnya terjadi karena pembuluh darah koroner yang menyempit atau mendadak tertutup sama sekali oleh bekuan darah yang mengalir di dalamnya. Akibatnya sebagian jantung tidak bekerja. Kejadian ini disebut infarct. Bila pembuluh koroner besar tersumbat infarct menjadi lebih besar. Akibatnya jantung tidak dapat lagi memompa darah.

Jika pembuluh darah koroner menjadi tertutup sama sekali, maka penderita dapat meninggal dunia. Pada serangan jantung mendadak penderita harus segera dibawa ke rumah sakit. Dengan perawatan yang segera dan intensif dibagian penyakit jantung gawat ada kemungkinan jiwa penderita masih bisa tertolong.

Sedangkan tanda-tanda serangan jantung itu, lanjut dia, biasanya dada nyeri lebih dari 15 menit, keluar keringat dingin, napas susah, wajah pucat dan rasa nyeri tidak hilang setelah istirahat. Syaifullah juga menambahkan, jika penyakit jantung koroner terjadi karena adanya kelainan pada pembulu koroner. Pembulu koroner adalah sepasang pembuluh nadi cabang pertama dari Aorta yang mengantarkan zat-zat makanan yang dibutuhkan bagi jaringan dinding jantung.

Kelainan pembuluh koroner ini berupa penyempitan pembuluh darah koroner sebagai akibat dari proses atherosklerose. Proses atherosklerose adalah pengerasan dinding pembuluh darah karena penimbunan lemak yang berlebuh.

Penyempitan pembuluh darah, lanjut dia, dipercepat oleh kolesterol atau kadar lemak dalam darah tinggi, berat badan berlebih, kurang bergerak, tekanan darah tinggi, banyak merokok, tekanan jiwa, penyakit gula, atau diabetes melitus. Semua ini adalah faktor risiko penyakit jantung koroner.(*)



















Mengenal lebih dekat penyakit jantung koroner dan faktor-faktor risikonya Kesadaran untuk mulai hidup sehat dengan menghindari faktor-faktor risiko timbulnya penyakit jantung akan jauh lebih bermanfaat dibandingkan sudah terlanjur terkena penyakit mematikan ini. Dari segi biayanya pun akan lebih ekonomis dalam pencegahan dibandingkan pengobatan.
Seberapa besar peran jantung dalam ‘hidupnya’ seorang manusia? Jantung adalah organ tubuh yang berfungsi sebagai “pemompa darah’’ yang sejak bayi dalam kandungan ibunya telah mulai bekerja dan tidak akan berhenti selama hidup kita. Jika alat ini berhenti bekerja dalam beberapa waktu saja, maka akan berakhirlah suatu kehidupan. Jantung terbentuk dari serabut-serabut otot khusus dan dilengkapi dengan jaringan syaraf yang secara teratur dan otomatis memberikan rangsangan berdenyut bagi otot jantung. Dengan denyutan ini jantung memompa darah ke paru-paru dan seluruh tubuh termasuk arteri koroner (arteri yang memasok/mensuplai darah ke otot-otot jantung).
Dengan semakin tua dan memburuknya kondisi alat-alat tubuh oleh bermacam-macam ‘faktor risiko’ seperti tekanan darah tinggi, merokok, kolesterol yang meningkat dalam darah dan lain-lain, pembuluh darah akan menyempit dan tersumbat seperti sumbatan karat pada sebuah pipa.
Apa yang terjadi jika yang tersumbat adalah arteri koroner? Aliran darah tidak akan sampai ke otot-otot jantung yang artinya otot-otot jantung tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen sehingga timbulah suatu keadaan yang dikenal sebagai iskemik (ischaemia). Dinding arteri koroner yang mengandung serabut-serabut otot polos, oleh suatu sebab dapat berkerut (spasme) dengan akibat menyempitnya saluran pembuluh secara tiba-tiba, sehingga penderita merasakan nyeri dada, bahkan sampai terjadi serangan jantung mendadak. Manifestasi gejala yang timbul dapat berupa angina pectoris (biasanya timbul karena adanya kekurangan suplai oksigen ke otot jantung pada saat aktivitas ataupun dalam keadan istirahat) dengan sakit yang khas yaitu sesak nafas di tengah dada yang dapat menyebar sampai leher dan rahang, pundak kiri atau kanan dan lengan bahkan sampai terasa tembus ke punggung, kadang-kadang juga dirasakan seperti ‘sulit bernafas’. Kondisi lainnya dikenal dengan acute myocard infarct (AMI) yaitu rusaknya otot jantung akibat penyumbatan arteri secara total yang disebabkan pecahnya plak lemak atherosclerosis pada arteri koroner secara tiba-tiba, dan akan menimbulkan gejala sakit dada yang hebat, nafas pendek dan seringkali penderita akan kehilangan kesadaran sesaat. Kerusakan otot jantung yang terjadi cukup lama dan tidak segera dibuka sumbatannya akan menyebabkan kematian otot jantung dan tidak akan pulih lagi.
Faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu:
a. Faktor risiko alami (atau yang tidak dapat dicegah) seperti keturunan/genetik, usia, jenis kelamin (perempuan pre menopause mempunyai risiko lebih rendah terhadap penyakit ini dibandingkan laki-laki atau perempuan post menopause ).
b. Faktor risiko yang dapat diperbaiki, dikurangi atau dimodifikasi :
- Kolesterol. Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang dihasilkan oleh tubuh dan dapat juga berasal dari makanan yang kita makan. Sejauh masukan seimbang dengan kebutuhan, maka kita akan tetap sehat. Namun seringkali karena kolesterol mempunyai kadar yang tinggi dalam masakan berlemak (dan biasanya enak) maka kadar kolesterol akan meningkat sampai di atas nilai normal tolerir tubuh kita. Kelebihan itu akan mengendap dalam pembuluh darah arteri yang menyebabkan penyempitkan dan pengerasan yaitu atherosclerosis.
- Tekanan Darah Tinggi (hypertensi). Tekanan darah tinggi secara terus menerus akan menimbulkan kerusakan dinding pembuluh darah arteri secara perlahan-lahan, apabila kerusakan dinding ini diperberat dengan endapan lemak/kolesterol akan menimbulkan penyempitan rongga pembuluh darah, dan hal ini juga dapat terjadi pada arteri koroner. Kontrol yang baik pada pasien hypertensi dapat diupayakan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pembuluh darah dan meminimalkan kemungkinan terkena penyakit jantung koroner.
- Rokok. Peranan rokok terhadap Penyakit jantung koroner dapat timbul dalam beberapa cara, diantaranya:
· Karbon monoksida (CO) yang terkandung di dalam asap rokok lebih kuat menarik atau menyerap oksigen dibandingkan sel darah merah dengan haemoglobinnya sehingga menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk membawa oksigen ke jaringan termasuk jantung.
· Perokok memiliki kadar koleseterol HDL (‘kolesterol baik’) yang lebih rendah, berarti pelindung terhadap penyakit jantung koroner menurun.
· Merokok dapat menyembunyikan angina, yaitu sakit dada yang merupakan tanda terhadap adanya sakit jantung. Tanpa adanya gejala tersebut, penderita tidak sadar akan penyakit berbahaya yang sedang menyerangnya.
- Faktor risiko lainnya seperti Obesitas (kegemukan), Diabetes Mellitus, Kurangnya aktivitas fisik, akan dibahas lebih mendalam dalam topik- topik pembahasan berikutnya.
Kesadaran untuk mulai hidup sehat dengan menghindari faktor-faktor risiko di atas akan jauh lebih bermanfaat dibandingkan sudah terlanjur terkena penyakit mematikan ini. Dari segi biayanya pun akan lebih ekonomis dalam pencegahan dibandingkan pengobatan (operasi ‘by pass’, obat-obatan) serta rehabilitasi yang harus dilakukan apabila ‘Si PJK’ sudah menyerang.
Sebanyak-banyaknya kenikmatan yang didapat dari makanan ‘berlemak’, rokok dan lain-lain pada saat ini, jauh akan lebih baik untuk dapat menikmati hidup sehat sampai akhir hayat. Untuk itu, marilah kita mulai kebiasaan hidup sehat sejak dini (Vyta)










USIA PADA MENARCHE DI INDONESIA

LD Hendrawati dan Josef Glinka SVD

ABSTRAK?RINGKASAN

Sejak 1937 data menarche dikumpulkan di Indonesia. Satu ikhtisar dari keseluruhan literatur dan disertasi yang tak diterbitkan sampai 1996 akan ditulis di dalam kertas ini. Data mulai dari Jawa, beberapa yang lain juga dari Sulawesi, Sumatra dan, baru-baru ini, dari Flores. Yang umum harga rata-rata di suatu urutan yang diachronic menunjukkan suatu kecenderungan dari penurunan usia menarcheal dari 0145 tahun per dekade. Ini berarti bahwa di dalam
umum kondisi-kondisi kekayaan dan kesehatan di Indonesia memperbaiki di dalam enam dekade yang terakhir. Perbedaan-perbedaan penting secara statistik di menarcheal
usia antara anak-anak perempuan dari kelas sosio-ekonomi yang berbeda's dan posisi ayah itu, seperti pedagang-pedagang (1413), guru (1448) dan petani
(-1463); kaya (1390), medium meletakkan (1460) dan lemah(miskin (1488); antara anak-anak perempuan dari kondisi-kondisi lingkungan yang berbeda seperti berkenaan dengan kota
(-1227), [desa/kampung] nelayan (1285), [desa/kampung] petani (1319). Peran dari masukan protein binatang seperti(ketika faktor paling yang berpengaruh di mana
perbedaan-perbedaan di usia menarcheal antara anak-anak perempuan yang makan daging eg. 13 kali (1164) dan [mereka/yang] yang makan hanya 1-4 kali satu minggu (1346).
pendidikan ibu melembagakan satu faktor pengaruh tak langsung karena para ibu lebih baik dididik sudah pengetahuan yang diperlukan untuk memberi mereka
makanan anak-anak lebih pantas. Usia menarcheal adalah: 1219 dari ibu dengan universitas, 1288 dengan sekolah menengah dan 1293 dengan yang rendah
pendidikan. Data ini mengkonfirmasikan pernyataan bahwa usia pada menarche melembagakan suatu indikator yang sensitip dari kekayaan dan kesehatan dari a
populasi ( Bielicki &Welon 1982; Brasel 1978).
Pertumbuhan dan usia pada menarche diperlakukan sebagai indikator
kaya dan kesehatan baik suatu populasi [ Bielicki &
Welon 1982; Brasel 1978]. Sebagai suatu usia proses fisiologis
pada menarche bahkan lebih sensitip di yang lingkungan
kubah dibanding pertumbuhan meskipun ketinggian nya ( HR =089) genetical
penentuan [ Bergman &Orczykowska-Swiatkowska
1988]

