Wednesday, January 21, 2009

Hubungan Antara Pola Pemberian ASI dengan Faktor Sosial, Ekonomi, Demografi, dan Perawatan Kesehatan

Hubungan Antara Pola Pemberian ASI dengan Faktor Sosial, Ekonomi, Demografi, dan Perawatan Kesehatan
PAIMAN SOEPARMANTO DAN SOLEHAH CATUR RAHAYU
Badan Penelitian dan Pengembangan, Puslitbang Pelayanan Kesehatan, Surabaya
________________________________________
Abstract
The objective of this study is to learn the description of the ASI exclusive/nonexclusive supplies and social economic's effect, demography, and medical services to the method of ASI supplies.
The source of data is Susenas in 1998. Analysis was done based on descriptive method. For analyzing the effect of factors to the method of ASI supplies double regresi logistic test was used.
The study showed that ASI exclusive's proportion to the children under the age of 1 month 7,77%; 81.6% in city and 75.8% in town. ASI exclusive's proportion in children age 3 months old in city was only 51.4%, 54.3% in town and the totally is 53,2%.
In additions the realtion between the variables in a research is summed up that ASI exclusive proportion was relatively high than ASI non exclusive.
From the analysis of regresi logistic relation, only the total variable children aged 0-4 years in a family, the highest education level graduated and the children's age had the significant effect to ASI exclusive's supplies. Abstrak
Penelitian ini bertujuan mempelajari hubungan antara pola pemberian ASI eksklusif/non-ekslusif dengan faktor sosial, ekonomi, demografi, dan pelayanan kesehatan.
Sebagai sumber data adalah Susenas 1998. Analisis dilakukan secara deskriptif. Untuk menganalisis pengaruh beberapa faktor terhadap pola pemberian ASI dilakukan uji regresi logistik ganda.
Hasil analisa terhadap hubungan antara pemberian ASI dengan faktor sosial ekonomi, demografi, dan pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif pada bayi umur < 1 bulan mencapai 77,7% secara keseluruhan, baik di perkotaan maupun di pedesan, yaitu 81,6% di perkotaan dan 75,8% di pedesaan. Sedangkan proporsi pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 3 bulan di perkotaan hanya 51,4%, di pedesaan 54,3%, dan secara keseluruhan 53,2%.
Selanjutnya, hasil analisis terhadap hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian disimpulkan bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif relatif cukup tinggi dibandingkan dengan ASI non-ekslusif.
Dari ujii regresi logistik ganda, hanya variabel jumlah anak umur 0--4 tahun dalam keluarga, tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dan umur bayi yang mempunyai pengaruh bermakna terhadap pola pemberian ASI eksklusif.
Pendahuluan
Penggunaan Air Susu Ibu (ASI) di Indonesia perlu ditingkatkan dan dilestarikan. Dalam "pelestarian penggunaan ASI", yang terutama perlu ditingkatkan adalah pemberian ASI eksklusif, yaitu pemberian ASI segera (kurang lebih 30 menit setelah lahir) sampai bayi berumur 4 bulan dan memberikan kolostrum pada bayi (Depkes RI; 1992:15).
Bila kesehatan ibu setelah melahirkan baik, menyusui merupakan cara memberi makan yang paling ideal untuk 4--6 bulan pertama sejak dilahirkan, karena ASI dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Setelah ASI tidak lagi cukup mengandung protein dan kalori, seorang bayi mulai memerlukan minuman/makanan pendamping ASI (Evi Nurvidya Anwar, 1992:5).
Gambaran mengenai pemberian ASI pada bayi ditunjukkan dalam SKRT. SKRT tersebut menunjukkan bahwa pada bayi umur 0--2 bln yang mulai diberi makanan pendamping cair sebesar 21,2%; makanan lumat/lembik 20,1%; dan makanan padat 13,7%. Pada bayi berumur 3--5 bln, yang mulai diberi makanan pendamping cair sebesar 60,2%; lumat/lembik 66,2%; dan padat 45,5% (Badan Litbangkes - BPS, SKRT 1992:46).
Sementara itu, hasil penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa para ibu memberi makanan pralaktal (susu formula dan madu) pada hari pertama atau hari kedua sebelum ASI diberikan, sedangkan yang menghindari pemberian kolostrum 62,6% (Unika-Atma Jaya 1990:15). Selain itu, hasil SDKI 1991 dan 1994 menunjukkan bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif di pedesaan pada 1991 sebesar 54,9% dan menurun menjadi 48% pada 1994. Sedangkan di perkotaan pada 1991 sebesar 46,7% dan menurun menjadi 45,7% pada 1994 (Ratna Budiarso, 1995:84).
Sampai saat ini, telah banyak informasi yang menggambarkan tentang besarnya prosentase pemberian ASI eksklusif, tetapi belum banyak informasi yang menganalisis penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif. Oleh karena itu, rendahnya pemberian ASI eksklusif oleh para ibu masih perlu dipelajari, terutama yang berhubungan dengan latar belakang sosial ekonomi, sosial demografi, dan perawatan kesehatan waktu hamil serta melahirkan.
Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitin sebagai berikut: bagaimana pola pemberian ASI dan apa faktor-faktor yang menentukan pola pemberian ASI?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mempelajari hubungan antara faktor sosial ekonomi, demografi, dan perawatan kesehatan waktu melahirkan dengan pola pemberian ASI oleh ibu-ibu menyusui di Indonesia. Sedangkan tujuan khususnya untuk:
a. Menganalisis gambaran pola pemberian ASI/ASI eksklusif menurut kelompok umur bayi di perkotaan dan di pedesaan.
b. Menganalisis hubungan antara pola pemberian ASI dengan faktor sosial ekonomi, demografi, dan perawatan kesehatan waktu melahirkan.
c. Menganalisis faktor determinan pemberian ASI eksklusif/non-eksklusif di perkotaan dan pedesaan.
Metode Penelitian
Desain penelitian berupa survei. Data diambil dari data kor Susenas 1998 dan data modul Susenas 1998. Seluruh keluarga yang mempunyai bayi berumur 12 bulan diambil sebagai sampel. Untuk menganalisis data digunakan uji regresi logistik ganda dan asosiasi. Hal ini diperkirakan karena variabel dependen bersifat katogoris.
Kerangka Penelitian
Pemberian ASI eksklusif/non-eksklusif merupakan salah satu bentuk perilaku ibu, yaitu tidak memberikan makanan tambahan pada bayi sebelum umur 4 bulan dan memberikan kolostrum pada waktu bayi baru saja lahir.
Perilaku seseorang ditentukan oleh dua faktor penting, yaitu faktor karakteristik seseorang dan karakteristik lingkungannya (Shortell et al 1987:10). Sedangkan dari hasil beberapa penelitian yang dilakukan oleh Gochman diperoleh kesimpulan bahwa perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tingkat umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan (Gochman, 1988:66).
Berdasarkan teori di atas maka kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam meningkatkan penyuluhan mengenai pemberian ASI eksklusif oleh ibu-ibu di perkotaan dan di pedesaan. Di samping itu, diperlukan peningkatan cara pemberian ASI oleh ibu-ibu yang bekerja.
Hasil Penelitian
Dalam analisis data, pertama-tama disajikan mengenai hubungan antara pola pemberian ASI kepada anak < 12 bulan, variabel-variabel sosial ekonomi, demografi, dan pelayanan kesehatan. Variabel-variabel itu meliputi tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan ibu-ibu, kemampuan baca tulis, tingkat umur ibu, jumlah anggota keluarga, jumlah anak umur kurang dari 4 tahun dalam keluarga, frekuensi melahirkan, umur bayi, rata-rata jumlah pengeluaran untuk makan setiap bulan, rata-rata jumlah pengeluaran setiap bulan, rata-rata penghasilan bersih dari pekerjaan utama, pertolongan pertama waktu persalinan, serta pertolongan kedua waktu persalinan. Gambaran deskripsi variabel tersebut ditampilkan dalam beberapa tabel berikut.
Variabel yang Berpengaruh Terhadap Pola Menyusui ASI Eksklusif/Tak Eksklusif
Dalam model seperti digambarkan di atas, diidentifikasi 13 variabel penelitian yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap pola pemberian ASI eksklusif oleh ibu-ibu. Variabel-variabel tersebut adalah umur bayi, umur ibu, jumlah anggota keluarga, jumlah anak 0--4 tahun dalam keluarga, frekuensi melahirkan, tingkat pendidikan ibu tertinggi yang ditamatkan, jenis kegiatan terbanyak pada satu minggu yang lalu, rata-rata pengeluaran makan per bulan, rata-rata pengeluaran setiap bulan, rata-rata penghasilan bersih dari pekerjaan utama, pertolongan pertama pada waktu melahirkan, pertolongan kedua waktu melahirkan, serta keterpaparan pada radio, TV, dan koran/majalah.
Dari semua variabel tersebut, dilakukan uji regresi logistik ganda untuk mempelajari variabel yang mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Dari hasil uji tersebut, ternyata hanya diperoleh tiga variabel yang mempunyai pengaruh bermakna dengan pemberian ASI eksklusif. Variabel-variabel tersebut adalah umur bayi, tingkat pendidikan tinggi yang ditamatkan oleh ibu, dan jumlah anak umur 0--4 tahun dalam rumah tangga.
Variabel ibu yang mempunyai 1--2 anak mempunyai kemungkinan menyusui ASI eksklusif 10 kali dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak mempunyai anak sejumlah itu. Ini merupakan pengaruh yang paling besar jika dibandingkan dengan variabel yang lain.
Variabel tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh ibu-ibu serta berpendidikan SD belum tamat dan tamat, mempunyai kemungkinan menyusui ASI eksklusif 6 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak tamat dan tamat SD. Ibu-ibu juga mempunyai kemungkinan menyusui ASI eksklusif 4 kali dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak tamat SLP dan SLA.
Pada bayi berumur 1 bulan kemungkinan disusui ASI eksklusif 2 kali dibandingkan dengan bayi yang tidak berumur 1 bulan. Yang berumur 2 bulan kemungkinan disusui ASI eksklusif hampir 4 kali dibandingkan dengan yang tidak berumur 2 bulan, bayi yang berumur 3 bulan mempunyai kemungkinan 2 kali untuk disusui ASI eksklusif dibandingkan dengan bayi yang tidak berumur 3 bulan.
Dengan demikian, relatif sedikit variabel-variabel yang mempunyai pengaruh bermakna, walaupun dari uji asosiasi semua variabel tersebut mempunyai hubungan bermakna (uji kai kwadrat).
Pembahasan
Dalam upaya meningkatkan pemberian ASI eksklusif, yang terutama ditingkatkan adalah "Menyusui ASI Eksklusif". Menurut petunjuk Bina Gizi Masyarakat, pengertian ASI eksklusif adalah "hanya ASI sampai bayi berumur 4 bulan dan diberikan kolostrum" yang diberikan kepada anak < 4 bulan. Untuk mengetahui anak/bayi tersebut menyusu ASI eksklusif atau tidak, ditelusuri dari anak menyusu ASI/tidak menyusu. Dari anak yang menyusu, ditelusuri anak yang hanya diberi ASI saja dan diberi makan/minum, kemudian anak tersebut dalam 24 jam hanya diberi ASI.