MATERIAL
Di sini di bawah suatu tinjauan ulang literatur dari riset menghasilkan di
usia di menarche di Indonesia. Riset yang pertama dikenal
telah dilaksanakan dalam 1937 oleh suatu sarjana Belanda dan adalah
dilanjutkan hingga yang saat ini oleh Indonesians.
Kebanyakan tanggal/date datang dari Jawa (Semarang, Jakarta, Klaten,
Yogyakarta, Surabaya, Malang, Tengger) tetapi ada
juga beberapa data dari Madura (Pamekasan), Sumatra
(-Palembang, Kayu Agung), Sulawesi (Ujung Pandang)
dan West-Flores (Rekening. 1). Meja 2 masa kini pengaruh
dari kondisi-kondisi yang ekonomi-sosial di usia pada menarche di dalam
tempat-tempat yang berbeda. Kondisi-kondisi lingkungan menyerah Table
3 mencerminkan di dalam perbedaan-perbedaan unsur pokok ekonomi-sosial juga,
yang disebabkan oleh bersifat jabatan dan ekonomi lokal
situasi orang-orang. Suatu faktor yang sangat penting, yaitu.
masukan protein binatang mingguan, disampaikan dalam Table 4.Berapa jauh
pendidikan ibu mempengaruhi usia pada menarche mencerminkan
Meja 5.

ANALISA DAN DISKUSI

Melihat Table 1, memerintahkan(memesan diachronically, seseorang dapat
amati suatu garis zigzaggy yang pelan-pelan mengurangi. Jika kita
[menggambar/menarik] suatu lini regresi untuk mendapat kecenderungan yang umum lalu bcoefficient
mencapai suatu nilai dari 00145 per tahun untuk semua
catatan-catatan dan 001626 per tahun hanya untuk Jawa. Ini berarti itu
di dalam enam dekade yang terakhir nilai terharapkan dari usia pada
menarche meneteskan?jatuh dari 1408 dalam 1937 sampai 1322 dalam 1996
karena semua catatan dan dari 1379 sampai 1283 di dalam keduanya
tahun masing-masing hanya untuk Jawa. Menurut yang lain
penerbitan-penerbitan bisa jadi berkata itu secara umum kesehatan dan
perbaikan kondisi-kondisi perihal gizi di Indonesia disebabkan
oleh kesehatan yang lebih baik melayani di dalam daerah pedesaan dan oleh yang dilanjutkan
tindakan-tindakan yang informatif di makanan yang sehat antar para ibu. -Tetapi
ada suatu pemburukan yang besar melompat antara 1938 (1267) dan
1948 (1463), yaitu. pada akhir Orangorang Belanda kolonial
posisi dan setelah peperangan dan kemerdekaan. Dua
faktor-faktor bisa bertanggung jawab atas pembusukan ini: (1)
masa perang dan Jepang posisi adalah satu waktu kelaparan di dalam
kebanyakan bidang-bidang dari Indonesia, dan yang umum peningkatan di dalam
usia pada menarche mencerminkan situasi ini; (2) karena
data dikumpulkan di sekolah-sekolah dan, selama Belanda ini
waktu kolonial, hanya anak-anak dari orang tua yang berada bisa
pergi ke sekolah, sedangkan setelah kemerdekaan setiap anak-anak mendapat pergi peluang ke sekolah, anak-anak rom Table 2 mencerminkan sumur bagaimana status yang ekonomi mempengaruhi proses dari waktu menjadi masak seksual. Secara umum raders adalah yang kaya atau kelas tertinggi sedangkan petani-petani membangun kaya atau lemah(miskin seperti juga dari keluarga-keluarga yang lemah(miskin. Data ini mencerminkan kedua-duanya faktor-faktor. kelas lebih rendah. Di dalam kebanyakan dari kasus-kasus, perbedaan-perbedaan itu secara statistik penting.

Meja 1.Usia pada Menarche Setiap Tahun
Place Usia Author/year
Semarang 13,07 Bree-Maeuleman, 19371
Jakarta 12,67 Bree-Maeuleman, 19381
Klaten 14,63 Radioputro, 1948
Yogyakarta 14,48 Doerjadibroto, 1952-58 (1970)
Surabaya 13,96 The Tik Lien, 19592
Palembang 13,90 Noer, 1975
Kayu Agung 15,52 Noer, 1975
Surabaya 13,20 Ferdinandus, 1976
Ujung Pandang 14,29 Luhulima, 1979
Malang 13,27 Sjamsuar 1983
Yogyakarta 13,09 Aswin, 1985
Surabaya 12,81 Yoeliana, 1990
Pamekasan 12,62 Hendrawati, 1993
Surabaya 12,00 Kurniasari, 1994
Surabaya 12,03 Kurniasari, 1994
West-Flores 13,22 Sukadana, 1995
Tengger 13,27 Putri, 1996
Catatan: 1 yang dikutip setelah Doerjadibroto, 1970; 2 yang dikutip setelah Sjamsuar 1983



Meja 2.Usia pada Menarche oleh Socio-Economic Condition
Place Occupation/profession Usia Author, tahun
Yogyakarta pedagang-pedagang 14,13 Doerjadibroto, 1970
para guru 14,48
petani-petani 14,63
Palembang kaya 13,90 Noer, 1973
medium 14,60
lemah(miskin 14,88
Surabaya kelas tertinggi 12,39 Ferdinandus, 1980
kelas menengah 13,78
kelas lebih rendah 13,98
Malang kelas tertinggi 12,98 Sjamsuar, 1983
kelas lebih rendah 13,38
Pamekasan kelas tertinggi 12,12 Hendrawati, 1993
kelas menengah 12,70
kelas lebih rendah 13,03

Meja 3.Usia pada Menarche oleh Environment
Place Lingkungan Usia,Pengarang tahun
Palembang berkenaan dengan kota 13,90 Noer, 1975
sub yang berkenaan dengan kota 15,52
Madura berkenaan dengan kota 12,27 Hendrawati, 1993
pedesaan (nelayan) 12,85
pedesaan (petani-petani) 13,19

Faktor yang sama di bekerja ketika faktor lingkungan adalah
dipertimbangkan (Rekening. 3)di mana [alat; makna] yang berkenaan dengan kota satu secara ekonomis lebih baik meletakkan populasi sedangkan [alat; makna] yang tidak-pasti pedesaan
kondisi-kondisi ekonomi. (Ia) tidak hanya permasalahan makanan
masukan tetapi juga beban dari pekerjaan yang anak-anak harus
rusak [desa/kampung]-[desa/kampung] [Jasicki et al. 1962]. Satu perkecualian adalah
[desa/kampung]-[desa/kampung] nelayan. Secara ekonomis mereka secara umum dilihat
seperti yang termiskin populasi tetapi mereka mengkonsumsi secara sistematis
lebih banyak protein binatang dibanding petani-petani yang, mengacu pada a
lelucon, makan daging hanya ketika yang manapun petani atau ayam
sedang sakit.

Meja 4.Usia pada Menarche oleh masukan protein Binatang
masukan protein binatang per minggu Usia, pengarang tahun
13 kali atau more/week 11,64 Hendrawati, 1993
9-12 times/week 12,22
5-8 times/week 13,03
1-4 times/week 13,46

Pentingnya masukan protein binatang adalah bagus
yang didokumentasikan di Table 4.Di dalam pertumbuhan dan waktu menjadi masak
[alat; makna] kekayaan proses bukan banyak tanpa suatu makanan yang masuk akal
masukan oleh anak-anak. Itu telah jelas itu secara umum bettereducated
para ibu memberi ilmu gizi anak-anak lebih baik mereka
menurut usia dibanding lebih sedikit para ibu yang dididik kerjakan. Hal ini
sepertinya proofed di Table 5.Korelasi antara
pendidikan ibu dan usia menarcheal dari mereka
para putri adalah sangat penting sedangkan tidak ada korelasi adalah
yang ditemukan antara pendidikan dan usia ayah itu pada menarche
dari para putri mereka.

Meja 5.Usia pada Menarche sehubungan dengan Tempat Pendidikan Formal Ibu
Tempat pendidikan Ibu Usia, Pengarang tahun
Madura Yang lebih tinggi 12,19 Hendrawati, 1993
Medium 12,88
Lebih rendah 12,93

Seperti kesimpulan bisa jadi berkata usia itu pada menarche
lembagakan suatu indikator yang sensitip kaya dan kesehatan dari a
populasi ( Bielicki &Welon 1982; Brasel 1978).

PAROTITIS
Definisi
Mumps atau epidemic parotitis merupakan penyakit akibat virus pada manusia.
Merupakan penyakit yang biasa terjadi pada anak-anak dan masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara dunia
Manifestasi klinik pada umumnya adalah bengkak dan nyeri pada kelenjar saliva disertai panas badan.
Bengkak yang nyeri pada testis dapat pula terjadi
Pada umumnya gejala tidak terlalu berat pada anak-anak, namun pada remaja dan dewasa dapat lebih berat dan komplikasi seperti infertilitas dan sufertilitas pada umumnya dapat terjadi
Pada umumnya penyakit ini adalah self limited, dan tidak ada terapi spesifik .

Penyebab

Mumps disebabkan oleh paramyxovirus, dan dapat menyebar dari orang ke orang melalui droplet ludah atau kontak langsung dengan bahan yang terkontaminasi oleh ludah yang terinfeksi
Pada umumnya yang dapat terinfeksi adalah anak-anak usia 2 hingga 12 tahun pada umumnya mudah terinfeksi, meskipun dapat juga terjadi pada golongan umur yang lain.
Orchitis (pembengkakan testis) dapat terjadi pada 10–20% penderita laki-laki, tetapi sterilitas jarang terjadi

Meningitis virus dapat terjadi pada kurang lebih 5% penderita mumps. Pada orang tua, susunan syaraf pusat, pankreas, prostat, payudara, dan organ lain mungin dapat terkena
Pada umumnya masa inkubasinya 18 hingga 21
Mumps secara umum merupakan penyakit yang ringan pada anak-anak di negara berkembang
Pada saat dewasa, mumps cenderung menginfeksi ovarium, menyebabkan oophoritis, serta testis, yang menyebabkan orchitis. Testis matur rentan terhadap mumps yang akan menyebabkan infertilitasertility. Adults infected with mumps are more likely to develop severe symptoms and complications
Symptoms
Gejala umum mumps :
Bengkak pada kelenjar ludah (parotis à parotitis ) pada lebih dari 90% penderita pada satu sisi (unilateral) atau kedua sisi (bilateral), dan nyeri pada bagian belakang rahang pada saat mengunyah.
Demam
Sakit kepala
Nyeri telan
Orchitis, nyeri inflamasi pda testis. Pria setelah pubertas yang menderita mumps berisiko 15 - 20% menderita orchitis
Pengobatan
Tidak ada pengobatan spesifik untuk mumps
Keluhan dapat dikurangi dengan pemberian Acetaminophen/Paracetamol
Berkumur dengan air garam hangat, makanan halus, dan perbanyak cairan dapat membantu mengurangi keluhan.
Penderita diberi nasehat untuk menghindari makanan-makanan asam seperti jus jeruk dan lain-lain karena makanan-makanan ini dapat menstimulasi kelenjar ludah, sehingga akan terasa semakin nyeri.
Prognosis
Penyakit ini bersifat self limiting, dan prognosisnya pada umumnya baik, meskipun organ yang lain dapat terlibat.
Sterilitas pada penderita laki-laki sangat jarang
Setelah sakit, imunitas seumur hidup biasanya muncul
Mumps dapat dicegah dengan vaksinasi
Komplikasi
Komplikasi pada umumnya :
Infeksi pada organ yang lain
Sterilitas pada laki-laki ( jarang, seringkali terjadi pada laki-laki usia lebih tua )
Bentuk ringan meningitis (jarang, 40% kasus terjadi tanpa pembengkakan kelenjar parotis)
Encephalitis (sangat jarang, bila terjadi fatal)
Kadang-kadang dapat terjadi hilangnay pendengaran (hearing loss) , uni atau bilateral
Pencegahan
Vaksinasi mumps : imunisasi MMR (mumps, measles, rubella) saat ini terdapat kombinasi dengan vaksin varicella (MMRV)
WHO merekomendasikan penggunaan vaksin mumps ( di Inggris diberikan pada usia 15 bulan, sedangkan di AS pada umur 12-15 bulan dan umur 4-6 tahun)
Efikasi vaksin tergantung pada strain dari vaksin, tetapi pada umumnya berkisar 80%

(Sumber http://www.fkm.unair.ac.id/kuliah%20MUMPS.ppt)

PAROTITIS

PENDAHULUAN

Parotitis epidemika adalah penyakit virus menyeluruh, akut, yang kelenjar ludahnya membesar nyeri, terutama kelenjar parotis, merupakan tanda-tanda yang biasa ada. Nama parotitis epidemica kurang tepat sebab tidak selalu ada radang di parotis dan penyakit tersebut tidak selalu mewabah. Merupakan suatu penyakit menular yang akut.

II. ETIOLOGI

Disebabkan oleh virus. Virus ini adalah anggota kelompok paramiksovirus yang juga mencakup parainfluenza, campak, dan vius penyakit Newcastle. Hanya diketahui ada satu serotip. Biakan manusia atau sel ginjal kera terutama digunakan untuk isolasi virus. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RN rantai tunggal dan anggota dari family Paramyxoviridae, genus Paramyxovirus. Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus mumps sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet­­­­­­.

III. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

Penyakit tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau epidemik. Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat diisolasi dari faring dua hari sebelum sampai enam hari setelah terjadi pembesaran kelenjar parotis. Pada penderita parotitis epidemika tanpa pembesaran kelenjar parotis, virus dapat pula diisolasi dari faring. Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar. Baik infeksi klinis maupun subklinis menyebabkan imunitas seumur hidup. Bayi sampai umur 6 – 8 bulan tidak dapat terjangkit parotits epidemika karena dilindungi oleh anti bodi yang dialirkan secara transplasental dari ibunya.3 Insiden tertinggi pada umur antara 5 sampai 9 tahun, kemudian diikuti antara umur 1 sampai 4 tahun, kemudian umur antara 10 sampai 14 tahun.5

IV. PATOGENESIS

Virus masuk tubuh mungkin via hidung/mulut; proliferasi terjadi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf dan yang paling sering terkena ialah glandula parotis. Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Mumps ialah suatu infeksi umum.

Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.

V. MANIFESTASI KLINIS

Masa tunas 14 sampai 24 hari. Dimulai dengan stadium prodromal, lamanya 1 sampai 2 hari dengan gejala demam, anoreksia, sakit kepala, muntah dan nyeri otot. Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,5 0C sampai 39,50C kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian dapat menjadi bilateral. Pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan maupun perabaan, terlebih-lebih bila penderita makan atau minum sesuatu yang masam, ini merupakan gejala khas untuk parotitis epidemika.

Infeksi Kelenjar Ludah

Perjalanan penyakit klasik dimulai dengan demam, sakit kepala, anoreksia dan malaise. Dalam 24 jam anak mengeluh sakit telinga yang bertambah dengan gerakan mengunyah, esok harinya tampak glandula parotis membesar yang cepat bertambah besar, mencapai ukuran maksimal dalam 1 sampai 3 hari. Biasanya demam menghilang 1 sampai 6 hari dan suhu menjadi normal sebelum hilangnya pembengkakan kelenjar. Bagian bawah daun telinga terangkat ke atas dan keluar oleh pembengkakan glandula parotis. Pembengkakan dapat disertai nyeri hebat; nyeri mulai berkurang setelah tercapai pembengkakan maksimal berlangsung kira-kira selama 6 – 10 hari. Biasanya satu glandula parotis membesar kemudian diikuti yang lainnya dalam beberapa hari. Adakalanya kanan dan kiri membesar bersamaan. Parotis unilateral ditemukan kira-kira 25 %. Pembengkakan glandula submaksilaris dapat dilihat dan diraba di depan angulus mandibulae. Mumps glandula submaksilaris tanpa parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dengan adenitis cervical.

Epididymo-orchitis

Menduduki tempat kedua pada lelaki dewasa menurut frekuensi manifestasi klinis, biasanya timbul sporadik parotitis dapat mendahului parotitis atau sebagai manifestasi sendiri daripada mumps. Epididimitis selalu disertai orchitis. Ditemukan 20-30%, unilateral pada lelaki yang menderita mumps sesudah pubertas, insiden orchitis bilateral rendah, kira-kira 2 %.

Orchitis kebanyakan terjadi dalam 2 minggu pertama. Adakalanya di minggu ketiga. Diagnosis mumps orchitis tanpa parotitis ditegakkan dengan titer complement fixing antibodies yang meningkat selama masa rekonvalesensi.

Orchitis dimulai dengan tiba-tiba demam, menggigil, sakit kepala, nausea, muntah dan nyeri abdomen bagian bawah. Keluhan-keluhan tersebut biasanya paralel dengan beratanya orchitis. Lamanya demam jarang lebih dari 1 mingggu, demam turun secara krisis atau lysis. Bersama timbulnya demam, testis membengkak cepat disertai nyeri yang hebat. Tidak ada kekhawatiran akan impotensi atau sterilitas sebab:
- Orchitis kebanyakan unilateral
- Bila ada orchitis bilateral, sangat jarang terjadi atrofi total pada kedua testis.

Meningoencephalitis

Insiden kira-kira 10%, biasanya timbul 3-10 hari sesudah parotitis, dapat juga mendahului parotitis. Ditandai oleh demam, sakit kepala, nausea, muntah, kaku kuduk, gangguan kesadaran dan jarang ada kejang. Positive Brudzinski’s and Kernig’s Signs. Liquor menunjukkan plecytosis dengan kebanyakan limfosit, protein meninggi, glukosa dan klorida normal.

Biasanya demam menurun secara lysis dalam 3-10 hari. Perjalanan penyakit serupa benign aseptic meningitis dan biasanya tanpa sequelae.

Pankreatitis

Kelainan berat teapi jarang skali, tia-tiba ada keluhan hebat di epigastrium disertai demam, menggigil, lemah sekali,nausea dan muntah. Keluh kesah hilang perlahan – lahan dalam 37 hari, biasanya sembuh sempurna. Bila seorang perempuan menderita mumps disertai nyeri abdomen bagian bawah berarti ada oophoritis, bila ovarium kanan yang sakit maka keadaan tersebut mungkin tidak dapat dibedakan dengan acute appendicitis.

Kelenjar lain yang dapat meradang pada mumps, walaupun jarang ialah tiroiditis, mastitis, dacryoadenitis dan bartholinitis.

Pemeriksaan Laboratorium

Jumlah lekosit normal atau terdapat leukopenia dengan limfositosis relatif. Sebagai pemeriksaan tambahan dapat dilakukan complement-fixing antibody test, neutralization test, isolasi virus, uji intradermal dan pengukuran kadar amylase dalam serum.

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika pada pemeirksaan fisis. Disamping leucopenia dengan limfosiotsis relative, didapatkan pula kenaikan kadar amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah satu minggu dan kemudian menjadi normal kembali dalam dua minggu.