Dari definisi ini, telah diperoleh gambaran bahwa bayi yang < 1 bulan, proporsi menyusu ASI ekslusif justru lebih rendah dari bayi umur 1 bulan. Proporsi ini terjadi di daerah perkotaan dan di pedesaan. Hal ini kemungkinan karena ibu-ibu dalam masa kini banyak melakukan kegiatan untuk memperoleh tambahan pendapatan keluarga. Hal ini didasarkan pada hasil analisis asosiasi bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif mempunyai hubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh ibu.
Proporsi pemberian ASI eksklusif di perkotaan dan pedesaan untuk umur bayi < 1--3 bulan cenderung tidak jauh berbeda. Hal ini kemungkinan terjadi karena para ibu di desa dan di kota telah sama-sama terpapar oleh media, sehingga pengetahuan dan kepedulian mereka terhadap bayi untuk menyusui cukup besar.
Jumlah anak umur 0--4 tahun dalam keluarga tampaknya mendukung pemberian ASI eksklusif oleh para ibu. Hal ini didasarkan pada hasil uji regresi bahwa jumlah anak 1--2 dalam keluarga mempunyai pengaruh dibandingkan dengan keluarga yang tidak mempunyai 1--2 anak.
Dari tabel di atas juga diketahui bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif hampir semua tinggi jika dihubungkan dengan variabel-variabel penelitian. Yaitu, 68,8% bayi diberi ASI eksklusif dan hanya 31,2% yang tidak diberi ASI eksklusif.
Berdasarkan umur, proporsi pemberian ASI eksklusif tampak cukup bervariasi dari umur < 1 bulan sampai umur 3 bulan. Hal ini didukung oleh uji regresi logistik yang menunjukkan bahwa bayi yang berumur 2 bulan mempunyai kemungkinan untuk diberi ASI eksklusif 4 kali dibandingkan dengan yang tidak berumur 2 bulan, tertinggi dibandingkan dengan kemungkinan pada umur 1 bulan dan 3 tiga bulan.
Sementara itu, proporsi pemberian ASI eksklusif berdasarkan kategori lokasi (di perkotaan, di pedesaan, di desa tertinggal, dan di desa tak tertinggal), tidak terjadi perbedaan yang cukup tajam. Hal ini kemungkinan terjadi karena pengaruh modernisasi di desa-desa sehingga para ibu kurang menyadari pentingnya pemberian ASI eksklusif. Di samping itu, telah terjadi peningkatan iklan susu buatan yang secara gencar memasarkan produk susunya sebagai pengganti ASI.
Dalam pemberian ASI ekslusif, walaupun ada kecenderungan bahwa yang pengeluaran rata-rata sebulannya tinggi, rata-rata pengeluaran untuk makan tinggi, dan penghasilan bersih dari pekerjaan utama tinggi, tampaknya tidak mempunyai pengaruh langsung pada kemungkinan pemberian ASI eksklusif. Hal ini terbukti dengan tidak adanya pengaruh yang bermakna pada menyusui ASI ekslusif dengan variabel pertolongan pertama/kedua waktu melahirkan, terpaparnya dari media radio, TV, serta membaca koran. Oleh karena itu, tampaknya masih diperlukan informasi dari sumber lain mengenai faktor-faktor yang menentukan ibu-ibu dalam menyusui ASI, khususnya ASI eksklusif.
Kesimpulan
1. Pola pemberian ASI eksklusif pada bayi umur < 1--2 bulan relatif cukup tinggi, sedangkan yang berumur 3 bulan relatif cukup rendah, baik secara keseluruhan ataupun yang dibedakan menurut perkotaan dan pedesaan.
2. Proporsi pemberian ASI ekslusif pada bayi berumur 2 bulan relatif cukup besar, baik di perkotaan maupun di pedesaan, dan mulai menurun pada umur tiga bulan.
3. Proporsi bayi yang menyusu ASI eksklusif mulai umur < 1 bulan sampai 2 bulan relatif cukup besar, baik secara keseluruhan maupun berdasarkan pedesaan dan perkotaan, serta rendah proporsinya pada umur 3 bulan. Proporsi pemberian ASI ekslusif pada bayi umur 3 bulan di perkotaan lebih rendah dibandingkan di pedesaan.
4. Berdasarkan analisis hubungan antara variabel-variabel sosial ekonomi yang terdiri dari lima variabel, semuanya menggambarkan proporsi pemberian ASI eksklusif pada semua tingkatan yang relatif cukup besar dibandingkan dengan yang tidak eksklusif.
5. Analisa terhadap pengaruh variabel sosial ekonomi, demografi, pelayanan kesehatan, dan paparan media, hanya tiga variabel yang mempunyai pengaruh bermakna, yaitu umur bayi, tingkat pendidikan yang ditamatkan, dan jumlah anak 0--4 tahun dalam keluarga.
Saran
1. Diperlukan penyuluban yang intensif melalui komunikasi langsung oleh petugas-petugas kesehatan di desa: bidan desa, kader-kader Posyandu, dan dalam pertemuan instrumen kelompok ibu-ibu tentang ASI eksklusif.
2. Diperlukan penyuluhan yang rinci tentang cara-cara menambah makanan tambahan pada ibu-ibu untuk menjamin kecukupan gizi pada waktu menyusui.
3. Berhubung rendahnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi berumur kurang 1 bulan dibandingkan yang berumur 1 bulan, diperlukan informasi lebih lanjut mengenai penyebab terjadinya hal ini.
Daftar Pustaka
1. Indonesia, Departemen Kesehatan, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Dikjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat (1992). Pedoman Pemberian Makanan Tambahan Pendamping ASI (MP-ASI) Jakarta.
2. Evi NA (1992). Sudahkah Bayi Anda DIberi ASI? Warta Demografi, Th XXII, No.8, Agustus 1992, Jakarta: 5
3. Indonesia, Departemen Kesehatan, Badan Litbangkes-BPS (1992). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Jakarta
4. Ratna LB (1995). Perubahan Perilaku Pemberian ASI di Indonesia. Majalah Kesehatan Perkotaan II (I), Jakarta:84