- Keterangan klinis berupa :

- ada kontak dengan penderita mumps 2-3 minggu sebelumnya

- gambaran klinis serupa parotitis

- tanda-tandaaseptoc meningitis

- Iksolasi virus mumps dan test serologic tidak diperlukan pada mumps yang klasik tetapi pada keadaan-keadaan yang meragukan seperti bila tidak ada parotitis atau pada recurrent parotitis. Sekurang-kurang ada 3 uji serologic untuk mebuktikan spesifik mumops antibodies:

· Complement fixation antibodies (CF)

· Hemagglutination inhibitor antibodies (HI)

· Virus neutralizing antibodies (NT)

CF paling praktis dan paling dipracya. Countries antibodies dapat dibuktikan di darah pada minggu ke-1 dan pada akhir minggu ke-2 sudah ada peninggian jelas. Titer meningkaty lebih ari 4 kali atau lebih berarti mumps.

Keterangan Laboratorium tambahan

Kadar amylae dala serum meninggi pada mumps paraparotitis dan pankteattis. Kadar amylase rupanya berjalan parallel dengan pembengkakan paroits, puncaknya tercapai di minggu ke-1, berangsur-angsur menjadi normal pada minggu ke-2 atau 3. kira-kira 70% mumps disertai amylase yang meninggi.

VII. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding ini mencakup parotitis sebab lain, seperti pada infeksi virus termasuk infeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV), influenza, parainfluenza 1 dan 3, sitomegalovirus, atau keadaan koksakivirus yang jarang dan infeksi koriomeningitis limfositik. Infeksi-infeksi ini dapat dibedakan dengan uji laboratorium spesifik;

- Parotitis supuratif, dimana nanah sering dapat dikeluarkan dari duktus

- Parotitis berulang, suatu keadaan yang sebabnya belum diketahui, tetapi mungkin bersifat alergi yang sering berulang dan mempunyai sialogram khas

- Kalkulus salivarius, menyumbat saluran parotis, atau lebih sering saluran submandibuler dimana pembengkakan intermitten,

- Limfadenitis preaurikuler atau servikal anterior karena sebab apapun,

- Limfosarkoma atau tumor parotis lain yang jarang

- Orkitis akibat infeksi selain daripada parotitis epidemika, misalnya infeksi yang jarang oleh koksakivirus atau virus koriomeningitis limfositik, atau parotitis yang disebabkan oleh sitomegalovirus pada anak yang terganggu imunnya.1

VIII. PENGOBATAN

Istirahat di tempat tidur selama masa panas dan pembengkakan kelenjar parotis. Simtomatik diberikan kompres panas atau dingin dan juga diberikan analgetika. Diet makanan cair dan lunak. Kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis. Self limiting disease. Perjalanan penyakit tidak dapat dipengaruhi oleh anti mikroba.2,3

IX. PROGNOSIS

Pada umumnya bagus sekali, kematian sangat jarang. Meningoencephalitis biasanya tidak ganas dabn jarang bersequele walaupun insiden setelah atrofi testis setelah orchitis tinggi tetapi kemandulan sangat jarang ditemukan. Hanya persentasi kecil yang mendapat tuli permanen.

X. PENCEGAHAN

Perlindungan pasif

Gammaglobulin biasanya tidak efektif. Khasiat mumps immunoglobulin juga tidak jelas.

Imunisasi aktif

- Inactivated mumps virus vaccine tidak efektif

- Live attenuated mumps virus vaccine Jery Lin mulai digunakan 1968 di USA, tidak disertai demam.

- Suntikan subkutan, kira-kira 95% akan membuat mumps antibodies tetapi antibodinya jauh lebih rendah daripada diperoleh sesudah menderita mumps. Vaksinasi memberikan perlindungan yanhg bagus sekali paling sedikit 4 tahun. Tidak dianjurkan kepada:

· Anak dibawah 1 tahun yang alergi terhadap protein telur/neomycin

· Yang mendapat obat-obatan immunosupresif

Ada kombinasi dengan vaksin morbili dan vaksin rubella.



DAFTAR PUSTAKA

http://oncejevuska.blogspot.com/2007/04/mumps-parotitis-epidemika.html

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Masa remaja adalah periode yang penuh dengan perubahan tubuh maupun perubahan mental. Secara umum, kaum remaja lebih terbuka menerima ide-ide baru dan lebih intensif mempergunakan teknologi baru untuk mencari informasi yang berkaitan dengan alat reproduksi. Kemudahan dalam mendapatkan informasi tentang hal-hal yang menyangkut tentang organ reproduksi merupakan salah satu faktor yang mempercepat seseorang menginjak masa pubertas.1)
Pubertas adalah suatu tahap dalam kehidupan remaja yang lebih dilandasi oleh pertumbuihan fisik yang kemudian dikaitkan dengan perkembangan kebutuhan psikologisnya2)
Baik anak laki-laki maupun perempuan akan mengalami masa pubertas, dalam masa kanak-kanak seorang anak perempuan indung telur nya dikatakan masih dalam keadaan istirahat belum menunaikan faalnya dengan baik. Baru jika mencapai pubertas (akil balig), maka terjadi perubahan-perubahan dalam ovoria yang mengakibatkan pula perubahan-perubahan besar pada seluruh tubuh perempuan tersebut. Menurut Prof.Sulaiman sastra winata di dalam buku nya obstetri fisiologi memgatakan bahwa pubertas tercapai pada umur 12-16 tahun dan dipengaruhi oleh keturunan, bangsa, iklim dan lingkungan. Kejadian yang terpenting dalam pubertas ialah timbulnya haid yang pertama kali (Menarche). Walaupun begitu menarche merupakan gejala pubertas yang lambat. Gejala awal adalah terjadi nya pertumbuhan payudara (Thelarche), kemudian tumbuh rambut kemaluan (Pubarche), disusul dengan tumbuhnya rambut di ketiak. Barulah terjadi menarche, dan sesudah itu haid akan datang secara siklik 3)
Haid (menstruasi) ialah perdarahan yang siklik dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan menuaikan faalnya. Dalam pubertas anak akan tumbuh dengan cepat dan mendapatkan bentuk tubuh yang khas bagi jenisnya. Dengan pubertas ini wanita masuk dalam masa produktif, artinya masa mendapat keturunan yang berlangsung kira-kira 30 tahun 3)
Kurangnya informasi tentang reproduksi khususnya menarche pada remaja putri dapat berdampak terhadap reaksi individual remaja putri pada saat menstruasi yang dapat berdampak negatif antara lain : depresi, rasa takut, gangguan konsentrasi, mudah tersinggung, gelisah sukar tidur, sakit kepala, perut kembung. Sedang dampak positif antara lain : seorang gadis mulai menyesuaikan sikapnya, bahwa dirinya telah tumbuh dewasa. Dalam masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja itu ia mulai keluar dari ketergantungan kepada keluarganya, mampu menentukan sikap dalam menghadapi konflik, mampu memutuskan beberapa norma yang harus diambilnya dari luar, serta beberapa ajaran orang tuanya yang dia terima. Dan pada saat inilah ia merasakan adanya dorongan baru, sesuatu tarikan terhadap lawan jenis, serta telah berfungsinya organ reproduksi untuk mempersiapkan dirinya untuk menjadi seorang ibu. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa dampak dari menarche berbagai macam, ada baiknya remaja putri mengetahui pentingnya informasi tentang menarche, sehingga ia dapat betindak dengan baik dan benar, sehingga ia tahu apa yang harus dia lakukan pada saat mengalami menstruasi serta dampak negatif dari menstruasi dapat ditekan seminimal mungkin. Pengetahuan tentang menstruasi dapat distimulus dari berbagai faktor diantaranya : sosial ekonomi, kultur, pendidikan, pengalaman. Angka kejadian haid yang pertama kali (menarche) banyak terjadi pada jenjang SLTP.4)
Menarche merupakan titik permulaan si gadis menginjak masa puber (masa kedewasaan), yang dipengaruhi oleh kelenjar hipofisis yang terletak persis dibawah otak, dibawah pengaruh jam biologis, memberi tanda pada indung telur untuk mulai memproduksi hormon esterogen dalam jumlah yang memadai untuk pembesaran payudara pematangan organ-organ seksual dan perubahan emosi. Rahim juga mengalami perubahan hormonal, yang memungkinkan terjadinya menstruasi dan sebagai persiapan untuk kehamilan. Sehingga bila seseorang telah mengalami menarche sangat beresiko jika melakukan hubungan sexual dapat berakibat kehamilan pranikah, aborsi ilegal yang berbahaya atau “Married-By-Accident”5)
Menarche, umumnya terjadi pada usia sekitae 13 tahun, meskipun bisa terjadi pada usia lebih dini, sekitar umur 9 tahun, atau bahkan agak lambat, pada usia 12 tahun.6)
Dari penelitian Tanner dan Eveleth dari tahun 1986-1990 tentang angka kejadian menarche di beberapa negara adalah sebagai berikut Amerika 12.8 tahun, Argentina 12.5 tahun, Australia 13.0 tahun, Perancis 13.0 tahun, Denmark 13.0 tahun, Singapore 12.4 tahun, Japan 12.5 tahun, Somalia 13.1 tahun, Negeria 13.3 tahun, Kuba 13.0 tahun .7)
Hasil penelitian di beberapa tempat di indonesia bahwa rata-rata umur menarche : Ujung pandang 14.29 tahun, Semarang 13.07 tahun, Jakarta 12.67, Klaten 14,63 tahun Yogyakarta 14.48 tahun, Surabaya 13.07 tahun, Palembang 13.90 tahun Kayu Agung 15.52 tahun.8)
Menurut data kesiswaan Tahun Pelajaran 2007/2008 terdapat siswa putri dengan jumlah 143 anak. Dengan tahun kelahiran 1992 sebanyak 2 anak, tahun 1993 sebanyak 27 anak, tahun 1994 sebanyak 105 anak, tahun 1995 sebanyak 9 anak.9)
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SLTP Prambanan.

Rumusan Masalah
Bagaimana Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SLTP N I Prambanan?
Tujuan Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri kelas VIII SLTP tentang Menarche di SLTP N I Prambanan Klaten ?

Manfaat Penelitian
1. Pihak Sekolah
Sebagai masukan dalam usaha peningkatan pengetahuan tentang sistem alat reproduksi.
2. Peneliti
Mendapat pengalaman langsung dalam penerapan teori metodologi penelitian dan memperoleh gambaran tingkat pengetahuan remaja putri kelas VIII SLTP tentang Menarche di SLTP N I Prambanan Klaten.
3. AKPER Panti Rapih
Menambah bahan bacaan bagi mata ajaran Maternitas.