LAMPIRAN 1:

SEPULUH LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI (LMKM)

1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui.
2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan ketrampilan.
3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya melalui unit rawat jalan kebidanan dengan memberikan penyuluhan: manfaat ASI dan rawat gabung, perawatan payudara, makanan ibu hamil, KB, senam hamil dan senam payudara.
4. Membantu ibu-ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat narkose umum, bayi disusui setelah ibu sadar.
5. Memperlihatkan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankannya, melalui penyuluhan yang dilakukan di ruang perawatan.
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.
7. Melaksanakan rawat gabung yang merupakan tangung jawab bersama antara dokter, bidan, perawat dan ibu.
8. Memberikan ASI kepada bayi tanpa dijadual.
9. Tidak memberikan dot atau kempeng.
10. Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu menyusui, seperti adanya pojok laktasi yang memantau kesehatan ibu nifas dan bayi, melanjutkan penyuluhan agar ibu tetap menyusui sampai anak berusia 2 tahun, dan demonstrasi perawatan bayi, payudara, dll.

Inisiasi Menyusu Dini & Asi Eksklusif


Menyusu Satu Jam Pertama Menyelamatkan Satu Juta Nyawa Bayi. Menyelamatkan satu juta bayi dimulai dengan satu tindakan, memberi dukungan selama satu jam serta satu pesan mulai menyusu dalam satu jam setelah lahir.

Demikian antara lain disampaikan oleh dr. Utami Roesli, SpA, MBA, IBCLC. fasilitator Health Service Programm dari USAID dan Sentral Laktasi Indonesia pada acara kampanye inisiasi menyusu dini dan aturan internasional tentang penyebaran susu formula sebagai pengganti ASI. Kegiatan berlangsung di Ruang Rapat Kantor Pengelola Keuangan Kabupaten Madiun pada 30 Januari 2008.
Selanjutnya, dijelaskan bahwa segera setelah lahir bayi belum siap untuk minum. Bayi menunjukkan kesiapan untuk minum 30-40 menit setelah dilahirkan. Bagaimana sebaiknya dilakukan? Keringkan bayi secepatnya tanpa menghilangkan vernix yang menyamankan kulit bayi. Tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Selimuti keduanya. Kalau perlu menggunakan topi bayi. Biarkan bayi mencari puting susu ibu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut tapi jangan memaksakan bayi ke puting susu.
Jam pertama bayi menemukan payudara ibunya adalah awal suatu “life-sustaining breastfeeding relationship between mother and child“
Pastikan kontak kulit bayi dan ibu dengan meletakkan bayi di dada ibu tak terganggu segera setelah lahir. Kontak kulit ke kulit ini dibiarkan menetap setidaknya sampai satu jam bahkan lebih sampai bayi menyusu sendiri.
Mengapa kontak kulit dengan kulit segera setelah lahir dan menyusu sendiri dalam satu jam pertama kehidupan penting ?
1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat, kehangatan saat menyusu menurunkan kematian karena hypothermia.
2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, membantu pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Kurang menangis hingga mengurangi pemakaian enersi.
3. Bayi tercemar bakteri ibu yang tidak berbahaya atau ada antinya di ASI ibu. Bakteri baik ini membuat koloni di usus dan kulit bayi menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
4. Bayi mendapatkan ASI kolostrum – cairan emas yang kaya akan antibodi dan zat penting untuk pertumbuhan usus, ketahanan terhadap infeksi -kelangsungan hidup bayi ini.
5. Makanan awal yang bukan ASI mengandung protein yang bukan protein susu manusia (misalnya susu hewan), dapat sangat mengganggu pertumbuhan, fungsi usus dan alergi.
6. Bayi yang diberikan kesempatan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu eksklusif dan mempertahankan menyusui.
7. Sentuhan, kuluman/emutan dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang keluarnya oksitosin yang penting untuk beberapa hal: (a) menyebabkan rahim berkontraksi membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan ibu; (b) merangsang hormon lain membuat ibu menjadi tenang, rileks dan mencintai bayi, meningkatkan ambang nyeri, euphoria; (c) merangsang pengaliran ASI dari payudara.
8. Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya pertama kali seperti ini. Ayah dapat mengazankan anaknya di dada ibunya.