Ruang Lingkup
4. Keilmuan
Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah keperawatan maternitas.
5. Sasaran
Sasaran penelitian di fokuskan pada siswi/remaja putri kelas VIII SLTP N I Prambanan.
6. Lokasi
Lokasi penelitian di SLTP N I Prambanan Klaten.
7. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2007 – 12 Februari 2008.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teori
1. Perkembangan Seksual Wanita
Pada waktu dilahirkan seorang bayi telah mengalami pembentukan organ seksual. Bayi perempuan yang lahir cukup bulan pembentukan genetalia interna dan genetalia eksterna sudah terbentuk. Dalam perkembangan dan pertumbuhan organ genetalia ini tidak lepas dari pengaruh hormon kelamin. Besar kecilnya pengaruh hormon kelamin tergantung pada masa kehidupan yang dialami wanita.
Pada masa kanak-kanak perangsang oleh hormon kelamin ini sangat kecil, sehingga pada masa ini alat-alat genitalia tidak memperhatikan pertumbuhan yang berarti, pada masa ini yang terlibat adalah pengaruh hormon hipofisis terhadap pertumbuhan badan.
Pengaruh hormon kelamin terlihat jelas pada masa pubertas. Pada masa ini seorang wanita mengalami pemasakan seksual untuk memasuki masa fertil, sehingga alat reproduksi mencapai kematangan dan siap untuk bereproduksi. Normal pubertas paling awal pada usia 9 tahun kemudian lengkap pada semua aspek selambat-lambatnya pada usia 16 tahun pada anak wanita.1)

2. Pubertas
Pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Tidak ada batas yang tajam antara akhir masa kanak-kanak dan awal masa pubertas, akan tetapi dapat dikatakan bahwa pubertas mulai dengan berfungsinya ovarium. Pubertas berakhir pada saat ovarium sudah berfungsi dengan mantap dan teratur.
Secara klinis pubertas mulai dengan timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir kalau sudah ada kemampuan reproduksi. Pubertas pada wanita mulai kira-kira pada umur 8-14 tahun dan berlangsung kurang lebih selama 4 tahun.
Awal pubertas jelas dipengaruhi oleh bangsa, iklim dan kebudayaan. Pada abad ini secara umum ada pergeseran permulaan pubertas ke arah umur yang lebih muda, yang diterangkan dengan meningkatnya kesehatan umum dan gizi.
Kejadian penting dalam pubertas ialah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche, dan perubahan psikis. Apa yang primer menyebabkan mulainya pubertas diketahui. Yang diketahui ialah bahwa ovarium mulai berfungsi dibawah pengaruh hormon gonadotropin dari hipofisis, dan hormon ini keluarkan atas pengaruh Relasing factor dari hipotalamus. Dalam ovarium folikel mulai tumbuh dan walaupun folikel-folikel itu tidak sampai menjadi matang karena sebelumnya mengalami atresia, namun folikel-folikel tersebut sudah sanggup mengeluarkan estrogen. Pada saat yang kira-kira bersamaan korteks kelenjar suprarenal mulai membentuk androgen, dan hormon ini memegang peranan dan pertumbuhan badan.
Pengaruh peningkatan hormon yang pertama-tama nampak ialah pertumbuhan badan anak yang lebih cepat, terutama ekstremitasnya, dan badan lambat laun mendapat bentuk sesuai dengan jenis kelamin. Walaupun ada pengaruh hormon Somatotropin, diduga bahwa pada wanita kecepatan pertumbuhan terutama disebabkan oleh estrogen. Estrogen ini pula yang pada suatu waktu menyebabkan penutupan garis epifisis tulang-tulang sebingga pertumbuhan badan berhenti. Pengaruh estrogen yang lain ialah pertumbuhan genitalia interna, genitalia eksterna, dan ciri-ciri kelamin sekunder.Dalam masa pubertas genitalia interna dan genitalia eksterna lambat laun tumbuh untuk mencapai bentuk dan sifat seperti pada manusia dewasa 2)
3. Menarche
Menarche adalah haid yang pertama kali yang dialami oleh wanita yang berusia 10-16 tahun. Hal ini merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita untuk kehamilannya.
Adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi umur menarche dari hasil statistik didapatkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi, faktor tempat tinggal (lingkungan) adapun penjelasan dari faktor-faktor tersebut sebagai berikut :

Faktor Keturunan
Dari penelitian terdahulu ternyata didapatkan perbedaan rata-rata umur menarche pada beberapa negara. Perbedaan ini menurut beberapa peneliti merupakan manifestasi dari faktor genetik. Faktor genetik ini mempengaruhi umur menarche. Bahwa pengaruh ini datang dari ibu ke anak gadisnya, sehingga ada kolerasi baik antara usia menarche ibu dan anak, atau antara anak-anak dan saudara-saudara perempuan.
Faktor Tempat
Bahwa gadis-gadis atau remaja putri di kota mendapatkan haid yang pertama pada umur yang lebih muda atau awal jika dibandingkan dengan gadis-gadis desa. Gadis-gadis di kota dapat menikmati berbagai macam sarana hiburan seperti novel, vidio, kaset, majalah hiburan, dan film. Hal ini memberikan stimulus pada otak untuk merangsang produksi hormon seksual lebih dini, sehingga menarche akan terjadi pada umur yang lebih dini.
Faktor Gizi
Gizi sangat berperan penting dalam pertumbuhan seksual. Bahwa nutrisi mempunyai pengaruh terhadap pemasakan seksual baik pada hewan maupun manusia, karena gizi mempengaruhi sekresi hormon gonadotropin dan respon terhadap LH (Luteinizing Hormone), hormon ini berfungsi untuk sekresi estrogen dan progesteron dalam ovarium sehingga tanda-tanda sex sekunder akan cepat muncul dibanding remaja putri yang kekurangan nutrisi 3)
Fisiologi Haid
Cyclus menstruasi
Perubahan yang dialami uterus pada siklus menstruasi terjadi pada lapisan endomitrium. Selama ± 1 bulan dapat kita bedakan siklus menstruasi menjadi 4 masa (stadia) :
Stadium Menstruasi (desquamasi)
Hari pertama fase menstruasi ini adalah permulaan dari siklus menstrusi, yaitu terlepasnya lapisan fungsional dari endometrium bersama eritrosit, lekosit, kelenjar, kuman dan atau tanpa sel telur yang keluar pervaginan secara spontan. Fase ini lamanya 3-5 hari.
Stadium Post Menstruum (stadium regenerasi)
Oleh pengaruh estrogen yang dihasilkan sel-sel folikel pada lapisan endometrium yang sudah terlepas tadi mulai terjadi regenerasi epitel, memanjangnya kelenjar endometrium dan bertambahnya jumlah sel-sel jaringan ikat endometrium, lamanya fase ini 9 hari ( hari ke 5 sampai ke 14).
Stadium Intermenstruum (stadium proliferasi)
Pada masa ini endometrium tumbuh menjadi ± 3,5 mm. Kelenjar-kelenjar tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain hingga berkelok.

Stadium Praementruum (stadium sekresi)
Pada masa ini endometrium kira-kira tetap tebal tapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku dan mengeluarkan getah. Dalam endametrium tertimbun glycogeen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur memang maksud dari perubahan ini tidak lain dari pada mempersiapkan, endometrium untuk menerima telur.
Pada endometrium sudah dapat dibedakan lapisan atas yang padat (Stratum Compactum) yang hanya ditembus oleh saluran-saluran keluar dari kelenjar-kelenjar, lapisan mampung (Stratum Spongiosium), yang banyak lubang-lubangnya karena disini terdapat rongga dari kelenjar-kelenjar dan lapisan bahwa yang disebut stratum basale.
Stadium sekresi ini berlangsng dari hari ke 14 – 28 kalau tidak terjadi kehamilan makan endometrium dilepaskan dengan perdarahan dan berulang lagi siklus menstruasi, pengeluaran darah menstrusi berlangsung antara 3-7 hari dengan jumlah darah yang hilang sekitar 50-60 cc tanpa bekuan darah. Dan disertai rasa nyeri pada bagian perut. 4)
Dismenore (Nyeri Haid)
Dismenore merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu kehidupan sehari-hari wanita dan mendorong penderita untuk melakukan pemeriksaan. Gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai, penyakit ini patogenesisnya belum dapat dipecahkan, istilah dismenore hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebat sehingga tidak dapat melakukan aktivitas dalam beberapa jam/hari. Nyeri haid dibedakan menjadi 2 :
Dismenore Spasmodik (Kejang)
Kejang merupakan nyeri yang hebat, sukar ditahan, dan mencengkeram. Nyeri ini terasa di bagian bawah perut dan berawal tepat sebelum masa haid mulai. Nyeri ini dapat berlangsung setengah hari sampai lima hari dan acapkali nyeri berkepanjangan. Banyak wanita terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri ini sehingga tidak dapat mengerjakan sesuatu apapun. Ada yang pingsan, mual muntah.
Dismenore Kongestif (Pegal Menyiksa)
Cara pasti untuk mengetahui apakah seseorang menderita nyeri ini adalah menanyakan bagaimana ia tahu datangnya masa haid. Orang yang menderita pegal yang menyiksa, anda mengetahui berhari-hari sebelumnya bahwa masa haid akan tiba
Tubuh anda mungkin pegal-pegal, buah dada mungkin sakit, dan perut anda kembung, tidak dapat merapikan pakaian anda dan beha anda terasa terlalu ketat, sakit kepala, mudah tersinggung.5)

Pengetahuan
a. Menurut Soekidjo Notoatmojo
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, dan sangat penting dalam pembentukan perilaku atau tindakan seseorang.
b. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pengetahauan adalah segala sesuatu yang diketahui.
c. Menurut Sutardjo Hadisusilo
Pengetahuan adalah pemahaman atau hal tahu akan sesuatu yang bersifat spontan tanpa mengetahui seluk beluk secara dalam. Penelitian Rogers pada tahun 1974 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses :
Awareness atau kesadaran, dimana orang tersebut menyadari atau mengetahui lebih dulu terhadap stimulus.
Interest (tertarik) dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
Evaluation atau menimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus bagi dirinya.
Trial atau mencoba, dimana orang mulai mencoba perilaku baru.
Adaptation dimana subyek berperilaku sesuai pengetahuan, kesegaran dan sikap terhadap stimulus.6)
Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (Know)
Yang termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan, menyatakan.
b. Memahami
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi
Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang nyata.
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam stuktur organisasi dan ada kaitannya satu sama lain.
Kata kerja yang digunakan adalah misalnya dapat menggambarkan, memisahkan, membedakan, meng-kelompokkan.
e. Sintesis
Sintesis menujukkan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Kata kerja yang dipakai seperti dapat menyusun, dapat meningkatkan, dapat merencanakan, dapat menyesuaikan.
f. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu meteri atau objek berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi yang akan diukur dari subyek penelitian.7)





Kerangka Teori
Menurut : BS. BLOOM









Sumber : W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta 1996 hal 245

Pertanyaan Penelitian
Bagaimana tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP tentang Menarche di SLTP N I Prambanan Klaten ?

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Tempat Penelitian
1. Letak Geografis SLTP N I Prambanan Klaten
SLTP N I Prambanan berada di desa Kongklangan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, yang mempunyai luas tanah 1200 meter persegi.
2. Keadaan Siswa
a. Jumlah siswa
Siswa SLTP N I Prambanan Klaten berjumlah 717 dengan pembagian laki-laki berjumlah 306 orang dan perempuan 411 orang.
b. Jumlah siswa berdasarkan kelas
SLTP N I Prambanan terbagi menjadi 3 kelas yaitu kelas VII ada 6 kelas dari kelas A sampai F dengan jumlah siswa 240, sedangkan kelas VIII ada 6 kelas dari kelas A sampai kelas F dengan jumlah siswa 240 dan kelas IX juga ada 6 kelas dari kelas A sampai F dengan jumlah siwa 237.
Hasil Penelitian
Karakteristik Responden

Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Umur Responden Jumlah %
1 Umur £ 12 tahun 9 6,30
,2 Umur 13-14 tahun 132 92,30
3 Umur > 14 tahun 2 1,40
Jumlah 143 100
Sumber data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas dari 143 responden, sebagian besar (92,30%) responden berumur diantara 13-14 tahun, (6,30%) berumur kurang atau sama dengan 12 tahun berjumlah 9 orang, dan (1,40%) berumur lebih dari 14 tahun berjumlah 2 orang.
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Menstruasi di SLTP I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Status Menstruasi Jumlah %
1 Sudah 116 81,11
2 Belum 27 18,89
Jumlah 143 100
Sumber data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas dari 143 responden, sebagian besar (81,11%) responden sudah mengalami menstruasi, dan sebagian kecil (18,89%) responden belum mengalami menstruasi.









Tabel 3
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Menarche
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %
1 Benar 65 45.45
2 Salah 78 54.55`
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa dari 143 responden, lebih dari separuh (54.55%) responden tidak mengetahui tentang Menarche hal ini ditunjukan dengan jawaban yang salah, kurang dari separuh (45.45%) dari responden mengetahui pengertian Menarche hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang benar.
Tabel 4
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Hormon yang Mempengaruhi
Ciri-ciri Kelamin Sekunder Pada Wanita Di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %
1 Benar 94 65,73
2 Salah 49 34,27
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa dari 143 responden, lebih dari separuh (65,73%) responden mengetahui tentang Hormon yang mempengaruhi ciri-ciri Kelamin Sekunder pada wanita hal ini ditunjukkan dengan jawaban benar, kurang dari separuh (34,27%) responden tidak mengetahui hormon yang mempengaruhi ciri-ciri kelamin sekunder pada wanita hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang salah.
Tabel 5
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tanda Pubertas
Yang Nampak Paling Awal Pada Siswi Di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %
1 Benar 53 37,06
2 Salah 90 62,94
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari separuh (62,94%) responden tidak mengetahui tentang tanda pubertas yang nampak paling awal hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang salah, kurang dari separuh (37,06%) responden mengetahui tentang tanda pubertas yang nampak paling awal hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang benar.





Tabel 6
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tanda Pubertas
Yang Nampak Paling Akhir Pada Siswi Di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %
1 Benar 33 23,07
2 Salah 110 76,93
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, sebagian besar (76,93%) responden tidak mengetahui tentang tanda pubertas yang nampak paling akhir hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang salah, sebagian kecil (23,07%) responden mengetahui tentang tanda pubertas yang nampak paling akhir hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang benar.
Tabel 7
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Hormon Pertumbuhan
Pada Siswi Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %
1 Benar 85 59.44
2 Salah 58 40.56
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari separuh (59.44%) responden mengetahui Tentang Hormon Pertumbuhan hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang benar, kurang dari separuh (40.56%) responden tidak mengetahui Tentang Hormon Pertumbuhan hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang salah.
Tabel 8
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Normalnya Umur Menarche
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %
1 Benar 134 93,70
2 Salah 9 6,30
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, sebagian besar (93,70%) responden mengetahui Normalnya Umur Menarche hal ini ditunjukkan dengan jawaban benar, (6,30%) rsponden menjawab salah Tentang Normalnya Umur Menarche hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang salah.

Tabel 9
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Masa Subur Pada Seorang Wanita
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %
1 Benar 128 89.51
2 Salah 15 10.49
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, sebagian besar (89.51%) responden mengetahui tentang masa subur pada seorang wanita. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban benar, dan sebagian kecil (10.49%) responden menjawab salah tentang masa subur pada seorang wanita.
Tabel 10
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Faktor Eksternal Yang Mempercepat Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %
1 Benar 69 48.25
2 Salah 74 51.75
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari separuh (51.75%) responden tidak mengetahui faktor yang mempercepat Menarche hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang salah, kurang dari separuh (48.25%) responden menjawab benar hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang benar.
Tabel 11
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Faktor Internal Yang Mempercepat Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %
1 Benar 130 90.90
2 Salah 13 9.10
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, sebagian besar (90.90%) responden mengetahui faktor yang mempercepat Menarche hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang benar, (9.10%) responden menjawab salah hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang salah.
Tabel 12
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Siklus Menstruasi Yang Normal
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %
1 Benar 117 81.81
2 Salah 26 18.19
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, sebagian besar (81.81%) responden mengetahui mengetahui tentang siklus mestruasi yang normal hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang benar, sebagian kecil(18.19%) responden menjawab salah tentang siklus menstruasi hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang salah.
Tabel 13
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Asal Darah Menstruasi
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %
1 Benar 98 68.53
2 Salah 45 31.47
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari separuh (68.53%) responden mengetahui Asal Darah Menstruasi hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang benar, kurang dari separuh (31.47%) reesponden menjawab salah tentang Asal Darah Menstruasi hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang salah.
Tabel 14
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Terjadinya Kehamilan
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %
1 Benar 51 35.66
2 Salah 92 64.34
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari separuh (64.34%) responden tidak mengetahui Terjadinya Kehamilan hal ini ditunjukkan pada jawaban yang salah, kurang dari separuh (35.66%) responden mengetahui terjadinya kehamilan hal ini ditunjukkan pada jawaban yang benar.



Tabel 15
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Organ Reproduksi Wanita
Dalam Menuaikan Faalnya Di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %
1 Benar 53 37.06
2 Salah 90 62.94
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari separuh (62.94%) responden tidak mengetahui berfungsinya organ reproduksi wanita hal ini ditunjukkan jawaban yang salah, kurang dari separuh (37.06%) responden mengetahui berakhirnya masa pubertas hal ini ditunjukkan jawaban yang benar.
Tabel 16
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Lamanya Seorang Wanita
Mengalami Menstruasi Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %
1 Benar 128 89.51
2 Salah 15 10.49
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, sebagian besar (89.51%) responden mengetahui lamanya seorang wanita mengalami Menstruasi hal ini ditunjukkan pada jawaban yang benar, sebagian kecil (10.49%) responden tidak mengetahui lamanya seorang wanita mengalami menstruasi hal ini ditunjukkan pada jawaban yang salah.
Tabel 17
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Terjadinya Nyeri Yang Mencengkeram
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %
1 Benar 73 51.04
2 Salah 70 48.96
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari dari separuh (51.04%) responden mengetahui Terjadinya Nyeri Yang Mencengkeram hal ini ditunjukkan pada jawaban yang benar, kurang dari separuh (48.96%) responden tidak mengetahui Terjadinya Nyeri Yang Mencengkeram hal ini ditunjukkan pada jawaban yang salah.









Tabel 18
Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Menarche
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Tingkat Pengetahuan Jumlah %
1 Tinggi 38 26,57
2 Sedang 96 67,13
3 Rendah 9 6,30
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche Di SLTP N I Prambanan pada tahun 2007, lebih dari separuh (67,13%) responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, kurang dari separuh (26,57%) responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan (6,30%) responden memiliki tingkat pengetahuan rendah.

Tabel 19
Tabel Silang Antara Umur dengan Tingkat pengetahuan Remaja
Tentang Menarche
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

Tingkat Pengetahuan
Tinggi Sedang Rendah
Jml % Jml % Jml %
1 Umur £ 12 tahun - - 8 5.60 1 0.70
,2 Umur 13-14 tahun 38 26.57 86 60.13 8 5.60
3 Umur > 14 tahun - - 2 1.40 - -
Jumlah 38 26.57 96 67.13 9 6.30
Sumber data : Primer
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas terdapat 143 responden, 9 responden berusia lebih dari atau sama dengan 12 tahun (5.60%) mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan (0.70%) mempunyai tingkat pengetahuan rendah. Terdapat 132 responden yang berusia antara 13-14 tahun, lebih dari separuh (60.13%) mempunyai tingkat pengetahuan sedang, sebagian kecil (26.57%) mempunyai tingkat pengetahuan tinggi, (5.60%) mempunyai tingkat pengetahuan rendah, Terdapat 2 responden yang berumur lebih dari 14 tahun, (1.40%) mempunyai tingkat pengetahuan sedang.
Tabel 20
Tabel Silang Antara Status Menstruasi dengan Tingkat Pengetahuan
Remaja Putri Tentang Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007

Tinggi Sedang Rendah
Jml % Jml % Jml %
1 Sudah 31 21.68 79 55.24 6 4.19
2 Belum 7 4.90 17 11.90 3 2.09
Jumlah 38 26.58 96 67.14 9 6.28
Sumber Data : Primer

Analisa Data
Berdasarkan tabel di atas terdapat 143 responden, 116 responden yang sudah menstruasi, lebih dari separuh (55.24%) responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang, sebagian kecil (21.68%) responden mempunyai tingkat pengetahuan tinggi, (4.19%) responden mempunyai tingkat pengetahuan randah. Terdapat 27 responden yang belum menstruasi, sebagan kecil (11.90%) responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang, (4.90%) responden mempunyai tingkat pengetahuan tinggi, (2.09%) responden mempunyai tingkat pengetahuan rendah.