Merangkak Mencari Payudara (The Breast Crawl)
Ada lima tahapan perilaku sebelum menyusu (pre feeding behaviour). Ini berlangsung beberapa menit sampai satu jam, bahkan lebih:
1. Dalam 30 menit pertama: istirahat keadaan siaga sekali-kali melihat ibunya, menyesuaikan dengan lingkungan;
2. Antara 30 - 40 menit: mengeluarkan suara, memasukkan tangan ke mulut, gerakan mengisap;
3. mengeluarkan air liur;
4. bergerak ke arah payudara dengan kaki menekan perut ibu, areola sebagai sasaran. Menjilat-jilat kulit ibu sampai di ujung sternum. Menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan ke kiri menyentuh puting susu dengan tangannya;
5. menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar dan melekat dengan baik.

Sementara itu, ada pendapat/ hal-hal yang menghambat kontak dini kulit dengan kulit pada bayi lahir dengan caesar: (1) Bayi kedinginan; (2) Ibu lelah setelah melahirkan; (3) Kurang tersedia tenaga kesehatan; (4) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk; (5) Ibu harus dijahit; (6) Bayi perlu diberi suntikan vitamin K dan tes mata segera; (7) Bayi harus segera dihangatkan dengan lampu sorot, dibersihkan, ditimbang dan diukur; (8) Bayi kurang alert; (9) Colostrum tidak keluar, tidak cukup, tidak baik, bahkan bahaya untuk bayi; (10) Suhu OK harus dingin dan AC di OK, AC sentral; (11) Tenaga kesehatan belum sependapat tentang pentingnya memberi kesempatan inisiasi dini pada bayi lahir dengan operasi Caesar.

Menolong Bayi Operasi Caesar Inisiasi Menyusu Dini
1. Tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan yang suportif sangat diperlukan.
2. Usahakan suhu ruangan hangat (25 -28), sediakan selimut untuk menutupi punggung bayi dan badan ibu . Bila perlu siapkan topi bayi.
3. Anjurkan ibu untuk kontak kulit ke kulit dengan bayinya segera atau sedini mungkin
4. Bantu bayi mulai menyusu pertama, bila bayi dan ibu menunjukan kesiapan. Bila ada yang membantu, bayi tetap dapat mencari payudara saat ibu masih mengantuk.
5. Bantu ibu menemukan posisi nyaman, walaupun ibu terlentang dan bayi tengkurap
6. Membantu ibu waktu bayi dirawat gabung 24 jam bersama ibu
7. Waktu perawatan ibu yang lama dapat dipakai membantu memantapkan menyusui

Kontak kulit ibu dan kulit bayi sedini mungkin pada bayi operasi caesar
1. Pada spinal atau epidural anastesi ibu alert dan dapat merespon bayinya segera;
2. Pada anastesi umum, kontak dapat dilakukan di kamar pulih (rr) saat ibu mulai responsive, walaupun masih mengantuk atau di bawah pengaruh anastesi;
3. Ayah dapat melakukan kontak kulit dengan kulit bayi menunggu sampai ibu responsive;
4. Bila kontak ditunda, bungkus bayi sedemikian hingga mudah dibuka untuk kontak kulit dengan kulit saat ibu responsif;
5. Kontak kulit ke kulit bermanfaat pula bagi bayi bblr . Kontak kulit ke kulit dapat dilakukan setelah bayi stabil.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa inisiasi menyusu dini dalam 1 jam membantu mencapai salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yakni ’Menghilangkan Kemiskinan dan Kelaparan’. Mulai menyusu dini dalam 1 jam pertama akan meningkatkan ASI eksklusif dan lama menyusui → memenuhi kebutuhan sampai 2 tahun → mencegah malnutrisi yang artinya juga membantu mengurangi kelaparan. Dari sudut ekonomi juga menolong mengurangi kemiskinan. Harga 1 kaleng formula Rp 60.000, bila bayi lahir di Indonesia diperkirakan 5,5 juta per tahun → Biaya 6 bulan formula untuk bayi-bayi ini = 5,5 juta x 55 kaleng x Rp 60.000 = Rp 18,120 Triliun. Yang berarti setiap bayi memerlukan biaya sekitar Rp 3 juta/ 6 bln.
Kemudian, inisiasi menyusu dini dalam 1 jam membantu mencapai tujuan MDGs yang lain yaitu mengurangi angka kematian anak dalam hal ini kematian anak di bawah 5 tahun. Anak ASI Lebih Sehat. ASI mencegah terjadinya alergi termasuk eczema, alergi makanan dan alergi pernafasan selama masa anak-anak. Anak ASI 16x lebih jarang dirawat di rumah sakit.
Keuntungan Menyusui Ekslusif:
1. nutrisi yang optimal kualitas dan kuantitas
2. meningkatkan kesehatan
3. meningkatkan kecerdasan
4. meningkatkan jalinan kasih sayang (bonding)
Bahaya pemberian susu formula untuk bayi: Mudah muntah-mencret dan mencret menahun; Meningkatkan kemungkinan terkena penyakit gangguan pernafasan akut; Kurang gizi dan kurang vitamin A; Meningkatkan angka kematian; Menurunkan perkembangan kecerdasan/kognitif; Meningkatkan kegemukan; Meningkatkan kemungkinan penyakit menahun seperti penyakit usus besar; Lebih mudah alergi dan tidak cocok susu formula; Meningkatkan kemungkinan terkena asma; Meningkatkan penyakit Jantung dan Pembuluh Darah; Meningkatkan kemungkinan Infeksi Telinga; Meningkatkan terkena Infeksi E. Sakazakii dari bubuk susu yang tercemar; Meningkatkan kemungkinan kanker leukemia dan kanker getah bening pada anak; Meningkatkan kemungkinan kencing manis; Meningkatkan resiko kekurangan zat-zat gizi. Misalnya kekurangan vitamin B1 (thiamine) pada bayi dengan susu kedelai; Meningkatkan resiko affek samping pencemaran lingkungan.
Menurut Statistik Depkes Amerika Serikat resiko tidak memberikan ASI:
Kira-kira 40% rentan pada kemungkinan menderita Diabetes tipe 1; Kira-kira 25% lebih rentan pada obesitas; Kira-kira 60% lebih rentan pada infeksi telinga berulang; Kira-kira 30% lebih rentan pada leukemia; Kira-kira 100 % lebih rentan pada diarrhea; Kira-kira 250% lebih rentan pada kemungkinan dirawat di rumah sakit karena asma dan infeksi pernafasan seperti pneumonia