Tabel 21
Tabel Silang Antara Status Menstruasi dengan Umur Remaja Putri
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

Umur
£ 12 tahun 13 – 14 tahun > 14 tahun
Jml % Jml % Jml %
1 Sudah 2 1.40 112 78.32 2 1.40
2 Belum 7 4.89 20 13.99 0 -
Jumlah 9 6.29 132 92.31 2 1.40
Sumber Data : Primer

Analisa Data
Berdasarkan tabel di atas dari 143 responden, 116 responden yang sudah menstruasi, sebagian besar (78.32%) responden berusia 13 – 14 tahun, sebagian kecil (1,40%) responden berusia kurang dari atau sama dengan 12 tahun, sebagian kecil (1.40%) responden berusia lebih dari 14 tahun. Terdapat 27 responden yang belum menstruasi, sebagian kecil (13.99%) responden berusia 13 – 14 tahun, sebagian kecil (4.89%) responden berusia kurang dari atau sama dengan 12 tahun.

JUDUL RESUME

KARAKTERISTIK ANAK YANG MENDERITA KARIES GIGI
DI TK PERTIWI KEMUDO II, KEMUDO, PRAMBANAN
KLATEN, JAWA TENGAH























Disusun Oleh :
Nama : B. Wijanarko Listyo. H
NIM : 252187



AKADEMI KEPERAWATAN PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
2007
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
Kerangka Teori 3
Pertanyaan Penelitian 3
BAB III METODE PENELITIAN 4
Jenis Penelitian 4
Desain Penelitian 5
Variabel Penelitian/Definisi Operasional
Populasi dan Sample
Teknik Pengeumpulan Data
Instrumen Pengeumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Saran
LAMPIRAN

Faktor Pendukung dan Penghambat
1. Faktor Pendukung
a. Responden yang bersedia untuk diajak kerjasama dalam mengisi kuesioner.
b. Bantuan dan kesempatan yang diberikan dari SLTP N I Prambanan dan Siswi kelas VIII.
c. Bantuan dari pembimbing KTI yang selalu membimbing dalam penyusunan.
2. Faktor Penghambat
a. Waktu yang terbatas dari peneliti.

LAMPIRAN 1

PENGANTAR KUESIONER

Kepada :
Yth. Siswi-siswi kelas VIII
Di SLTP N I Prambanan
Klaten

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan pembuatan tugas akhir sebagai mahasiswa DIII Reguler Akademi Keperawatan Panti Rapih, maka saya mengadkaan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP Tentang Menarche di SLTP N I Prambanan Klaten, 2007”. Untuk itu saya mohon kesediaan siswi-siswi untuk menjadi responden dalam penelitian ini, saya akan menjaga kerahasiaan jawaban yang diberikan dan hanya untuk kepentingan penelitian ini. Atas bantuan, tanggapan dan kesediaannya untuk menjadi responden, saya ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, Desember 2007

B. WIJANARKO LISTYO HATMOKO
Mahasiswa AKPER Panti Rapih

Persembahan:
Untuk ke dua orang tua saya,
yang selalu mengharapkan hal terbaik
bagi anak nya.

Data Subyektif
a) Klien mengatakan lemes
b) Klien mengatakan mudah capai
c) Klien mengatakan sesak nafas
d) Klien mengatakan pusing kalau banyak bergerak (pening)
e) Klien mengatakan nyeri dada (skala 0 – 4)
Data Obyektif
f) Tekanan darah menunjukkan penurunan
g) Denyut nadi: cepat dan teraba lemah
h) Distensi vena jugularis
i) Capilary refill lambat lebih dari tiga detik
j) Pernafasan: menunjukkan peningkatan frekuensi
k) Kulit teraba dingin, tampak banyak keluar keringat dingin
l) Ujung – ujung extremitas tampak kebiruan dan pucat
m) Klien menunjukkan expresi wajah kesakitan akibat nyeri dada
n) Jumlah pengeluaran urine dalam 24 jam, menunjukkan penurunan (kurang dari 0,5 cc/kgBB/jam)
o) Hasil rekaman EKG menunjukkan aritmia/disritmia
p) Tampak edema pada ekstremitas bawah, palpebra
q) Tampak edema paru – paru pada pemeriksaan radiologi
r) Terdengar bunyi nafas tambahan (creckles/rales) pada auskultasi paru – paru
s) Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan dari nilai normal (ureum, kreatinin, LDH, CKMB, hematokrit).

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa, karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos, yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).1) Pekerjaan jantung adalah memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh setiap saat, baik saat istirahat maupun saat bekerja atau menghadapi beban.2)
Acut Miocard Infark (AMI) adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba terjadi pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang menyebabkan otot jantung mati karena kekurangan oksigen.3)
Satu dari tiga penderita AMI meninggal karena gagal jantung. Gagal jantung adalah suatu keadan yang serius, dimana jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya(cardiac output, curah jantung) tidak mampu memenuhi kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat makanan. Insiden penyakit pada pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita dengan rata-rata mortalitas selama lima tahun untuk pria 60% dan wanita 40%.4)
Dari data Rekam Medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, angka kematian pada AMI tahun 2006 sebanyak 27 pasien dari 118 kasus dan sejak 01 januari tahun 2007 sampai 30 april tahun 2007 sebanyak 3 pasien meninggal dari 30 kasus. Diperkirakan jumlahnya semakin bertambah tiap tahunnya.5)
Konsekuensi jangka panjang dari Acut Miocard Infark(AMI) cacat fisik, psikologis, sosial, dan pekerjaan telah lama diabaikan, karena pasien dengn AMI curah jantungnya tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan nutrisi secara normal. Apabila pasien banyak beraktivitas, maka kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh semakin meningkat, sedangkan curah jantung tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh, maka pesien dengan AMI intoleransi aktivitas. Komplikasi penyakit miocardium tak terbatas hanya saat pasien dirawat di rumah sakit saja, demikian pula tanggung jawab para ahli kesehatan agar pasien hidup sehat sejahtera, tidak berarti selesai dengan keluarnya pasien dari rumah sakit.6)
Dalam bidang praktik keperawatan profesional, salah satu masalah keperawatan penderita Acut Myocard Infark (AMI) adalah intoleransi aktivitas. Peran perawat sebagai komunitas pelayanan profesional yaitu mengembangkan dan memberikan metode dan sistem pemberian asuhan keperawatan yang profesional, tepat, akurat dan meningkatkan kualitas layanan, salah satunya pemenuhan kebutuhan aktivitas yang tepat dan akurat dalam mempertahankan fungsi optimal jantung sehingga dapat mencegah komplikasi lanjut dan menurunkan angka mortalitas pada pasien dengan diagnosa Acut Myocard Infark (AMI).
Dengan melihat permasalahan tersebut diatas, penulis tertarik melakukan studi kasus tentang pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Acut Myocard Infark (AMI).
Rumusan Masalah
“Bagaimana Pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Acut Miocard Infark (AMI) di ruang perawatan penyakit dalam rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta”.
Tujuan
Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran tentang pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Acut Myocard Infark (AMI) di ruang perawatan penyakit dalam rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta.
Tujuan Khusus
Melaksanakan pengkajian adanya intoleransi aktivitas pada pasien dengan Acut Myocard Infark (AMI).
Manfaat
Bagi Peneliti
Mendapatkan pengalaman secara langsung dalam menyusun suatu hasil penelitian dengan metode studi kasus tentang pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Acut Myocard Infark (AMI).
Memperdalam dan menambah wawasan pengetahuan perawatan tentang pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Acut Myocard Infark (AMI).
Bagi Akademi Keperawatan Panti Rapih
a. Sebagai bahan bacaan pada mata ajaran Medikal Bedah system kardiovaskuler dan menambah pengetahuan mahasiswa tentang pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien dangan Acut Myocard Infark (AMI).
b. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Acut Myocard Infark (AMI).
Bagi Rumah Sakit Panti Rapih
Memberikan informasi tentang bagaimana pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pesien dengan Acut Myocard Infark (AMI).
Ruang Lingkup
Mata Kuliah
Merupakan penelitian dalam ruang lingkup mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah yang difokuskan pada pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Acut Myocard Infark (AMI).
Tempat
Diruang perawatan penyakit dalam rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta.
Waktu
Penelitian akan dilakukan pada bulan agustus tahun 2007.

STUDI KASUS

PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS
PADA PASIEN DENGAN ACUT MIOCARD INFARK (AMI)
DI RUANG PERAWATAN PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT PANTI RAPIH
YOGYAKARTA





Disusun Oleh :
WUYUNG VEMBRIYANTO HADI
252230 / IV



AKADEMI KEPERAWATAN PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
2007
LEMBAR PERSETUJUAN

STUDI KASUS
PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS
PADA PASIEN DENGAN ACUT MIOCARD INFARK (AMI)
DI RUANG PERAWATAN PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT PANTI RAPIH
YOGYAKARTA



Disusun Oleh :
Wuyung Vembriyanto Hadi
252230

Proposal Penelitian ini telah memenuhi persyaratan dan disetujui pada:
Tanggal, ....... Agustus 2007
Pembimbing,

IGN. EKO SUSILO, S.Kep. Ns.







KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian ini dengan Judul ” STUDI KASUS PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA PASIEN DENGAN ACUT MIOCARD INFARK (AMI) DI RUANG PERAWATAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA ”.
Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta.
Dalam menyusun Proposal ini penulis mendapat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Ibu C Sri Hari Ujiningtyas, S.Kp, selaku Direktur Akademi Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta
Bapak Ign. Eko Susilo, S. Kep., Ns, selaku pembimbing dalam penyusunan Proposal.
Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Proposal ini masih banyak kekurangan, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan Proposal ini.
Yogyakarta, Mei 2006
Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori 6
1. Acut Myocard Infark (AMI)
a. Pengertian 6
b. Kriteria 6
c. Etiologi 7
d. Klasifikasi 8
e. Patogenesis 8
f. Patofisiologi 8
g. Morfologi 10
h. Tanda dan gejala 11
i. Komplikasi 12
j. Pemeriksaan diagnostic 14
k. Penatalaksanaan Acut Myocard Infark 15
l. Prognosis 16
2. Konsep aktivitas
a. Pengertian 16
b. Etiologi 16
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan/aktivitas 17
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya pergerakan atau immobilisasi...................................................................... 17
e. Karakteristik.............................................................................. 18
3. Penatalaksaan keperawatan pada pasien Acut miocard infark dalam beraktivitas
a. Pengkajian 20
b. Diagnosa 21
c. Rencana 21
d. Intervensi 25
e. Evaluasi 27
Kerangka Teori 27
Pertanyaan Penelitian 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian 29
Desain penelitian 30
Populasi, sample dan teknik sampling 30
Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional 31
Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data 32
Instrument Pengolahan Data 32
Pengolahan Data 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Pengkajian
1. Identitas pasien

No Kriteria Pasien A Pasien B Pasien C
1. Nama
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Berat badan
5. Pekerjaan
6. Lama menderita AMI
7. Faktor Resiko
a. Keturunan

b. Merokok
c. Tekanan darah tinggi
d. Hiperlipidemia
e. Diabetes melitus
f. Stress
g. Kolesterol tinggi
8. Diagnosa medik
9. Dokter yang merawat
Interpretasi :



2. Data obyektif dan subyektif yang ditemukan dalam pengkajian terkait dengan intoleransi aktivitas


Hasil pengkajian
Pasien A Pasien B Pasien C
1. Data obyektif
a. Status kesadaran
1) Kualitatif
2) Kuantitatif
b. Tekanan darah
c. Denyut nadi
d. Suhu
e. SaO2
f. Capillary refill


Hasil pengkajian
Pasien A Pasien B Pasien C
g. Pernapasan
h. Ekspresi wajah
i. Hasil rekaman EKG menunjukkan kompleks QS yang abnormal, elevasi/depresi ST dan gelombang T terbalik
j. Pemeriksaan radiology (foto dada)
k. Hasil pemeriksaan laboratoriam
3) Kolesterol
4) CKMB
5) Laktat dehidrogenase (LDH)


Hasil pengkajian
Pasien A Pasien B Pasien C
l. Terapi obat
6) Nitrogliserin
7) Beta bloker
8) Antagonis kalsium
9) Anti platelet
10) Heparin
11) Morphin
12) Asetil kolin
13) Trombolisis
14) Terapi oksigen


Hasil pengkajian
Pasien A Pasien B Pasien C
2. Data Subyektif
a. Klien nengatakan lelah/letih dan badan lemas
b. Klien nengatakan pusing, dan vertigo
c. Klien mengatakan jantung berdebar-debar, sesak nafas, selama dan setelah beraktivitas
d. Klien mengatakan nyeri datang secara mendadak, saat kerja, saat istirahat, olahraga berat, saat marah dan kadang saat dingin


Hasil pengkajian
Pasien A Pasien B Pasien C
e. Klien mengatakan nyeri hilang saat istirahat atau minum obat
Interpretasi :

Diagnosa keperawatan yang ditemukan terkait dengan intoleransi aktivitas

No Nama Pasien Diagnosa keperawatan
1. A
2. B
3. C
Interpretasi :

Perencanaan masalah keperawatan terkait dengan intoleransi aktivitas


Perencanaan
Pasien A Pasien B Pasien C
1. Mandiri
a. Kaji tanda-tanda vital klien tiap 4 jam dan tiap 5 menit selama serangan angina meliputi : nadi, tekanan darah, pernapasan, kesadaran
b. Kaji dan catat respon pasien atau efek obat
c. Kaji ulang riwayat nyeri angina dan nyei infatk miokard
d. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera


Perencanaan
Pasien A Pasien B Pasien C
e. Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, tindakan nyaman
f. Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan atau lengan kiri
g. Tinggikan kepala tempat tidur bila klien napas pendek
h. Berikan makanan lembut, biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah makan


Perencanaan
Pasien A Pasien B Pasien C
i. Bantu melakukan teknik relaksasi seperti napas dalam, imajinasi terbimbing dan teknik distraksi
j. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah obat narkotik
2. Kolaborasi
a. Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanul atau masker
b. Pantau perubahan EKG
c. Berikan obat-obat trombolitik
d. Berikan antiangina sesuai indikasi, contoh nitrogliseril


Perencanaan
Pasien A Pasien B Pasien C
e. Berikan beta bloker sesuai indikasi
f. Berikan antagonis kalsium sesuai indikasi, contoh verapamil dan diltiazen
Interpretasi :





Intervensi masalah keperawatan terkait dengan intoleransi aktivitas

Intevensi hari 1-V
Pasien A Pasien B Pasien C
1. Mandiri
a. Kaji tanda-tanda vital klien tiap 4 jam dan tiap 5 menit selama serangan angina meliputi : nadi, tekanan darah, pernapasan, kesadaran
b. Kaji dan catat respon pasien atau efek obat
c. Kaji ulang riwayat nyeri angina dan nyei infatk miokard
d. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera

Intevensi hari 1-V
Pasien A Pasien B Pasien C
e. Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, tindakan nyaman
f. Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan atau lengan kiri
g. Tinggikan kepala tempat tidur bila klien napas pendek
h. Berikan makanan lembut, biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah makan
i. Bantu melakukan teknik relaksasi seperti napas dalam, imajinasi terbimbing dan teknik distraksi

Intevensi hari 1-V
Pasien A Pasien B Pasien C
j. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah obat narkotik
2. Kolaborasi
a. Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanul atau masker
b. Pantau perubahan EKG
c. Berikan obat-obat trombolitik
d. Berikan antiangina sesuai indikasi, contoh nitrogliseril

Intevensi hari 1-V
Pasien A Pasien B Pasien C
e. Berikan beta bloker sesuai indikasi
f. Berikan antagonis kalsium sesuai indikasi, contoh verapamil dan diltiazen
Interpretasi :





Evaluasi proses dan hasil terkait dengan intoleransi aktivitas
1. Evaluasi proses terkait dengan intoleransi aktivitas


Evaluasi proses hari 1
Pasien A Pasien B Pasien C
1. Data obyektif
a. Status kesadaran
1) Kualitatif
2) Kuantitatif
b. Tekanan darah
c. Denyut nadi
d. Suhu
e. SaO2
f. Capillary refill


Evaluasi proses hari 1
Pasien A Pasien B Pasien C
g. Pernapasan
h. Ekspresi wajah
i. Hasil rekaman EKG menunjukkan kompleks QS yang abnormal, elevasi/depresi ST dan gelombang T terbalik
j. Pemeriksaan radiology (foto dada)
k. Hasil pemeriksaan laboratoriam
1) Kolesterol
2) CKMB
3) Laktat dehidrogenase (LDH)


Evaluasi proses hari 1
Pasien A Pasien B Pasien C
l. Terapi obat
1) Nitrogliserin
2) Beta bloker
3) Antagonis kalsium
4) Anti platelet
5) Heparin
6) Morphin
7) Asetil kolin
8) Trombolisis
9) Terapi oksigen


Evaluasi proses hari 1
Pasien A Pasien B Pasien C
2. Data Subyektif
a. Klien mengatakan badannya lemas dan lelah
b. Klien nengatakan pusing, dan vertigo
c. Klien mengatakan jantung berdebar-debar, sesak nafas, selama dan setelah beraktivitas
d. Klien mengatakan nyeri datang secara mendadak, saat kerja, saat istirahat, olahraga berat, saat marah dan kadang saat dingin


Evaluasi proses hari 1
Pasien A Pasien B Pasien C
e. Klien mengatakan nyeri hilang saat istirahat atau minum obat
Interpretasi :
Keterangan : criteria dalam evaluasi proses hari 1 digunakan untuk mengevaluasi intervensi hari 11 – V

2. Evaluasi hasil terkait dengan intoleransi aktivitas

No Evaluasi hasil Pasien A Pasien B Pasien C
1. Kriteria hasil
a) Klien mengatakan lemasnya berkurang
b) Klien mengatakan nyerinya hilang atau berkurang ( skala 0-1)

No Evaluasi hasil Pasien A Pasien B Pasien C
c) Klien menunjukkan menurunnya ketegangan
d) Denyut nadi klien normal (60-100 kali per menit)
e) Tekanan darah klien normal (120/70-120/80 mmHg)
f) Pernapasan klien normal (12-20 kali per menit )
g) Kesadaran klien kompos mentis
h) Klien tampak rileks
i) Hasil rekam EKG menunjukkan gelombang sinus ritme (SR)
j) Pemeriksaan laboratorium : kolesterol atau trigliserida laktat dehidrogenase dan enzim CKMB dalam batas normal

No Evaluasi hasil Pasien A Pasien B Pasien C
k) Suhu normal (36-370C)
l) Reflek pupil 2+/2+ atau isokor
2. Pencapaian tujuan
Interpretasi :







April 19, 2008 in Weblogs | Permalink

TrackBack

TrackBack URL for this entry:
http://blogs.www.friendster.com/t/trackback/849354

Listed below are links to weblogs that reference blog gratis:
Comments
Post a comment
Sign In
Post a comment

Name:
wuyung

You are currently signed in as wuyung.

Comments:
Recent Posts

* blog gratis

Syndicate this site (XML)
About Us | Contact Us | Events | Promote My Profile | Help | Terms of Service | Privacy Policy