Menyusui dan Perkembangan Kecerdasan
Faktor yang mempengaruhi kecerdasan: faktor genetik dan faktor lingkungan: ASUH - ASAH - ASIH

ASUH (Fisik - Biomedis)
1. Kepandaian berhubungan dengan pertumbuhan otak;
2. Untuk pertumbuhan; terpenting nutrisi;
3. ASI Eksklusif, nutrisi terbaik secara kualitas dan kuantitas, saat masa lompatan pertumbuhan otak (0 sampai 6 bl);
4. Bila kekurangan gizi berat pada masa ini, akan terjadi pengurangan jumlah sel otak 15 – 20 %;
5. Terdapat nutrient dalam ASI yang mempunyai fungsi spesifiek untuk pertumbuhan otak: (a) Long-chain Polyunsaturated Fatty acid (DHA dan AA) untuk pertumbuhan otak dan retina; (b) Cholesterol untuk myelininsasi jaringan syaraf; (c) Taurin neurotransmiter inhibitor dan stabilisator membran; (d) Laktosa untuk pertumbuhan otak; (e) Choline yang mungkin meningkatkan memory; (f) Lebih dari 100 macam enzyme.

ASAH: Stimulasi/ Pendidikan
1. lebih cepat jalan;
2. perkembangan motorik lebih cepat;
3. kognitif, daya ingat, bahasa,perbendaharaan kata lebih baik;
4. IQ 8,3 point lebih tinggi usia 7,5 tahun;
5. IQ 12,9 point lebih tinggi usia 9,5 tahun;
6. 1000 anak diikuti sampai usia 18 tahun. Kenaikan lama pemberian ASI sesuai dengan peningkatan IQ, peningkatan ranking dan angka di sekolah;
7. 1736 anak ditest . Anak-anak ASI menujukan hasil pendidikan lebih tinggi yang tak tergantung latar belakang socio ekonomi;
8. 3253 orang di Denmark didapatkan hubungan antara lama pemberian ASI dan peningkatan IQ. Terdapat korelasi antara lamanya pemberian ASI dengan tingkat IQ;
9. Meta-analisa terhadap 40 penelitian: 68% menyimpulkan menyusui meningkatkan kepandaian.

ASIH (Kebutuhan Psikososial)
Anak ASI lebih sehat: IQ lebih tinggi; EQ lebih baik; SQ lebih baik; soleh, soleha

Keuntungan Menyusui bagi Ibu:
1. Mengurangi perdarahan pasca melahirkan (Postpartum Hemorrhage). Mengurangi kurang darah karena kurang kadar zat besi (Anemia Fe Deficiency);
2. Mengurangi kanker payudara (Ca Mamma) & kanker indung telur (Ca Ovarium);
3. Mengurangi keropos tulang dan diabetes;
4. Metoda KB paling aman, LAM;
5. Ekonomis & menghemat waktu;
6. Berat badan & rahim (uterus) lebih cepat kembali normal;
7. Tidak repot , portable, membahagiakan orang tua;

Keuntungan bagi ibu mengurangi kanker payudara dan kanker indung telur:
1. Menyusui setidaknya sampai 6 bulan akan mengurangi kemungkinan ibu menderita kanker payudara, kanker rahim, kanker indung telur;
2. Perlindungan terhadap kanker payudara sesuai dengan lamanya pemberian ASI;
3. Ibu yang menyusui akan 25% – 30% terhindar dari Ca Payudara;
4. 43 penelitian dari 30 negara: 50.000 ibu menyusui dan 97.000 tak menyusui, kemungkinan Ca Payudara lebih rendah pada ibu menyusui;
5. Bila menyusui lebih dari 2 tahun akan 50% lebih jarang menderita kanker payudara.

Pemberian ASI Menunda Kehamilan Baru
Saat tidak menstruasi:
Sampai usia 6 bln - susui sepenuhnya;
Perlindungan baik - susui sering-sering siang dan malam;
Dari 6-12 bulan - susui sering sering-sering siang dan malam;
Perlindungan parsial dengan makanan pelengkap.

Setelah menstruasi kembali:
Kapan saja - gunakan metode KB lainya
Tidak ada perlindungan

Ibu Bekerja & Asi Eksklusif
1. bayi dibawa ke tempat kerja;
2. waktu ibu bekerja diberi ASI peras;
3. “menabung” ASI peras.

Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini
1. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan.
2. Dalam menolong ibu saat melahirkan, sarankan untuk tidak atau mengurangi mempergunakan obat kimiawi, dapat digantikan dengan misalnya: pijat, aroma therapi, bergerak, hypnobirthing dsb).
3. Biarkan ibu menentukan cara dan posisi melahirkan.
4. Keringkan bayi secepatnya tanpa menghilangkan vernix yang menyamankan kulit bayi.
5. Tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Selimuti keduanya. Kalau perlu menggunakan topi bayi.
6. Biarkan bayi mencari puting susu ibu sendiri . Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut tapi jangan memaksakan bayi ke puting susu.
7. Dukung dan bantu ibu mengenali tanda-tanda atau perilaku sebelum menyusu yang dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam bahkan lebih. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai.
8. Ibu melahirkan dengan tindakan seperti operasi, berikan kesempatan skin to skin contact.
9. Bayi baru dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dicap; setelah menyusu awal. Tunda prosedur yang invasif seperti suntikan vitamin K dan menetes mata bayi.
10. Ibu – bayi tetap tidak dipisahkan selama 24 jam, dirawat gabung. Hindarkan pre-laktal

Cara Ayah Membantu Menyusui
1. ayah menggendong bayi ke ibu saat ingin menyusui
2. mengganti popok
3. mendendawakan bayi
4. memandikan bayi
5. bermain, mengendong & mendendangkan bayi
6. membantu pekerjaan rumah tangga
7. membantu ibu yang bekerja
8. memijat bayi

-------------


BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu hidup, produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang. Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain makanan yang kurnag juga karena ASI banyak diganti dengan susu botol dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras atau makanan lainnya.
ASI merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi untuk keperluan bayi secara penuh tanpa bahan makanan tambahan selama enam bulan pertama. Karena ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan bagi bayi, mulai dari hormon, antibodi, faktor kekebalan sampai antioksidan.
ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun akhir-akhir ini sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu meyusui melupakan keuntungan menyusui dan masih bayak ibu ang khawatir kalau ASI-nya tidak bisa mencukupi gizi. Selama ini para ibu terbiasa menyusu dari alat pengganti, menggunakan susu botol atau susu formula. Karena para ibu banyak beranggapan bahwa susu formula itu lebih sempurna kandungan gizinya dari pada ASI itu sendiri. Kalau hal yang demikian terus berlangsung, tentunya hal ini merupakan ancaman yang serius terhadap upaya pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI ekslusif.

BAB II

Pembahasan

2.1. Definisi
Exlusive breast feeding adalah pemberian air susu ibu (ASI) tanpa makanan tambahan lain kepada bayi berumur nol sampai enam bulan.(6)
ASI adalah makanan alamiah untuk bayi. ASI mengandung nutrisi-nutrisi dasar dan elemen, dengan jumlah yang sesuai, untuk pertumbuhan bayi yang sehat. Memberikan ASI kepada bayi, bukan saja memberikan kebaikan bagi bayi tapi juga keuntungan untuk ibu (1).
2.2. Manfaat pemberian ASI :
Manfaat bagi ibu
• Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko pendarahan.
• Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil.
• Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga membantu penurunan berat badan lebih cepat.
• Beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya kanker payudara pada wanita menyusui sangat rendah (1).
Manfaat bagi bayi
• ASI mengandung komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat.
• ASI mudah dicerna oleh bayi.
• Jarang menyebabkan konstipasi.
• Nutrisi yang terkandung pada ASI sangat mudah diserap oleh bayi.
• ASI kaya akan antibody (zat kekebalan tubuh) yang membantu tubuh bayi untuk melawan infeksi dan penyakit lainnya.
• ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral selenium.
• Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi (1).

• ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah, infeksi saluran kencing dan infeksi gastrointestinal (8).
Selain manfaat mamberikan ASI eksklusif dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi, hal ini juga bermanfaat untuk mencegah kematian pada balita. UNICEF menyatakan, sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahunnya bisa dicegah melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran, tanpa harus memberikan makanan atau minuman tambahan pada bayi.
Meskipun manfaat memberikan ASI eksklusif dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak telah diketahui secara luas, namun kesadaran para ibu untuk memberikan ASI ekslusif di Indonesia baru sekitar 14%, itu pun diberikan hanya sampai bayi berusia empat bulan. Ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, cara menyusui dengan benar, serta pemasaran yang dilancarkan secara agresif oleh para produsen susu formula merupakan faktor penghambat bagi terbentuknya kesadaran orang tua dalam memberikan ASI eksklusif (7).
2.3. Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pictuitary Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Replex, dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior untuk menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat merangsang serabutotot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar (2).
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah: A. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan.

Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur. Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tamabahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.
B. Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah: - Reflek Prolaktin Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada putting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus kelobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar – kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI.

- Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection) Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut :”rooting reflex (reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down reflex.
C. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.
D. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral.
Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI.

E. Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar (3).
2.5. Makanan pengganggu Produksi ASI
Pengaturan menu makan seorang ibu sangat penting, untuk mengoptimalkan produksi ASI selama masa menyusui. Menu makan harus memperhatikan beberapa zat makanan yang disinyalir dapat mengganggu produksi ASI maupun pada kualitas yang berakibat pula pada kesehatan bayi.
Tentunya tanda-tanda makanan tersebut mengganggu produksi ASI dapat kita lihat pada bayi. Sebagai contoh, bayi menjadi rewel, sakit perut, gelisah, dll.
Beberapa makanan yang disinyalir dapat mengganggu ASI yaitu:
1. Produk olahan yang berbahan susu.
Kandungan protein alergenik pada produk-produk olahan-berbahan-susu dapat masuk ke ASI dan menghasilkan gejala-gejala sakit perut pada bayi. Makanan itu antara lain adalah susu, yoghurt, dan keju.
2. Makanan yang mengandung kafein.
Contohnya: Minuman ringan, cokelat, kopi, teh, dan minuman pengurang rasa dingin, semuanya mengandung kafein.
3. Biji-bijian dan kacang-kacangan.
Yang paling alergenik dari jenis ini adalah gandum, jagung, dan kacang tanah.
4. Makanan pedas.
Air susu ibu akan akan terasa berbeda setelah mengonsumsi makanan pedas dan mengandung bawang putih, dan minuman keras juga dapat menimbulkan protes dari lambung bayi, sehingga ia menolak minum ASI atau menjadi sakit perut.
5. Makanan yang mengandung gas.
makanan yang banyak mengandung gas membuat bayi banyak mengeluarkan gas pula. Contoh maknannya yaitu, Brokoli, bawang putih, tauge, cabai hijau, kembang kol, kubis, dapat mengganggu bayi, tetapi tidak terlalu mengganggu bila sudah dimasak (4).
Selain jenis makanan yang mengganggu ASI, ibu menyusui sebaiknya juga memerhatikan aturan lain dalam menyantap makanan. Aturan itu adalah jangan berlebihan dalam mengonsumsi suatu makanan. Ada bayi yang bisa terganggu setelah ibunya makan makanan tersebut dalam jumlah yang banyak, misalnya bila ibu terlalu banyak makan makanan olahan dari gandum dan makanan-makanan masam. Namun, dalam jumlah kecil makanan ini masih bisa ditoleransi pencernaan bayi (4).
2.6. Volume Produksi ASI
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua.Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menysusui bayinya selama 4 – 6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi lkebutuhan gizinya.
Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan. Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit.
Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada beberpa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama. Konsumsi ASI selama satu kali menysui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI.

Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300-500 ml dalamtahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda (5).
2.7. Langkah-langkah untuk memulai dan mencapai ASI eksklusif:
- menyusui dalam satu jam setelah kelahiran
- menyusui secara eksklusif: hanya ASI dan tidak ditambah makanan atau minuman lain, bahkan air putih sekalipun.
- Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand) siang ataupun malam.
- Tidak menggunakan botol susu (9).


BAB III
KESIMPULAN
1. Exlusive breast feeding adalah pemberian air susu ibu (ASI) pada sang bayi selama enam bulan tanpa tambahan makanan apapun.
2. ASI banyak mengandung nutrisi dan bermanfaat sebagai antiboby atau faktor kekebalan dan ASI juga bermanfaat untuk mempercepat kelangsingan tubuh dan menghindari kangker payudara pada ibu.
3. ASI mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi selama enam bulan walaupun tidak ada makanan tambahan yang diberikan pada bayi walaupun air putih sekalipun.
4. Apabila tidak ada kelainan pada proses produksi ASI, Selama 6 bulan pertama volume ASI ibu bisa mencukupi untuk kebutuhan bayi.


DAFTAR PUSTAKA
1. http: // infoibu.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle, oleh dr. Suririnah, jumat, 05 november 2004. 08:57:43
2. Winarno F.G. 1990. Gizi dan Makanan Bagi Bayi dan Anak Sapihan. Jakarta: Sinar Harapan
3. Moehji Sjahmien. 1992. Ilmu Gizi. Jakarta: Bhratara
4. http: // infobunda.com/asi.php - 18k (posted : 2007-05-30 13:48:04)
5. Depkes RI, manajemen Laktasi. Jakarta. 1994
6. Depkes RI. Ibu Berikan ASI Eksklusif Baru Dua Persen. Jakarta. 2004
7. http:// bayisehat.com/breastfeeding/journal pediatrics, 2006.
8. Healt Canada. Exlusive Breast Beeding Duration – 2004
9. WHO. Exlusive Breast Feeding. 2002

No comments: